Rabu, 29 Februari 2012

Ibanatul Ahkam, 21 Feb 2012

Ibanatul Ahkam Syarah Bulughul Maram
Bab : Etika Buang Hajat
Pemateri : K.H. Aep Saefudin S.Ag
Hadits ke-77 :
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رضي الله عنه قَالَ: كَانَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم إِذَا دَخَلَ اَلْخَلَاءَ وَضَعَ خَاتَمَهُ. أَخْرَجَهُ اَلْأَرْبَعَةُ وَهُوَ مَعْلُول
Dari Anas Ibnu Malik Radliyallaahu ‘Anhu berkata : “Adalah Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi wa Sallam apabila masuk kakus (WC) beliau menanggalkan cincinnya.” Diriwayatkan oleh Imam Empat tetapi hadits ini ma'lul.
Makna Hadits :
Asma Allah Yang Maha Suci lagi Maha Tinggi hendaklah dihormati dan diagung-kan. Begitu pula dengan setiap sesuatu yang di dalamnya disebut nama Allah. Ini karena ia hanya layak dibawa ke tempat yang suci bagi memeliharanya daripada dihina dan dikotori. Tidak sepatutnya menyebut nama Allah ketika membuang hajat dan tidak pula bagi pakaian yang di dalamnya terdapat tulisan nama Allah seperti cincin. Tidak boleh pula memakainya di dalam tempat yang dianggap kotor. Oleh sebab itulah Nabi Shallallaahu ‘Alaihi wa Sallam menanggalkan cincinnya apabila hendak memasuki kakus.
Analisis Lafadz :
"الحجة" adalah kata kiasan yang bermaksud buang air besar dan buang air kecil. Bab ini disebut oleh sebagiaan ulama hadits dengan istilah Bab al-Takhalli atau Bab Istithabah.
"الخلاء" adalah nama tempat yang disediakan untuk membuang hajat. Diberi nama al-Khala karena seseorang berada di dalamnya dalam keadaan bersendirian.
"وضع ختمه" : menanggalkan cincin dari jari tangannya dan meletakkannya di luar bilik tandas bagi menghormati asma Allah dan nama Rasul-Nya dari tempat kotor, kerana pada cincinnya itu terdapat tulisan kalimat :  محمد رسول الله
Hadits ini ma’lul karena melalui riwayat Hammam dari Ibnu Juraij dari Al-Zuhri dari Anas. Para perawinya tsiqah (terpercaya). Tetapi Ibnu Juraij tidak mendengar langsung dari Al-Zuhri, tetapi mendengar dari Ziad Ibnu Sa’ad dari Al-Zuhri dengan lafadz yang lain, yaitu Nabi Shallallaahu ‘Alaihi wa Sallam memakai cincin dari perak, lalu baginda meletakkannya. Hadis ini ma’lul karena berasal dari Hammam.
Fiqih Hadits :
1.   Disyariatkan menjauhkan diri ketika hendak buang hajat supaya apa yang dibuang tidak terlihat atau terdengar oleh orang lain, karena berdalilkan lafadz al-khala’. Lafadz al-khala’ ini digunakan untuk menunjukkan tempat sepi atau tempat yang dikhususkan untuk membuang hajat.
2.   Disyariatkan memelihara segala apa yang terdapat asma Allah dan segala nama yang mesti diagungkan dari tempat-tempat yang bernajis.

Hadits ke-78 :
وَعَنْهُ قَالَ: كَانَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم إِذَا دَخَلَ اَلْخَلَاءَ قَالَ: اَللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ اَلْخُبُثِ وَالْخَبَائِثِ. أَخْرَجَهُ اَلسَّبْعَة
Dan dari dia (Anas Ibnu Malik Radliyallaahu ’Anhu) berkata bahwa Rasulullah Shallallaahu ’Alaihi wa Sallam apabila masuk kakus beliau berdo’a : ”Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari setan laki-laki (hal-hal yang keji) dan setan perempuan (hal-hal yangkotor).” Dikeluarkan oleh Imam Tujuh.
Makna Hadits :
Nabi Shallallaahu ’Alaihi wa Sallam memohon perlindungan dari godaan setan sebagai realisasi ’ubudiyah dan memberikan pengajaran kepada umatnya, meskipun baginda sendiri telah dipelihara dari perbuatan manusia dan jin. Memohon perlindungan ketika hendak memasuki kakus disebut secara khusus, karena biasanya setan mendatangi tempat-tempat tersebut di mana tempat-tempat itu tidak pernah disebut nama Allah. Dengan demikian, memohon perlindungan sebelum memasuki kakus merupakan satu usaha untuk melindungi diri dari setan, karena setan mampu menguasai manusia ketika berada di dalam kakus dibanding ketika berada tempat yang lain karena ketika itu para malaikat hafadzhah menjauh dari manusia. Padang pasir akan menjadi tempat tinggal yang menyenangkan bagi setan dengan adanya orang yang keluar membuang hajat di situ.
Analisis Lafadz :
"وعنه" maksudnya dari Anas, yakni hadits ini sama dengan hadits sebelumnya.
"إذا دخل الخلاء" artinya ketika hendak memasuki kakus, jadi tidak boleh membaca doa tersebut ketika sudah berada di dalam kakus.
"الخبث" artinya setan-setan laki-laki. Lafadz ini adalah bentuk jamak dari al-khabits.
"الخبائث" artinya setan-setan perempuan. Lafadz ini adalah bentuk jamak dari al-khabitsah.
Fiqih Hadits :
1.   Kembali kepada Allah dan memohon perlindungan kepada-Nya dari godaan setan lelaki dan setan perempuan ketika hendak membuang hajat.
2. Menegaskan bahwa tempat-tempat untuk membuang hajat senantiasa didatangi setan. Roh mereka kotor dan jahat. Karena itu mereka hanya layak berada di tempat-tempat yang kotor.

- - -

Dirangkum oleh :
Sholihin untuk Bintang Raya
Semoga bermanfaat
 

Selasa, 28 Februari 2012

Tafsir Q.S. Al-Baqarah 26-27

Kajian Tafsir Ibnu Katsir, 21 Feb 2012
Pemateri : K.H. Aep Saefudin SAG
Al-Baqarah ayat 26-27 :
انَّ اللهَ لا يِسْتَحْيِ آنْ يِضْرِبَ مَثَلا مَابَعُوْضَةً فَمَا فَوْقَهَاۗ فِأمَّا الّذِيْنَ آمَنُوْا فِيَعْلَمُوْنَ اَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَبّهِمْ ۚ وَاَمَّا الّذِيْنَ كَفَرُوْا فَيَقُوْلُوْنَ مَاذَآ اَرَادَ اللهُ بِهذَا مَثَلاۢ يُضِلُّ بِه كَثِيْرًا وَيَهْدِيْ بِه كَثِيْرًا ۗ وَمَا يُضِلُّ بِه إلاالْفسِقِيْنَ ۝ۙ الّذِيْنَ يَنْقُضُوْنَ عَهْدًاللهِ مِنْ بَعْدِ مِيْثقِه وَيَقْطَعُوْنَ مَآ اَمَرَاللهُ بِه اَنْ يُّوْصَلَ وَيُفْسِدُوْنَ فِى الارْضِ ۗ  أولٰئِكَ هُمُ الخٰسِرُوْنَ ۝
"Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan, “Apakah maksud Allah menjadikan ini sebagai perumpamaan?” Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik. (yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu teguh, dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menghubungkannya dan membuat kerusakan di muka bumi, mereka itulah orang-orang yang rugi."

