Kajian Tafsir Ibnu Katsir, 22 Nov 2011
Pembicara : K.H. Aep Saefudin S.Ag
Pada ayat 1-5, yang sudah kita kaji pada pertemuan yang lalu, Allah menerangkan sifat-sifat muttaqin (orang-orang yang bertaqwa). Pada ayat selanjutnya, ayat 6-7, Allah menjelaskan sifat-sifat kafirin (orang-orang kafir).
Al-Baqarah, ayat 6 :
Al-Baqarah, ayat 6 :
إنَّ ٱلَّذِيْنَ كَفَرُوا سَوَآءٌ عَلَيْهِمْ ءَأنْذَرْتَهُمْ أمْ لََمْ تُنْذِرْهُمْ لا يُؤْمِنُوْنَ
“Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman.”
”Innal ladzina kafaru” artinya ”sesungguhnya orang-orang kafir”, yaitu orang-orang yang menolak kebenaran dan menyembunyikan kebenaran. Menolak kebenaran maksudnya menolak kebenaran Al-Qur’an dan menolak kerasulan Nabi Muhammad. Menyembunyikan kebenaran maksudnya bahwa di dalam kitab mereka terdapat berita akan hadirnya Nabi akhir zaman yang ditunggu-tunggu, namun ternyata Nabi akhir zaman itu bukan dari kalangan mereka, tetapi dari bangsa Arab yang mereka anggap lebih hina dari golongan mereka, sehingga mereka mengubah kitab mereka dan menyembunyikan berita tentang Nabi Akhir zaman.
”Sawaun ’alaihim aandzartahum amlamtundzirhum” artinya ”sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan”, maksudnya orang-orang yang menolak kebenaran walaupun disampaikan kepada mereka kebenaran Al-qur’an dengan semua bukti nyata, tidak akan ada pengaruhnya bagi mereka, tetap saja mereka ”laa yu’minuun” (tidak beriman).
Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa Sallam sangat menginginkan agar semua orang beriman dan mengikuti petunjuknya, lalu Allah memberitahukan kepadanya bahwa tidaklah beriman kecuali orang-orang yang telah diberi hidayah oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Tugas Rasul hanyalah menyampaikan, oeleh karena itu janganlah berdukacita dan kecewa dengan sikap mereka yang kafir, teruslah menyampaikan risalah kepada mereka. Barang siapa yang menerima seruanmu, baginya pahala yang berlimpah, dan barang siapa yang berpaling, maka janganlah kamu berdukacita terhadap mereka, hal itu bukan urusanmu, Allahlah yang akan menghisabnya.
Al-Baqarah, ayat 7 :
خَتَمَ ٱللهُ عَلٰى قُلُوبِهِمْ وَعَلٰى سَمْعِهِمْ ۖ وَعَلٰى ٲَبْصٰرِهِمْ غِشٰوَةٌ ۖ وَلََهُمْ عَذَابٌ عَظِيْمٌ
”Allah Telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup, dan bagi mereka siksa yang amat berat.
”Khatamallahu ’alaa quluubihim wa ’alaa sam’ihim” artinya ”Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka”. Mereka tidak dapat melihat jalan hidayah, tidak dapat mendengarnya, tidak dapat memahaminya, dan tidak dapat memikirkannya. Mereka telah tertipu oleh setan, telah dikuasai setan dan taat pada keinginan setan, maka Allah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka. (Demikian makna ayat ini menurut Qotadah).
Rasulullah shallallahu ’alaihi wa Sallam bersabda : ”Berbagai macam fitnah (dosa) diperlihatkan pada hati sedikit demi sedikit. Hati siapa yang melakukannya maka dosa itu membuat satu noktah hitam padanya; dan hati siapa yang mengingkarinya maka ia menjadi putih. Hingga hati manusia itu ada dua macam, yaitu hati yang putih bersih, yang tidak akan tertimpa bahaya oleh suatu dosapun selagi masih ada langit dan bumi. Sedangkan hati lainnya nampak hitam kelam seperti tembikar yang hangus terbakar, ia tidak mengenal perkara yang makruf dan tidak ingkar terhadap perkara yang mungkar, . . . . .”
Dosa itu apabila berturut-turut membuat noktah hitam pada hati, maka ia akan menutup hati. Apabila hati telah tertutup, maka saat itulah dilakukan penguncian oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan dilak, setelah itu tiada jalan bagi iman untuk menembusnya dan tiada jalan keluar bagi kekufuran untuk meninggalkannya.
”Wa’alaa abshoorihim ghisyaawah” artinya ”dan penglihatan mereka ditutup” sehingga mereka tidak dapat melihat kebenaran, tidak dapat melihat jalan hidayah. Penguncian dilakukan terhadap hati dan pendengaran, sedangkan penutupan terjadi pada penglihatan.
”Walahum ’adzaabun ’adhiim” dan balasan bagi orang-orang kafir tersebut adalah siksa yang amat besar.
Dalam ayat tersebut Allah menerangkan sifat orang-orang kafir, tetapi tidak mustahil sifat-sifat tersebut terdapat pada intern muslim, yaitu sifat tidak mau melihat, tidak mau mendengar, tidak mau menggunakan akal untuk untuk memahami hidayah, tidak mau mempelajari agama, dan tidak mau mendalami Al-Qur’an dan Al-Hadits. Kita sebagai muslim tidak cukup hanya mengaku Islam, tetapi kita dituntut untuk berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mempelajari, memahami, dan mengamalkan keislaman kita.
Tanya Jawab :
- - -
Dirangkum oleh : Sholihin untuk Bintang Raya
Semoga bermanfaat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Sampaikan tanggapan anda di kolom komentar, terimakasih.