Suatu hari seorang ayah nampak akrab bercakap-cakap dengan seorang anaknya yang masih kecil.
”Anakku, jika suatu hari nanti setelah engkau dewasa, engkau berada di hutan kemudian bertemu dengan seorang nenek-nenek yang sudah tua renta, meminta bekalmu karena lapar, sementara engkau hanya mempunyai satu bekal yang hanya cukup untuk satu orang dan tidak bisa dibagi dua, sedangkan engkau membutuhkan bekal tersebut untuk kamu makan sendiri agar bisa bertahan hidup, apa yang akan kamu lakukan ?”
”Yaa aku kasih bekalku kepada nenek tersebut, kan kasihan, kalau sampai mati kelaparan bagaimana ?” jawab sang anak seakan-akan hendak menunjukkan bahwa dia adalah anak yang baik hati.
”Kalau kau berikan bekalmu, kau yang akan mati lho, dan nenek tersebut tidak akan kuat menolongmu karena ia sudah tua,” sang ayah menjelaskan.
Sejenak dahi anak kecil itu berkerut, mencoba berpikir.
”Habis gimana dong, yah ?” akhirnya anak kecil itu menyerah.
”Alangkah lebih bijaksana jika engkau makan bekalmu dulu sehingga engkau menjadi kuat, lalu engkau tolong nenek tersebut, engkau gendong untuk keluar dari hutan dan mendapatkan bantuan.”
Demikianlah, dalam kehidupan ini terkadang ada orang yang terlalu lugu dan polos (kadang-kadang bodoh dan tidak menyadari atau justru ingin dipuji) membantu orang lain tanpa memperhatikan kemampuannya sendiri sehingga pada akhirnya dia sendiri harus dibantu dan bahkan merepotkan orang lain.
Namun ada juga (bahkan banyak), terutama di jaman sekarang, orang yang tidak peduli terhadap orang lain yang membutuhkan, padahal ia mampu, mempunyai kelebihan bekal namun enggan berbagi.
Terinspirasi dari sambutan pak Eko Henry
Ditulis dan diperbaharui oleh Sholihin untuk Bintang Raya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Sampaikan tanggapan anda di kolom komentar, terimakasih.