As-Saddi di dalam kitab tafsirnya telah meriwayatkan dari Abu Malik, dari Abu Shaleh, dari Ibnu ‘Abbas, juga dari Murrah, dari Ibnu Mas’ud, dari sejumlah sahabat, bahwa ketika Allah membuat kedua perumpamaan ini bagi orang-orang munafik, yakni firman-Nya :
مثلهم كمثل ٱلذى ٱستوقد نارًاۚ
"Perumpaman mereka adalah seperti orang yang menyalakan api.” (Q.S. Al-Baqarah : 17)
أوْكَصَيِّبٍ مِّنَ السَّمَآءِ
“Atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit” (Q.S. Al-Baqarah : 19)
Yakni semuanya terdiri atas tiga ayat, maka orang-orang munafik berkata bahwa Allah Maha Agung untuk membuat perumpamaan-perumpamaan ini, maka Allah menurunkan ayat ini (yakni Q.S. Al-Baqarah 26-27) sampai dengan firman-Nya :
أولٰئِكَ هُمُ الخٰسِرُوْنَ ۝
“Mereka itulah orang-orang yang rugi.” (Q.S. Al-Baqarah : 27)

Abdur Razzaq meriwayatkan dari Ma’mar, dari Qatadah, ketika Allah menyebutkan laba-laba dan lalat dalam perumpamaan yang dibuat-Nya, maka orang-orang musyrik berkata, “Apa hubungannya laba-laba dan lalat disebutkan?” Lalu Allah menurunkan firman-Nya :
انَّ اللهَ لا يِسْتَحْيِ آنْ يِضْرِبَ مَثَلا مَابَعُوْضَةً فَمَا فَوْقَهَاۗ
“Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu.” (Q.S. Al-Baqarah : 26)
Sa’id meriwayatkan dari Qatadah, bahwa sesungguhnya Allah tiada segan -demi perkara yang hak- untuk menyebutkan sesuatu hal, baik yang kecil maupun yang besar. Sesungguhnya ketika Allah menyebutkan di dalam kitab-Nya mengenai lalat dan laba-laba, lalu orang-orang yang sesat mengatakan, “Apakah yang dimaksud oleh Allah menyebut hal ini?” Maka Allah menurunkan firman-Nya :
انَّ اللهَ لا يِسْتَحْيِ آنْ يِضْرِبَ مَثَلا مَابَعُوْضَةً فَمَا فَوْقَهَاۗ
“Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu.” (Q.S. Al-Baqarah : 26)
Abu Ja’far Ar-Razi meriwayatkan dari Ar-Rabi’ Ibnu Anas sehubungan dengan ayat ini, bahwa hal ini merupakan perumpamaan yang dibuat oleh Allah untuk menggambarkan dunia, yaitu nyamuk tetap hidup selagi dalam keadaan lapar, tetapi bila telah gemuk (kekenyangan) maka ia mati. Demikian pula perumpamaan kaum yang dibuatkan perumpamaannya oleh Allah di dalam Al-Qur’an dengan perumpamaan ini. Dengan kata lain, bila mereka kekenyangan karena berlimpah ruah dengan harta duniawi, maka pada saat itulah Allah mengadzab mereka. Kemudian Ar-Rabi’ Ibnu Abbas membacakan firman-Nya :
فلما نسوا ما ذكروا به فتحنا عليهم ابواب كل شيئ ۗ ...
“Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka…..” hingga akhir ayat (Q.S. Al-An’aam : 44)

Huruf maa pada lafadz matsalan maa menunjukkan taqlil (sedikit atau terkecil), dan lafadz ba’uudah di-nasab-kan sebagai badal. Perihal makna maa di sini sama dengan ucapan seseorang la adlribanna darban maa, artinya aku benar-benar akan memukul dengan suatu pukulan.Pengertiannya dapat diartikan dengan pukulan yang paling ringan. Atau huruf maa di sini dianggap maa nakirah mausufah, yakni huruf maa diartikan dengan penjelasan lafadz ba’uudah (nyamuk).
Ibnu Jarir memilih pendapat yang mengatakan bahwa huruf maa di sini adalah maa mausulah (kata penghubung), sedangkan lafadz ba’uudah di-i’rab-kan sesuai dengan kedudukannya. Selanjutnya Ibnu Jarir mengatakan bahwa hal seperti ini terjadi dalam percakapan orang-orang Arab, yakni mereka biasa meng-i’rab-kan shilah dari huruf maa dan man sesuai dengan kedudukan i’rab keduanya. Mengingat keduanya adakalanya berupa ma’rifat,  adakalanya pula berupa nakirah.
 
-

Dirangkum oleh :
Sholihin untuk Bintang Raya
Semoga bermanfaat

Senin, 27 Februari 2012

Q.S. Al-Ikhlash

بسم الله الرحمن الرحيم
قل هو الله احد۝ الله الصمد۝ لم يلد ولم يولد۝ ولم يكن له كفوا احد۝

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang
“Katakanlah : Dia-lah Allah Yang Maha Esa”
“Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu”
“Tidak beranak dan tidak pula diperanakkan”
“Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia”

Catatan :
Surat ini dinamakan Al-Ikhlas karena di dalamnya berisi pengajaran tentang tauhid. Oleh karena itu, surat ini dinamakan juga Surat Al-Asas, Qul Huwallahu Ahad, At-Tauhid, Al-Iman, dan masih banyak nama lainnya.
Surat ini merupakan surat Makiyyah dan termasuk surat Mufashol. Surat Al-Ikhlas ini terdiri dari 4 ayat, surat ke 112, diturunkan setelah surat An-Naas. (At Ta’rif bi Suratil Qur’anil Karim).
Ada dua sebab kenapa surat ini dinamakan Al-Ikhlash. Yang pertama, dinamakan Al-Ikhlash karena surat ini berbicara tentang ikhlash. Yang kedua, dinamakan Al-Ikhlash karena surat ini murni membicarakan tentang Allah. Perhatikan penjelasan berikut ini.
Syaikh Muhammad bin Sholeh Al Utsaimin mengatakan bahwa Surat Al-Ikhlas ini berasal dari ’mengikhlaskan sesuatu’ yaitu membersihkannya/memurnikannya. Dinamakan demikian karena di dalam surat ini berisi pembahasan mengenai ikhlas kepada Allah ’Azza wa Jalla. Oleh karena itu, barangsiapa mengimaninya, dia termasuk orang yang ikhlas kepada Allah.
Ada pula yang mengatakan bahwa surat ini dinamakan Al-Ikhlash (di mana ikhlash berarti murni) karena surat ini murni membicarakan tentang Allah. Allah hanya mengkhususkan membicarakan diri-Nya, tidak membicarakan tentang hukum ataupun yang lainnya. Dua tafsiran ini sama-sama benar, tidak bertolak belakang satu dan lainnya. (Lihat Syarh Al Aqidah Al Wasithiyyah, 97).

