Minggu, 07 Juli 2013

Gembira Menyambut Ramadhan

Ada sebuah hadits yang cukup populer di sebagian masyarakat kita yang berbunyi :

مَنْ فَرِحَ بِدُخُوْلِ رَمَضَانَ حَرَّمَ اللهُ جَسَدَهُ عَلَى النِّيْرَانِ

“Barangsiapa bergembira dengan kedatangan bulan Ramadhan niscaya Allah mengharamkan jasadnya dari neraka”
(Catatan : Hadits ini disebutkan oleh Al Khubawi (penulis kitab Durratun Nashihin) dalam kitabnya tanpa menyebutkan sanad dan sumbernya. Sebagian ulama menghukumi hadits tersebut sebagai hadits maudlu’).

Sebentar lagi bulan Ramadhan akan tiba. Secara garis besar, ada dua golongan utama manusia dalam menyongsong bulan Ramadhan, tergantung pada derajat keimanannya. Golongan yang pertama adalah yang merasa gembira dan bersukacita dengan kedatangan bulan mulia ini, bahkan jauh-jauh hari menanti dan merindukannya. Golongan ini bahagia dengan kedatangan bulan Ramadhan karena hal-hal yang bersifat ukhrawi, seperti kenikmatan berpuasa dan melaksanakan amal ibadah, dilipangandakannya pahala kebaikan, dibukanya pintu-pintu surga, ditutupnya pintu-pintu neraka, syaitan dibelenggu, serta hadirnya lailatul qadar. Inilah golongan orang-orang yang beriman, yang yakin akan keutamaan bulan Ramadhan, dan yakin dengan janji Allah SWT.
Hal ini telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW dan selalu diikuti dan dilakukan oleh para sahabat dan salafus shaleh, sebagaimana telah diriwayatkan dari Anas bin Malik RA bahwa dia berkata, adalah Nabi SAW apabila memasuki bulan Rajab, beliau berdoa,

اللهم بارك لنا في رجب وشعبان وبلغنا رمضان

Ya Allah berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban serta pertemukanlah kami dengan Ramadhan.” (HR. Ahmad dan Ath-Thabrani)

Golongan yang kedua adalah yang merasa berat, merasa risau dan resah dengan datangnya bulan puasa. Puasa dianggap sebagai beban yang menyebabkan berkurangnya waktu untuk mencari dunia, melemahnya tenaga untuk bekerja, menurunnya omset bisnis, bertambahnya pengeluaran rumah tangga, naiknya harga-harga, dan lain sebagainya.
Golongan ini, walaupun berpuasa namun terpaksa, karena malu dengan lingkungannya. Puasanya hanya sebatas menahan lapar dan dahaga, serta jauh dari keikhlashan. Puasa seperti itu adalah sia-sia, karena tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya.

Rasulullah SAW bersabda :

كَمْ مِنْ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ ِصيَامِهِ إِلاَّ الْجُوْعُ وَالْعَطْشُ .


Banyak dari orang berpuasa, tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya kecuali hanya lapar dan dahaga”.

Mari kita tanyakan pada diri sendiri, termasuk golongan yang manakah kita? Jawaban yang jujur dari pertanyaan ini mencerminkan bagaimana derajat keimanan kita.

Dirangkum oleh : Sholihin untuk Bintang Raya
Sumber : Tausiah KH. Aep Saefudin S.Ag dan dari sumber lainnya 
Semoga bermanfaat

Baca juga artikel terkait :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sampaikan tanggapan anda di kolom komentar, terimakasih.