Minggu, 05 Februari 2012

Ibanatul Ahkam, 31 Jan 2012

Ibanatul Ahkam Syarah Bulughul Maram
Bab : Nawaqidul Wudlu
Pembicara : K.H. Aep Saefudin SAG
Hadits ke-72 :
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ: ( كَانَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم يُذْكُرُ اَللَّهَ عَلَى كُلِّ أَحْيَانِهِ ) رَوَاهُ مُسْلِمٌ وَعَلَّقَهُ اَلْبُخَارِيّ
Dari ‘Aisyah Radliyallaahu ‘anhu berkata: “Rasulullah Shallallaahu 'Alaihi wa Sallam selalu berdzikir kepada Allah dalam semua keadaannya (setiap saat).” Diriwayatkan oleh Muslim dan dita'liq oleh Bukhari
Makna Hadits :
Dzikir mencakup dzikir dengan hati dan dzikir dengan lisan, baik ketika dalam keadaan suci, berhadats, junub, berdiri, duduk, berbaring, berjalan, berkendaraan, musafir maupun mukim. Ulama telah bersepakat untuk membolehkan berdzikir berupa tasbih, tahmid, tahlil, takbir dan shalawat kepada Nabi Shallallaahu 'Alaihi wa Sallam serta berdoa dan sebagainya bagi orang yang berhadats, haid, nifas dan junub, baik dzikir dengan hati mahupun dengan lisan. Membaca al-Qur’an bagi orang yang junub, haid dan nifas adalah diharamkan, meskipun makna dzahir hadits ini mengandungi pemahaman dzikir secara umum hingga mencakupi aktifitas membaca Al-Qur’an bagi orang yang junub, namun hadits ini di-takhsis oleh hadits lain yang akan dikemukakan dalam bab mandi, yaitu :
“Rasulullah Shallallaahu 'Alaihi wa Sallam sentiasa membacakan al-Quran kepada kami selagi baginda tidak dalam keadaan berjunub.”
Fiqih Hadits :
Seseorang yang berada dalam keadaan tidak berwudlu tidak mencegahnya untuk tetap berdzikir dan mengingat Allah Subhaanahu wa Ta’aala.

Hadits ke-73 :
عَنْ أَنَسِ]بْنِ مَالِكٍ]رضي الله عنه (أَنَّ اَلنَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم اِحْتَجَمَ وَصَلَّى وَلَمْ يَتَوَضَّأْ) أَخْرَجَهُ اَلدَّارَقُطْنِيُّ وَلَيَّنَه
Dari Anas Ibnu Malik Radliyallaahu ‘Anhu bahwa Nabi Shallallaahu ‘Alaihi wa Sallam berbekam lalu shalat tanpa berwudlu lagi. Hadits dikeluarkan dan dilemahkan oleh Daruquthni.
Makna Hadits :
Di antara keindahan Islam adalah setiap aturan yang ditetapkan pasti dapat diterima oleh akal sehat. Kandungan hadits ini amat bersesuaian dengan kaedah wudlu, di mana wudlu tidak batal melainkan disebabkan oleh keluarnya sesuatu dari qubul dan dubur. Keluarnya darah dari bagian yang lain dari anggota tubuh seperti berbekam untuk tujuan berobat tidak menyebabkan batalnya wuduk. Inilah tujuan yang hendak disampaikan oleh hadits ini.
Fiqih Hadits :
Wudlu tidak batal kerana darah yang keluar selain dari qubul dan dubur. Inilah pendapat Imam Asy-Syafi’i sebagaimana yang telah diterangkan sebelum ini dalam hadits no. 69.

Hadits ke-74 :
عَنْ مُعَاوِيَةَ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم ( الْعَيْنُ وِكَاءُ السَّهِ فَإِذَا نَامَتْ اَلْعَيْنَانِ اِسْتَطْلَقَ اَلْوِكَاءُ ) رَوَاهُ أَحْمَدُ وَالطَّبَرَانِيُّ . ِزَادَ ( وَمَنْ نَامَ فَلْيَتَوَضَّأْ ) وَهَذِهِ اَلزِّيَادَةُ فِي هَذَا اَلْحَدِيثِ عِنْدَ أَبِي دَاوُدَ مِنْ حَدِيثِ عَلِيٍّ دُونَ قَوْلِهِ: ( اِسْتَطْلَقَ اَلْوِكَاءُ ) وَفِي كِلَا الْإِسْنَادَيْنِ ضَعْف
Dari Muawiyah Radliyallaahu ‘Anhu berkata : Nabi Shallallaahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: “Mata adalah tali pengikat dubur maka apabila kedua mata telah tidur lepaslah tali pengikat itu” Diriwayatkan oleh Ahmad dan Thabrani.
Ditambahkan: “Dan barangsiapa tidur hendaknya ia berwudlu.” Tambahan dalam hadits ini menurut Abu Dawud dari hadits Ali Radliyallaahu ‘Anhu tanpa sabda beliau: "Lepaslah tali pengikat itu.” Dalam kedua sanad ini ada kelemahan.
Makna Hadits :
Syariat menyamakan penyebab yang dapat mendatangkan hadats sama kedudukannya dengan hadats itu sendiri. Ini untuk memastikan kesucian tetap terpelihara dan menjaga kemuliaan munajat supaya tidak ternoda oleh perkara-perkara yang mendatangkan hadats serta penyebabnya. Pandangan syariat terhadap perkara-pekara yang dapat mendatangkan hadats amatlah bijaksana. Karena itu, ia lebih condong kepada penyebab yang lebih besar kemungkinannya menimbulkan hadats dan mengabaikan penyebab yang kecil kemungkinannya mendatangkan hadats. Inilah rahasia yang terdapat di dalam masalah tidur yang pulas dapat membatalkan wudlu.
Fiqih Hadits :
Tidur yang lelap (pulas) dapat membatalkan wudlu. Sehubungan dengan itu ulama mempunyai perbedaan pendapat dalam masalah ini sebagaimana telah diterangkan dalam hadits no. 62.

Pertanyaan :
1. M?
Me
2. Jika ?
Ha
- - - masih dalam proses editing - - -
Dirangkum oleh : Sholihin untuk Bintang Raya
Semoga bermanfaat

Baca juga artikel terkait :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sampaikan tanggapan anda di kolom komentar, terimakasih.