Surat ini turun sebagai jawaban kepada orang musyrik yang menanyakan pada Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam, ’Sebutkan nasab atau sifat Rabbmu pada kami?’. Maka Allah berfirman kepada Nabi Muhammad shallallahu ’alaihi wa sallam, ’Katakanlah kepada yang menanyakan tadi, … [lalu disebutkanlah surat ini]’(Aysarut Tafasir, 1502). Juga ada yang mengatakan bahwa surat ini turun sebagai jawaban pertanyaan dari orang-orang Yahudi (Jami’ul Bayan fi Ta’wilil Qur’an, At Ta’rif bi Suratil Qur’anil Karim, Tafsir Juz ‘Amma 292). Namun, Syaikh Muqbil mengatakan bahwa asbabun nuzul yang disebutkan di atas berasal dari riwayat yang dho’if (lemah) sebagaimana disebutkan dalam Shohih Al Musnad min Asbab An Nuzul.

Sumber : Rumaysho.com oleh Muhammad Abduh Tausikal
Ditulis kembali oleh Sholihin untuk Bintang raya

Rabu, 22 Februari 2012

Ibanatul Ahkam, 14 Feb 2012

Ibanatul Ahkam Syarah Bulughul Maram
Bab : Nawaqidul Wudlu
Pembicara : K.H. Aep Saefudin S.Ag
Hadits ke-75 :
وَلِأَبِي دَاوُدَ أَيْضًا عَنْ اِبْنِ عَبَّاسٍ مَرْفُوعًا: إِنَّمَا اَلْوُضُوءُ عَلَى مَنْ نَامَ مُضْطَجِعًا وَفِي إِسْنَادِهِ ضَعْفٌ أَيْضً ا
Menurut Riwayat Abu Dawud juga dari Ibnu Abbas Radliyallaahu ‘anhu dengan hadits marfu’ : “Wudlu itu hanya wajib bagi orang-orang yang tidur berbaring.” Dalam sanadnya juga ada kelemahan.
Makna Hadits :
Tidur dalam posisi berbaring merupakan keadaan yang paling lumrah dilakukan oleh setiap manusia, maka hadits ini membatasi keadaan yang membatalkan wudlu hanya bagi orang yang tidur dalam keadaan tersebut. Hal ini ditunjukkan pula oleh hadits yang diceritakan oleh Ibnu ‘Abbas radliyallaahu ‘anhu yang diriwayatkan oleh Abu Dawud bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi wa Sallam pernah tidur dalam sujudnya, kemudian baginda bangkit dan terus mengerjakan sholat tanpa mengambil air wudlu lagi. Ibnu ‘Abbas bertanya: “Mengapa tuan langsung mengerjakan sholat tanpa mengambil air wudlu lagi sedangkan tuan tadi sudah tertidur?” Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi wa Sallam menjawab: “Sesungguhnya wudlu hanya bagi orang yang tidur dalam posisi berbaring” ‘Utsman dan Hannad menambahkan : “Apabila seseorang tidur dalam keadaan berbaring, maka semua sendinya menjadi lentur.”
Fiqih Hadits :
1. Barang siapa yang melihat suatu perkara yang diyakini menyimpang dari adat kebiasaan maka dia hendaklah menanyakan kepada orang yang mengerjakannya, apa di balik tujuan perbuatannya itu, sekalipun orang yang ditanya itu adalah orang terhormat.
2. Orang yang melakukan perbuatan yang dianggap menyalahi adat kebiasaan itupun dianjurkan menjawab pertanyaan yang telah diajukan kepadanya.
3. Tidur dengan posisi berbaring membatalkan wudlu. Cara tidur tersebut sering kali dilakukan oleh orang kebanyakan.

Hadits ke-76 :
عَنِ اِبْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا; أَنَّ رَسُولَ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ: ( يَأْتِي أَحَدَكُمُ الشَّيْطَانُ فِي صَلَاتِهِ فَيَنْفُخُ فِي مَقْعَدَتِهِ فَيُخَيَّلُ إِلَيْهِ أَنَّهُ أَحْدَثَ وَلَمْ يُحْدِثْ فَإِذَا وَجَدَ ذَلِكَ فَلَا يَنْصَرِفُ حَتَّى يَسْمَعَ صَوْتًا أَوْ يَجِدَ رِيحًا ) أَخْرَجَهُ اَلْبَزَّار
وَأَصْلُهُ فِي اَلصَّحِيحَيْنِ مِنْ حَدِيثِ عَبْدِ اَللَّهِ بْنِ زَيْد
وَلِمُسْلِمٍ: عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ نَحْوُهُ
وَلِلْحَاكِمِ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ مَرْفُوعًا ( إِذَا جَاءَ أَحَدَكُمُ الشَّيْطَانُ فَقَالَ: إِنَّكَ أَحْدَثْتَ فَلْيَقُلْ: كَذَبْتَ ) وَأَخْرَجَهُ اِبْنُ حِبَّانَ بِلَفْظِ ( فَلْيَقُلْ فِي نَفْسِهِ )
Dari Ibnu ‘Abbas Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Setan itu akan mendatangi seseorang di antara kamu pada saat dia shalat lalu meniup pada duburnya dan membuatnya berkhayal seakan-akan ia telah kentut padahal ia tidak kentut Jika ia mengalami hal itu maka janganlah ia membatalkan shalat sampai ia mendengar suara atau mencium baunya.” Dikeluarkan oleh al-Bazzar.
Hadits tersebut berasal dari shahihain (hadits shahih Bukhari-Muslim) dari hadits ‘Abdullah Ibnu Zaid.
Muslim turut meriwayatkan hadits yang serupa dari Abu Hurairah.
Menurut Hakim dari Abu Said dalam hadits marfu’ : “Apabila setan datang kepada seseorang di antara kamu lalu berkata: Sesungguhnya engkau telah berhadats hendaknya ia menjawab: Engkau dusta!” Hadits ini juga dikeluarkan oleh Ibnu Hibban dengan lafadz: “Hendaknya ia mengatakan dalam dirinya sendiri.”

Makna Hadits :
Setan sentiasa berusaha merusak ibadah yang dilakukan oleh manusia, terlebih lagi sholat dan apa-apa yang berkaitan dengannya. Setan mengganggu mereka dengan cara membuat seseorang ragu-ragu dalam bersuci. Ada kalanya melakukan kegiatan kotornya itu dengan menghembuskan tempat duduk seseorang yang sedang mengerjakan sholat dan adakalanya pula dengan cara membuat seseorang menjadi waswas. Orang yang waswas dalam bersuci misalnya amat mematuhi terhadap suruhan dan bisikan oleh setan.
Hadits ini menetapkan satu kaidah syariat penting yang mengatakan bahwa “alyaqiinu laa yazuula bil syak” (keyakinan tidak dapat dihilangkan hanya kerana adanya keraguan). Yang harus dijadikan pegangan adalah hukum asalnya, sedangkan keraguan harus dihilangkan dengan cara menetapkan apa yang telah diyakini sebelumnya.
Fiqih Hadits :
1. Setan selalu menggoda hamba Allah ketika sedang melakukan ibadah yang paling mulia dengan tujuan merusak amal ibadah mereka. Tetapi apapun usaha setan tidak membahayakan mereka dan mereka tidak batal kesuciannya kecuali dengan yakin.
2. Bau yang keluar dari dubur membatalkan wudlu.
3. Menetapkan kaidah fiqh yang mengatakan bahwa “alyaqiinu laa yazuula bil syak” (keyakinan tidak dapat dihilangkan hanya kerana adanya keraguan).

