بسم الله الرحمن الرحيم
قل هو الله احد الله الصمد لم يلد ولم يولد ولم يكن له كفوا
احد
Dengan
nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang
“Katakanlah
: Dia-lah Allah Yang Maha Esa”
“Allah
adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu”
“Tidak
beranak dan tidak pula diperanakkan”
“Dan
tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia”
Catatan :
Surat
ini dinamakan Al-Ikhlas karena di dalamnya berisi pengajaran tentang tauhid.
Oleh karena itu, surat
ini dinamakan juga Surat Al-Asas, Qul Huwallahu Ahad, At-Tauhid, Al-Iman, dan
masih banyak nama lainnya.
Surat
ini merupakan surat Makiyyah dan termasuk surat Mufashol. Surat Al-Ikhlas
ini terdiri dari 4 ayat, surat ke 112,
diturunkan setelah surat
An-Naas. (At Ta’rif bi Suratil Qur’anil Karim).
Ada dua sebab kenapa surat ini dinamakan Al-Ikhlash. Yang pertama, dinamakan Al-Ikhlash karena surat ini berbicara tentang ikhlash. Yang kedua, dinamakan Al-Ikhlash karena surat ini murni membicarakan tentang Allah. Perhatikan penjelasan berikut ini.
Ada dua sebab kenapa surat ini dinamakan Al-Ikhlash. Yang pertama, dinamakan Al-Ikhlash karena surat ini berbicara tentang ikhlash. Yang kedua, dinamakan Al-Ikhlash karena surat ini murni membicarakan tentang Allah. Perhatikan penjelasan berikut ini.
Syaikh Muhammad bin Sholeh Al Utsaimin
mengatakan bahwa Surat Al-Ikhlas ini berasal dari ’mengikhlaskan sesuatu’ yaitu
membersihkannya/memurnikannya. Dinamakan demikian karena di dalam surat ini berisi pembahasan
mengenai ikhlas kepada Allah ’Azza wa Jalla. Oleh karena itu, barangsiapa
mengimaninya, dia termasuk orang yang ikhlas kepada Allah.
Ada pula yang mengatakan bahwa surat ini dinamakan Al-Ikhlash (di mana ikhlash berarti murni) karena surat ini murni membicarakan tentang Allah. Allah hanya mengkhususkan membicarakan diri-Nya, tidak membicarakan tentang hukum ataupun yang lainnya. Dua tafsiran ini sama-sama benar, tidak bertolak belakang satu dan lainnya. (Lihat Syarh Al Aqidah Al Wasithiyyah, 97).
Ada pula yang mengatakan bahwa surat ini dinamakan Al-Ikhlash (di mana ikhlash berarti murni) karena surat ini murni membicarakan tentang Allah. Allah hanya mengkhususkan membicarakan diri-Nya, tidak membicarakan tentang hukum ataupun yang lainnya. Dua tafsiran ini sama-sama benar, tidak bertolak belakang satu dan lainnya. (Lihat Syarh Al Aqidah Al Wasithiyyah, 97).
Surat
ini turun sebagai jawaban kepada orang musyrik yang menanyakan pada Rasulullah
shallallahu ’alaihi wa sallam, ’Sebutkan nasab atau sifat Rabbmu pada kami?’.
Maka Allah berfirman kepada Nabi Muhammad shallallahu ’alaihi wa sallam, ’Katakanlah
kepada yang menanyakan tadi, … [lalu disebutkanlah surat ini]’(Aysarut Tafasir, 1502). Juga ada
yang mengatakan bahwa surat ini turun sebagai jawaban pertanyaan dari
orang-orang Yahudi (Jami’ul Bayan fi Ta’wilil Qur’an, At Ta’rif bi Suratil
Qur’anil Karim, Tafsir Juz ‘Amma 292). Namun, Syaikh Muqbil mengatakan bahwa
asbabun nuzul yang disebutkan di atas berasal dari riwayat yang dho’if (lemah)
sebagaimana disebutkan dalam Shohih Al Musnad min Asbab An Nuzul.
Sumber : Rumaysho.com oleh Muhammad Abduh Tausikal
Ditulis kembali oleh Sholihin untuk Bintang raya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Sampaikan tanggapan anda di kolom komentar, terimakasih.