Dirangkum oleh : Sholihin untuk Bintang Raya
Semoga bermanfaat
 

Selasa, 21 Februari 2012

Tafsir Q.S. Al-Baqarah : 25

Kajian Tafsir Ibnu Katsir, 14 Feb 2012
Pemateri : K.H. Aep Saefudin SAG
Al-Baqarah ayat 25 :
وببشر الذين آمنوا وعملو الصلحت ان لهم جنت تجري من تحتها الانهارۗ كلما رزقوا منها من ثمرة الرزقاۙ قالو هذا الذي رزقنا من قبل وأتوابه متشابها ۗ ولهم فيها ازواج مطهرة وهم فيها خالدون۝
"Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang beriman dan berbuat kebajikan, bahwa untuk mereka (disediakan) surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Setiap kali mereka diberi rezeki buah-buahan dari surga, mereka berkata, “inilah rezeki yang diberikan kepada kami dahulu.” Mereka telah diberi (buah-buahan yang serupa). Dan di sana mereka (memperoleh) pasangan-pasangan yang suci. Mereka kekal di dalamnya."
Setelah menuturkan apa yang disediakan bagi musuh-musuh-Nya dari kalangan orang-orang yang celaka, yakni orang-orang yang kafir kepada-Nya dan kepada Rasul-Rasul-Nya, berupa siksaan dan pembalasan, maka Allah mengiringinya dengan kisah keadaan kekasih-kekasih-Nya dari kalangan orang-orang yang berbahagia, yaitu orang-orang yang beriman kepada-Nya dan kepada Rasul-Rasul-Nya. Mereka adalah orang-orang yang keimanannya dibuktikan dengan amal-amal sholehnya.
Berdasarkan pengertian inilah maka Al-Qur’an dinamakn matsaani, menurut pendapat yang paling shahih di kalangan para ulama, yang keterangannya akan dibahas dengan panjang lebar pada tempatnya. Yang disebut dengan matsani ialah hendaknya disebutkan masalah iman, kemudian diikuti dengan menyebut kekufuran atau sebaliknya. Atau perihal orang-orang yang berbahagia, lalu diiringi dengan perihal orang-orang yang celaka atau sebaliknya. Kesimpulannya ialah menyebutkan sesuatu hal, kemudian diiringi dengan lawan katanya. Adapun mengenai penyebutan sesuatu yang kemudian diiringi dengan hal yang semisal dengannya dinamakan tasyabuh (penyerupaan) seperti yang akan dijelaskan nanti, insyaa Allah.
Mengenai firman Allah Subhaanahu wa Ta’aala :
وببشر الذين آمنوا وعملو الصلحت ان لهم جنت تجري من تحتها الانهارۗ
"Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang beriman dan berbuat kebajikan, bahwa untuk mereka (disediakan) surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai.”
Surga-surga tersebut digambarkan oleh ayat ini, mengalir di bawahnya sungai-sungai, yakni di bawah pohon-pohon dan gedung-gedungnya. Di dalam sebuah hadits disebutkan bahwa sungai-sungai surga mengalir bukan pada parit-parit.

---masih dalam proses penulisan---

Dirangkum oleh : Sholihin untuk Bintang Raya
Semoga bermanfaat
 

Senin, 20 Februari 2012

Babi itu Haram

Mungkin banyak diantara kita yang pernah bertanya atau mendapat pertanyaan, “Mengapa babi haram? Bukankah semua ciptaan Allah itu baik & ada manfaatnya?”
Jika kita jawab dengan Al-Qur’an, maka besar kemungkinan mereka yang bertanya tidak akan percaya karena mereka tidak beriman pada Al-Qur’anul Kariim. Sekarang mari kita jawab pertanyaan mengapa babi haram dengan alkitab agama lain.
Dalam alkitab kristen pun sebetulnya jelas tertulis jika BABI ITU HARAM! Segala jenis babi, tapi ayatnya diubah-ubah dari masa ke masa :
IMAMAT 11:7
1928 Babi haram
1962 Babi haram
1971 Babi haram
1979 Babi HUTAN HARAM??? Telah diubah manusia...
1985 Babi haram
1990 Babi haram
2006 Babi HUTAN HARAM??? Telah diubah manusia...
Dan dalam Qur'an, jelas babi tertulis haram, tak perlu banyak penjelasan, sejak awal sampai kiamat, sudah tertulis Qur'an tak akan berubah.
"Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Akan tetapi, barang siapa dalam keadaan terpaksa sedang ia tidak menginginkannya dan tidak melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha pengampun, Maha penyayang" (Q.S. Al-Baqarah : 173)

Ada pertanyaan : “Kalian (umat Islam) mengatakan bahwa babi haram, karena ia memakan sampah yang mengandung cacing pita, mikroba-mikroba dan bakteri-bakteri lainnya. Hal itu sekarang ini sudah tidak ada. Karena babi diternak dalam peternakan modern, dengan kebersihan terjamin, dan proses sterilisasi yang mencukupi. Bagaimana mungkin babi-babi itu terjangkit cacing pita atau bakteri dan mikroba lainnya.?”
Dalam menjawab pertanyaan yang diajukan di Prancis ini, seorang ulama dari Arab menjawabnya dengan meminta agar si penanya menyediakan:
3 ekor ayam terdiri dari 2 jantan dan 1 betina
3 ekor babi terdiri dari 2 jantan dan 1 betina
Kemudian, 3 ekor ayam itu dijadikan dalam  1 ruang kandang. Coba tebak apa yang terjadi? Ayam jantan dan ayam jantan lainnya saling berkelahi hingga salah satu kalah untuk memperebutkan 1 ayam betina.
Lalu ustadz meminta agar 3 ekor babi yang sudah disediakan agar dijadikan satu dalam 1 ruang kandang. Dan apakah yang terjadi? Kedua pejantan babi itu saling bantu dalam menyetubuhi 1 babi betina, kedua jantan itu saling bantu satu sama lain. Bahkan terkadang Jantan sesama jantan bersetubuh.
Dari sini ustadz itu menjelaskan bahwa meski babi dianggap steril, tetap saja kelakuannya itu yang akan membawa dampak buruk pada si pemakan.
Ustadz mengatakan: “Karena itulah kalian terjangkiti penyakit seks bebas, anak dibawa orang lain tak dikenal, istri dipeluk cium orang lain tapi tidak marah, selingkuh asal suka sama suka sudah merupakan hal biasa, tak jarang diantara kalian melegalkan pernikahan sesama jenis, ini sudah seperti tingkah kaum nabi Luth yang diadzab!”
Padahal kenyataan bahwa babi tetap saja tidak steril karena penyakit babi terdapat pada DNA-nya hingga sebersih apapun perawatan & kandangnya maka tetap saja penyakit babi tetap ada dan tak dapat dihilangkan. Satu lagi yang perlu diperhatikan bahwa DNA babi sangat mirip sekali dengan DNA manusia, hingga mungkin saudara pernah mendengar ujicoba cangkok organ tubuh babi pada manusia, namun berakhir dengan kegagalan.
Seorang penjahat kanibal di jerman yang tertangkap kemudian ditanya: "seperti apa rasanya daging manusia?" Dia menjawab: "Seperti daging babi."
 
Fakta-fakta berikut cukup membuat seseorang untuk segera menjauhi babi :
1.   Babi adalah hewan yang kerakusannya dalam makan tidak tertandingi hewan lain. Ia makan semua makanan di depannya. Jika perutnya telah penuh atau makanannya telah habis, ia akan memuntahkan isi perutnya dan memakannya lagi, untuk memuaskan kerakusannya. Ia tidak akan berhenti makan, bahkan memakan muntahannya. Ia memakan semua yang bisa dimakan di hadapannya.
Memakan kotoran apa pun di depannya, entah kotoran manusia, hewan atau tumbuhan, bahkan memakan kotorannya sendiri, hingga tidak ada lagi yang bisa dimakan di hadapannya. Ia mengencingi kotoranya dan memakannya jika berada di hadapannya, kemudian memakannya kembali. Ia memakan sampah, busuk-busukan, dan kotoran hewan. Ia adalah hewan mamalia satu-satunya yang memakan tanah, memakannya dalam jumlah besar dan dalam waktu lama, jika dibiarkan.
2.    Kulit orang yang memakan babi akan mengeluarkan bau yang tidak sedap.Penelitian ilmiah modern di dua negara Timur dan Barat, yaitu Cina dan Swedia –Cina mayoritas penduduknya penyembah berhala, sedangkan Swedia mayoritas penduduknya sekuler– menyatakan: daging babi merupakan merupakan penyebab utama kanker anus dan kolon. Persentase penderita penyakit ini di negara-negara yang penduduknya memakan babi, meningkat secara drastis.
Terutama di negara-negara Eropa, dan Amerika, serta di negara-negara Asia (seperti Cina dan India). Sementara di negara-negara Islam, persentasenya amat rendah, sekitar 1/1000. Hasil penelitian ini dipublikasikan pada 1986, dalam Konferensi Tahunan Sedunia tentang Penyakit Alat Pencernaan, yang diadakan di Sao Paulo.
3.    Jika anda menuangkan air soda di satu irisan yang tebal daging babi, tunggu sebentar, anda akan dapat melihatcacing-cacing keluar merayap. Silahkan saksikan Video-nya dengan durasi 1 menit saja di http://www.youtube.com/watch?v=p2eEw26J0z8
4.    Bahwa daging babi mengandung cacing pita (taenia solium), hampir semua orang sudah tahu. Ternyata tidak hanya itu bahaya yang mengancam pemakan babi. Lemak babi mengandung kolesterol paling tinggi dibandingkan dengan lemak hewan lainnya. Darahnya mengandung asam urat paling tinggi. Asam urat merupakan bahan yan jika terdapat dalam darah dapat menimbulkan berbagai penyakit pada manusia.
5.  Daniel S. Shapiro, M.D., Pengarah Clinical Microbiology Laboratories, Boston Medical Center, Massachusetts dan juga merupakan Penolong Profesor Perubatan di Pathology and Laboratory Medicine, Boston University School of Medicine, Massachusetts,merumuskan terdapat lebih daripada 25 penyakit yang bisa di jangkiti dari babi. Di antaranya ialah : Anthrax, Ascaris suum, Botulism, Brucella suis, Cryptosporidiosis, Entamoeba polecki, Erysipelothrix shusiopathiae, Flavobacterium group IIb-like bacteria, Influenza, Leptospirosis, Pasteurella aerogenes, Pasteurella multocida, Pigbel, Rabies, Salmonella cholerae-suis, Salmonellosis, Sarcosporidiosis, Scabies, Streptococcus dysgalactiae (group L), Streptococcus milleri, Streptococcus suis type 2 (group R), Swine vesicular disease, Taenia solium, Trichinella spiralis, Yersinia enterocolitica, Yersinia pseudotuberculosis.
 
Ditambah dengan munculnya kasus Japaneese Enchephalitis (JE) di Malaysia, nyaris semua mata kembali terbuka. Satu lagi bencana mengancam manusia timbul dan bersumber dari babi.
SATU HAL YANG PERLU DIKETAHUI BAHWA CACING-CACING INI DAN BAHKAN TELURNYA SAJA TIDAK AKAN MATI MESKI DAGING DIMASAK DENGAN SUHU 100% CELCIUS !!! CACING HANYA AKAN MATI JIKA DIMASAK DENGAN SUHU YANG JAUH LEBIH TINGGI, NAMUN, SUHU YANG TERLALU TINGGI INI AKAN MERUSAK DAGING DAN MALAH DAGING TERSEBUTLAH YANG AKAN BERBAHAYA BAGI MANUSIA MESKI CACING-CACINGNYA MATI.
 Sekali lagi Babi adalah hewan yang sangat kotor karena biasanya memakan segala sesuatu yang diberikan kepadanya dari mulai bangkai, kotorannya sendiri sampai kotoran manusia. Dan bagi umat Islam yang beriman kepada Al-Qur'an hendaknya meyakini kebenaran perintah Allah yang tercantum dalam Al-Qur'an. Segala hikmah ilmu pengetahuan yang telah diuraikan di atas, yang telah mampu menjelaskan bahaya daging babi, adalah agar lebih menguatkan keimanan kita akan kebenaran mutlak dari Allah melalui firman-Nya di dalam Al-Qur'an. Akal dan ilmu pengetahuan manusia terbatas sedangkan ilmu Allah Maha Luas. Sebagian hikmah dari ayat-ayat Allah sudah diketahui manusia dengan seizin-Nya, tetapi masih banyak yang belum diketahui dan masih tersembunyi bagi manusia, menunggu digali dan dieksplorasi. Dengan berpegang teguh kepada keimanan, maka hasil eksplorasi tersebut akan semakin menguatkan keimanan kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aala.

Sumber : Islam Terbukti Benar . Net
Ditulis kembali oleh Sholihin untuk Bintang Raya

Minggu, 19 Februari 2012

Khutbah Jum'ah 10 Feb 2012

Ciri-Ciri Umat Nabi Muhammad
Ustadz H. Dede Rofiq Yunus LC. MA.
Khutbah pertama :
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رب العلمين، وبه نستعين على عمور الدنيا والدين، وعلى اله واصحبه اجمعين. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لا نبي بعده. اللهم صل على سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ.
ٲمّابعد، فيَاأَيُّهاَ الحضرون، اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. قَالَ الله َتَعَالَى فِى كتبه العزيز، اعوذ بالله من الشيطان الرجيم، بسم الله الرحمن الرحيم، محمد رسول الله ۚ والذين معه أشدآء على اكفار رحمآء بينهم ۖ ترهم ركعا سجدا يبتغون فضلا من الله ورضونا ۖ سيماهم في وجوههم من أثر السجود ۚ.
Hadirin sidang jum’ah rahimakumullah,
Puji dan syukur marilah senantiasa kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah Subhaanahu wa Ta’aala. Allah yang Maha Pengasih yang kasihnya tidak pernah pilih kasih, yang Maha Penyayang yang sayangnya tidak terbilang, sehingga alhamdulillah pada siang hari ini kita bisa berkumpul di tempat ini, mudah-mudahan tiap langkahnya diberikan pahala oleh Allah Subhaanahu wa Ta’aala.
Shalawat dan salam semoga terlimpahcurahkan kepada manusia Agung, revolusioner dunia Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, yang telah mengangkat manusia dari jaman jahiliah kepada jaman islamiyah, dari jaman biadab kepada jaman beradab, minadz dzulumaati ilan nuur, dari kegelapan kepada cahaya terang benderang.
Tidak lupa khatib mengajak kepada hadirin sidang jum’ah rahimakumullah, mari kita senantiasa meningkatkan kualitas iman dan taqwa kepada Allah Subhaanahu wa Ta’aala, taqwa yang sebenar-benarnya, taqwa yang betul-betul mampu diaplikasikan, direalisasikan didalam kehidupan nyata, hidup di dunia ini, amin ya Allah ya rabbal ‘alamiin.
Hadirin sidang jum’ah rahimakumullah,
Tak terasa bulan ini kita berada di pertengahan bulan Rabiul Awal, dimana bulan ini bertepatan dengan dilahirkannya Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib, dialah sosok manusia yang agung, manusia yang paripurna, manusia yang betul-betul menjadi rahmatan lil’alamiin bagi kita semua.
Oleh sebab itu hadirin sidang jum’ah yang berbahagia, walaupun kita hampir setiap datang bulan Rabiul Awal, bulan Maulud, diramaikan dan dirayakan dengan peringatan Maulud Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Tapi pertanyaan kita, sudah sejauh manakah kita mampu merealisasikan, kita mampu mengamalkan apa yang dibawa oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, di dalam kehidupan berumah tangga, didalam kehidupan berdagang, di dalam bekerja, sesungguhnya telah ada contoh dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam.
Hadirin kaum muslimin rahimakumullah,
Kalau kita lihat Q.S. Al-Fath ayat 29, Allah Subhaanahu wa Ta’ala telah berfirman mengenai bagaimana perilaku, bagaimana pekerjaan, dan bagaimana kebiasaan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, yang tentunya kita sebagai umatnya mesti mengikuti apa yang diajarkan Rasulullah, sebab pada hari ini kita telah mendengar dan menyaksikan dekadensi moral, kehilangan idola, kehilangan figur-figur agama yang menjadi panutan, sehingga momen datangnya maulud Nabi bukan hanya sekedar ziarah-ziarah saja, tapi lebih dari itu, bagaimana umat Muhammad ini mempunyai karakteristik, mempunyai ciri sejati, sehingga mampu membedakan mana yang dinamakan umat pengikut Rasulullah dan mana yang bukan pengikutnya.
Di dalam Q.S. Al-Fath ayat 29 Allah berfirman :
محمد رسول الله ۚ والذين معه أشدآء على اكفار رحمآء بينهم ۖ ترهم ركعا سجدا يبتغون فضلا من الله ورضونا ۖ سيماهم في وجوههم من أثر السجود ۚ
“Muhammad adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu melihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada wajah mereka dari bekas sujud.” (Q.S. Al-Fath : 29)
Sesungguhnya Muhammad adalah Rasulullah, utusan Allah Subhaanahu wa Ta’ala yang harus menyampaikan risalah kepada umatnya, yaitu kepada kita semua. Adapun karakteristik dan ciri-ciri umat Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam diantaranya adalah :
Pertama, Asysyidaa-u ‘alal kuffar,. keras terhadap kafir, dalam artian keras terhadap bentuk-bentuk kekafiran. Sebagaimana digembar-gemborkan di media massa, akibat dari minum-minuman keras, yang jelas-jelas diharamkan oleh agama, dan itu merupakan ciri-ciri orang kafir. Oleh sebab itu kita harus bertindak keras terhadap bentuk-bentuk kekafiran yang dilakukan oleh kaum muslimin dan muslimat. Bukankah Allah telah berfirman dalam Al-Qur’an :
إنما الخمر والميسر والانصاب والازلم رجس من عمل الشيطن فاجتنبوه لعلكم تفلحون (المآئدة :90)
 “Sesungguhnya (meminum) khamr, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan anak panah, adalah perbuatan keji dan termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah itu agar kamu beruntung.”

Ke-dua, ciri umat Muhammad adalah ruhamaa-u bainahum, saling berkasih sayang satu sama lain, menjaga silaturrahim, menjaga persatuan dan kesatuan, kerjasama, dan lain sebagainya. Kalau istilah bahasa sundanya sareundeuk saigel sabobot sapihanean. Jangan sampai antar umat muslim putus silaturrahim, tiga hari berselisih paham tidak saling bertanya satu sama lain, kata Rasul: “Tidak akan masuk surga orang yang memutuskan silaturrahim.” Dan itu bukan termasuk umat Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Ke-tiga, ciri umat Muhammad adalah taraahum rukka’an sujjadaa, selalu ruku’ dan sujud. Ruku’ dan sujudnya kepada siapa, hanya kepada Allah Subhaanahu wa Ta’ala. Bukan kepada makam-makam keramat, bukan kepada kuburan-kuburan. Laailaaha illallah laa ma’buda illallah, laailaha illallah laa maujuda illallah. Tiada Tuhan selain Allah, yang berhak disembah hanya Allah, tiada daya dan upaya kecuali atas kehendak Allah. Semua yang kita lakukan harus karena Allah dan untuk Allah, semuanya akan kembali kepada Allah Subhaanahu wa Ta’ala. Kita sebagai hamba Allah, harus mengabdi hanya kepada Allah Subhaanahu wa Ta’ala.
وما خلقت الجن والانس الا ليعبدون (الذاريات:56)
“Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku”
Setiap hembusan nafas kita, setiap aliran darah yang mengalir di dalam tubuh kita, seluruhnya dalam rangka pengabdian kepada Allah Subhaanahu wa Ta’ala. Ciri umat Muhammad adalah taraahum rukaa’an sujjadaa, selalu ruku’ dan sujud, melalui sholat jum’ah ini dan sholat yang lima waktu merupakan refleksi dari ruku’ dan sujud kepada Allah Subhaanahu wa Ta’ala. Pertanyaannya, sudahkan sholat kita khusyu’? Akankah sholat kita diterima Allah ? Sholat itu berat sekali kecuali bagi orang-orang yang khusyu’. Yang sholat saja masih diancam oleh Allah apalagi yang tidak sholat. Sudah sejauh mana ibadah kita? Apakah sholat jum’ah kita hanya untuk menggugurkan kewajiban? Atau hanya karena malu kepada saudara dan tetangga? Ini harus menjadi renungan bagi kita semua, kita harus instrospeksi dan menghisab diri kita sendiri sebelu dihisab dihadapan Allah Subhaanahu wa Ta’ala.
Ke-empat, ciri umat Muhammad adalah yabtaghuuna fadhlan minallaahi waridlwaana, selalu mengharap keutamaan dan ridlo dari Allah Subhaanahu wa Ta’ala. Oleh sebab itu, memang kita sholat jum’at di tempat ini menyita waktu kita, mengganggu pekerjaan kita, tetapi ini dalam rangka mengharap keutamaan dan ridlo Allah. Semoga setiap langkah kita, setiap pengorbanan kita diterima dan diridloi oleh Allah, dan mendapat pahala dari Allah Subhaanahu wa Ta’ala.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ

Khutbah ke-dua :

ٲلحمد لله، والصلاة و السلام على رسول الله، وعلى اله واصحبه ومن واله.
ٲمّابعد، فيَاأَيُّهاَ الحضرون، اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
Kesimpulan dalam khutbah ini, ada lima ciri umat Nabi Muhammad, yaitu :
Pertama, Asysyidaa-u ‘alal kuffar,. keras terhadap bentuk-bentuk kekafiran
Ke-dua, ruhamaa-u bainahum, saling berkasih sayang satu sama lain
Ke-tiga, taraahum rukka’an sujjadaa, selalu ruku’ dan sujud
Ke-empat, yabtaghuuna fadhlan minallaahi waridlwaana, selalu mengharap keutamaan dan ridlo Allah Subhaanahu wa Ta’aala
Ke-lima, siimaahum fii wujuuhihim min atsaris sujuud.
Dari semua ciri itu mampu diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Mudah-mudahan kita termasuk orang-orang yang disebutkan dalam Q.S. Al-Fath ayat 29 tersebut. Amiin.
اللهم صل على سيدنا وشفيعنا ومولنا محمد. اللهم اغفرللمؤمنين والمؤمنات والمسلمين والمسلمات الاحياء منهم والاموات ياعزيز ياغفار يارب العلمين.
Yaa Allah yaa Rabbanaa yaa Kariim, kami berkumpul di majelis in, terimalah sholat dan ibadah kami, terimalah ruku’ dan sujud kami, terimalah pinta dan doa-doa kami yaa Allah yaa ‘Aziizu yaa Ghaffaru yaa Robbal ‘aalamiin. Sholehkanlah anak-anak dan istri kami, berkahilah dalam pekerjaan kami, kami melangkahkan kaki ke tempat ini tiada lain untuk mengabdi kepada-Mu yaa Allah yaa ‘Aziizu yaa Ghaffaru yaa Robbal ‘aalamiin. Ikhlashkanlah dalam setiap langkah kami, terimalah sholat kami yaa Allah yaa ‘Aziizu yaa Ghaffaru yaa Robbal ‘aalamiin.
ربنا ظلمنا انفسنا فان لم تغفرلنا وترحمنا لنكونن من الخسرين. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ.

Dirangkum oleh : Sholihin untuk Bintang Raya
Semoga bermanfaat
 

Kamis, 16 Februari 2012

Bertemu Seorang Nenek di Hutan

Suatu hari seorang ayah nampak akrab bercakap-cakap dengan seorang anaknya yang masih kecil.
”Anakku, jika suatu hari nanti setelah engkau dewasa, engkau berada di hutan kemudian bertemu dengan seorang nenek-nenek yang sudah tua renta, meminta bekalmu karena lapar, sementara engkau hanya mempunyai satu bekal yang hanya cukup untuk satu orang dan tidak bisa dibagi dua, sedangkan engkau membutuhkan bekal tersebut untuk kamu makan sendiri agar bisa bertahan hidup, apa yang akan kamu lakukan ?”
”Yaa aku kasih bekalku kepada nenek tersebut, kan kasihan, kalau sampai mati kelaparan bagaimana ?” jawab sang anak seakan-akan hendak menunjukkan bahwa dia adalah anak yang baik hati.
”Kalau kau berikan bekalmu, kau yang akan mati lho, dan nenek tersebut tidak akan kuat menolongmu karena ia sudah tua,” sang ayah menjelaskan.
Sejenak dahi anak kecil itu berkerut, mencoba berpikir.
”Habis gimana dong, yah ?” akhirnya anak kecil itu menyerah.
”Alangkah lebih bijaksana jika engkau makan bekalmu dulu sehingga engkau menjadi kuat, lalu engkau tolong nenek tersebut, engkau gendong untuk keluar dari hutan dan mendapatkan bantuan.”
Demikianlah, dalam kehidupan ini terkadang ada orang yang terlalu lugu dan polos (kadang-kadang bodoh dan tidak menyadari atau justru ingin dipuji) membantu orang lain tanpa memperhatikan kemampuannya sendiri sehingga pada akhirnya dia sendiri harus dibantu dan bahkan merepotkan orang lain.
Namun ada juga (bahkan banyak), terutama di jaman sekarang, orang yang tidak peduli terhadap orang lain yang membutuhkan, padahal ia mampu, mempunyai kelebihan bekal namun enggan berbagi.


Terinspirasi dari sambutan pak Eko Henry
Ditulis dan diperbaharui oleh Sholihin untuk Bintang Raya
 

Senin, 13 Februari 2012

Tafsir Q.S. Al-Baqarah 24

Kajian Tafsir Ibnu Katsir, 7 Feb 2012
Pemateri : K.H. Aep Saefudin SAG
Al-Baqarah ayat 24 :
فٳن لم تفعلوا ولن تفعلوا فاتقوا النار التي وقودها الناس والحجارة ۖ ٲعدت للكفرين ۝
"Maka jika kalian tidak mampu membuat(nya) dan pasti kalian tidak akan mampu membuat(nya), maka takutlah kalian akan api neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir."
Huruf lan bermakna menafikan untuk selamanya di masa mendatang, yakni kalian tidak akan mampu melakukannya untuk selama-lamanya.
Hal ini merupakan satu mukjizat tersendiri bahwa Allah Subhaanahu wa Ta’aala mengemukakan suatu berita yang pasti mendahului segalanya tanpa rasa khawatir dan takut bahwa Al-Qur’an ini tiada yang dapat membuat hal yang semisal dengannya untuk selama-lamanya. Memang kenyataannya demikian, sejak diturunkan dari Allah sampai sekarang tiada yang dapat membuat hal yang semisal dengannya. Tidak mungkin dan mustahil ada manusia yang dapat melakukannya. Al-Qur’an merupakan kalamullah Tuhan yang menciptakan segala sesuatu. Mana mungkin kalam Yang Maha Pencipta dapat diserupakan dengan kalam makhluk-Nya.
Bagi orang yang memikirkan Al-Qur’an, niscaya dia akan menjumpai di dalamnya berbagai mukjizat keindahan-keindahan yang lahir dan yang tersembunyi yang berkaitan dengan segi lafadz dan segi maknanya.
Allah Subhaanahu wa Ta’aala telah berfirman :
ا لر ۗ كتب أحكمت أيته ثم فصلت من لدن حكيم خبير ( هود : ا )
“Alif laam raa, (inilah) suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi serta dijelaskan secara terinci yang diturunkan dari sisi (Allah) Yang Maha Bijaksana lagi Maha Waspada.” (Q.S. Huud : 1)
Lafadz-lafadz disusun dengan rapid an kokoh, makna-maknanya dijelaskan secara rinci, atau sebaliknya menurut pendapat yang berbeda. Setiap lafadz dan makna Al-Qur’an ialah fasih belaka, tiada yang dapat menandinginya, tiada yang dapat sejajar dengannya.
Allah Subhaanahu wa Ta’aala menceritakan banyak hal yang di masa silam yang kisah-kisahnya terpendam, lalu kisahnya diangkat kembali sesuai dengan kejadiannya tanpa ada kekurangan sama sekali. Allah memerintahkan kepada setiap perkara yang baik dan melarang setiap perbuatan yang buruk.
Allah Subhaanahu wa Ta’aala telah berfirman :
وتمت كلمت ربك صدق وعدلا ( الانعام :115 ) 
“Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (Al-Qur’an) sebagai kalimaat yang benar dan adil” (Q.S. Al-An’am : 115)
Dengan kata lain, benar dalam pemberitaan dan adil dalam hukum; semuanya adalah hak, benar, adil dan petunjuk. Di dalam A-Qur’an tidak terdapat spekulasi, tiada dusta, tiada dibuat-buat, sebagaimana dijumpai dalam banyak syair Arab dan lain-lainnya . Dijumpai dalam kasidah-kasidah yang panjang lagi bertele-tele, kebanyakan isinya hanya menceritakan wanita, kuda, khamr, atau memuji orang tertentu, unta, peperangan, kejadian, hal yang menakutkan atau suatu pemandangan yang tiada mengandung suatu faedah selain hanya menunjukkan kemampuan si penyair yang bersangkutan dalam menggambarkan sesuatu yang samar dan jelimet, atau menampilkannya dalam gambaran yang jelas. Kemudian dijumpai satu bait, dua bait, atau lebih mencakup isi seluruh kasidah, sedangkan yang lainnya tidak ada gunanya dan tidak ada faedahnya selain hanya basa-basi.
Adapun Al-Qur’an, seluruhnya fasih lagi berparamasastra sangat tinggi bagi orang yang mengetahui hal tersebut secara rinci dan secara global dari kalangan orang-orang yang mengerti bahasa Arab dan seni ungkapan mereka. Karena sesungguhnya jika kamu renungkan berita-beritanya, niscaya kamu menjumpainya sangat indah, baik yang diungkapkan dalam bentuk panjang maupun ringkas. Sama saja apakah ungkapannya berulang atau tidak, sebab setiap kali berulang dirasakan bertambah indah dan anggun, tidak bosan membacannya, dan para ulama tidak pernah merasa jenuh.
Apabila Al-Qur’an mengemukakan suatu ancaman atau peringatan, hal ini diungkapkannya dalam bahasa yang membuat gunung yang bisu lagi kokoh itu akan bergetar, terlebih kalbu manusia yang memahaminya. Apabila mengemukakan suatu janji, diungkapkan dalam gaya bahasa yang membuat hati dan pendengaran manusia  terbuka, merasa rindu kepada surga yang berada di sisi ‘Arsy Tuhan Yang Maha Pemurah.
Apabila ayat-ayat Al-Qur'an menerangkan perihal hukum-hukum, perintah-perintah, dan larangan-larangan, maka setiap perintah selalu mengandung semua perkara makruf, baik, bermanfaat, dan larangan terhadap setiap perbuatan yang buruk, hina, dan rendah.

---masih dalam proses penulisan---

Dirangkum oleh : Sholihin untuk Bintang Raya
Semoga bermanfaat


Minggu, 12 Februari 2012

Q.S. Al-'Alaq 1-5

بسم الله الرحمن الرحيم
اقرأ بسم ربك الذي خلق۝ خلق الإنسان من علق۝ اقرأ وربك الأكرم۝ الذي علم باالقلم۝ علم الإنسان مالم يعلم۝

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,”
“Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah”
“Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Mulia,”
“Yang mengajar (manusia) dengan perantaran pena,”
“Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”

Catatan :
Q.S. Al-‘Alaq 1-5 tersebut adalah wahyu Allah Subhaanahu wa Ta’aala yang diturunkan pertama kali kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Perintah membaca mengandung makna perintah Allah Subhaanahu wa Ta’aala kepada manusia agar membaca (berfikir, belajar, dan menggali ilmu) ayat-ayat Allah, baik ayat qauliyah maupun ayat kauniyah.
Ayat qauliyah yaitu firman Allah (kitab suci Al-Qur’an).
Ayat kauniyah ialah alam semesta dan segala isinya, termasuk bumi, matahari, bulan, bintang, planet dan segala benda langit lainnya, juga manusia, hewan, tumbuhan, kuman, bakteri, dan sebagainya.
‘Alaq (segumpal darah) ialah segumpal darah kehidupan yang terbentuk dan menempel di dinding rahim setelah bertemunya sel sperma dengan sel telur.
Dengan perantaraan qalam (pena) maksudnya dengan perantaraan baca tulis.


Wallahu a'lam
Dari berbagai sumber
Sholihin untuk Bintang Raya

Sabtu, 11 Februari 2012

Khutbah Jum'ah 3 Februari 2012

Merasakan Manisnya Iman
K.H. Aep Saefudin S.Ag.
Khutbah pertama :
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِاْلاِتِّحَادِ وَاْلاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ الْمَتِيْنِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ، الملك الحق المبين. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، الصدق الوعد الامين. صلاة وسلام دآءمين متلازمين عَلَى اصرف المرسلين، سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ.
ٲمّابعد، فياعباد الله أوصيكم وٳيّاي بتقوى الله فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ الله َتَعَالَى فِى القرأن العظيم، اعوذ بالله من الشيطان الرجيم، بسم الله الرحمن الرحيم، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. صدق الله العظيم.
Alhamdulillah, pada hari Jum’ah ini kita masih bisa melaksanakan sebagian dari kewajiban kita selaku hamba beriman yaitu melaksanakan ibadah jum’ah. Mudah-mudahan ibadah kita diterima oleh Allah Subhaanahu wa Ta’aala, dan dari ibadah mahdlah ini berpengaruh positif terhadap ibadah ghairu mahdlah yang ada kaitannya dengan hablun minannaas.
Shalawat dan salam semoga terlimpah curah kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, beserta keluarganya, para sahabatnya dan seluruh umatnya hatta yaumal kiamah.
Tidak lupa saya selaku khatib berwasiat dan mengajak kepada hadirin semuanya, marilah kita bersama-sama meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah Subhaanahu wa Ta’aala, Iman yang sempurna dan taqwa yang sebenar-benarnya, dalam arti melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
Hadirin sidang jum’ah yang berbahagia,
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda :
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَن النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلاَوَةَ اْلإِيْمَانِ أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إِلاَّ لِلَّهِ وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ بعد أن أنقذه الله منه كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ (رواه البخاري ومسلم)
“Tiga perkara yang barang siapa memilikinya maka ia akan merasakan manisnya iman : 1. Mencintai Allah dan Rasulnya melebihi dari cinta kepada yang lainnya (diatas segala-galanya), 2. Mencintai seseorang semata-mata karena Allah, 3. Benci kembali kepada kekafiran setelah Allah menyelamatkannya dari kekafiran, sebagaimana ia benci untuk dilemparkan ke dalam neraka.”
Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam adalah mutlak kebenarannya, sama dengan firman Allah Subhaanahu wa Ta’aala tidak akan ingkar janji. Seseorang akan merasakan nikmat lezatnya iman, kata Rasul, apabila kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya diatas segal-galanya. Bukan berarti kita tidak boleh mencintai hal-hal yang bersifat duniawi. Fitrah manusia sudah jelas dalam Al-Qur’an firman Allah Subhaanahu wa Ta’aala :

زين للناس حب الشهوت من النسآء والبنين والقنطير المقنطرة من الذهب والفضة والخيل المسومة والانعم والحرث ۗ ذلك متع الحيوة الدنيا ۖ والله عنده حسن المئاب۝

“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu : wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (Q.S. Ali Imran : 14)


---masih dalam proses penulisan---
 
Dirangkum oleh : Sholihin untuk Bintang Raya
Semoga bermanfaat