Kajian Tafsir Ibnu Katsir, 3 April 2012
Pemateri : K.H. Aep Saefudin SAG
Al-Baqarah
ayat 34 :
وإذ قلنا للملئكة السجدوا
لادم فسجدو الآإبليس ۗ ابى
واستكبروكان من الكفرين.
"Dan(ingatlah) ketika
Kami berfirman kepada para malaikat, “sujudlah kalian kepada Adam,” maka
sujudlah mereka kecuali iblis, ia enggan dan takabbur, dan adalah dia termasuk
golongan yang kafir."
Hal ini merupakan penghormatan yang
besar dari Allah Subhaanahu wa Ta’aala untuk Adam dan dapat dilimpahkan kepada
keturunannya, yaitu ketika Allah memberitahukan bahwa Dia telah memerintahkan
kepada para malaikat untuk bersujud menghormati Adam. Kenyataan ini diperkuat
pula oleh banyak hadits yang menunjukkan bahwa hal tersebut benar-benar
terjadi, antara lain ialah hadits mengenai syafaat yang telah disebutkan
sebelumnya dan yang mengisahkan Nabi Musa ‘alaihis salam yaitu :
ربي ارني أدم الذين اخرجنا ونفسه من الجنة،
فلما اجتمع به قال أنت أدم الذي خلقه الله بيده ونفخ فيه من روحه وأسجد له
ملائكته.
“Wahai Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku
Adam yang telah mengeluarkan diri kami dan dirinya sendiri dari surga. Ketika
Musa telah bersua dengannya, Musa berkata : “Engkaukah Adam yang telah
diciptakan Allah dengan tangan (kekuasaan)-Nya dan dia meniupkan sebagian dari
roh (ciptaan)-Nya kepadamu dan memerintahkan kepada para malaikat-Nya untuk
bersujud kepadamu?”
Hadits tersebut secara lengkap akan
diungkapkan kemudian, insya Allah.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu
Kuraib, telah menceritakan kepada kami Utsman Ibnu Sa’id, telah menceritakan
kepada kami Bisyr Ibnu Imarah, dari Abu Rauq, dari Ad-Dahak, dari Ibnu Abbas
yang menceritakan hal berikut :
Pada awalnya iblis itu merupakan suatu golongan dari para
malaikat, mereka dikenal dengan sebutan jin. Iblis diciptakan dari api yang
sangat panas, yakni jin yang berada diantara para malaikat, nama aslinya adalah
Al-Harits, pada mulanya ia ditugaskan sebagai salah satu penjaga surga. Tetapi
pra malaikat diciptakan dari nur yang berbeda dengan golongan iblis
tadi.
Ibnu Abbas melanjutkan kisahnya, bahwa jin yang disebut di
dalam Al-Qur’an diciptakan dari nyala api, yakni dari lidah api yang paling
ujungnya bila menyala. Sedangkan manusia diciptakan dari tanah liat. Makhluk
yang mula-mula menghuni bumi adalah jin, lalu mereka membuat kerusakan,
menumpahkan darah, dan sebagian dari mereka membunuh sebagian yang lain. Maka
Allah mengirimkan kepada mereka Iblis bersama sejumlah pasukan dari Malaikat.
Mereka yang diutus melakukan tugas ini dari kalangan makhluk yang dikenal
dengan nama jin. Iblis bersama para pengikutnya dapat menumpas makhluk jin
hingga mengejar mereka sampai ke pulau-pulau di berbagai lautan dan ke
puncak-puncak bukit.
Setelah iblis dapat melakukan tugas tersebut, akhirnya dia
merasa tinggi diri, dan mengatakan, “Aku telah melakukan sesuatu hal yang belum
pernah dilakukan oleh siapapun.” Allah mengetahui hal itu yang tersimpan di
balik hati iblis, sedangkan para malaikat yang bersamanya tidak mengetahui hal
itu. Lalu Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman kepada para malaikat-Nya yang pernah
diutus-Nya bersama iblis, “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah
di bumi itu.” Maka para malaikat menjwabnya, “Mengapa engkau hendak menjadikan
di bumi itu orang yang akan berbuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah,
seperti kerusakan yang telah dilakukan oleh makhluk jin dan banyaknya darah
mengalir karena perbuatan mereka? Padahal sesungguhnya kami diutus untuk
menumpas mereka.”
Kemudian Allah berfirman, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa
yang tidak kalian ketahui,” yakni ‘Aku mengetahui apa yang tersimpan di balik
hati iblis hal-hal yang tidak kalian ketahui, yaitu sifat takabbur dan tinggi
diri.’
Lalu Allah menciptakan Adam dari tanah liat, yakni tanah
liat yang baik, berasal dari lumpur hitam yang diberi bentuk dan berbau tidak
enak. Sesungguhnya pada mulanya dari tanah, kemudian menjadi tanah liat yang
diberi bentuk. Allah menciptakan Adam dari tanah liat itu dengan tangan
kekuasaan-Nya sendiri. Kemudian Allah meniupkan sebagian ruh ciptaan-Nya.
Kemudian Allah berfirman kepada para malaikat yang bersama
iblis tadi, “Sujudlah kalian kepada Adam!” Maka mereka semuanya sujud, kecuali
iblis, ia membangkang dan takabur karena di dalam dirinya telah muncul sifat
takabur dan tinggi diri. Iblis berkata, “Aku tidak mau sujud karena aku lebih
baik daripada dia dan lebih tua serta asalku lebih kuat. Engkau telah
menciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah.
Sesungguhnya api lebih kuat daripada tanah.” Setelah iblis menolak sujud kepada
Adam, maka Allah menjauhkannya dari seluruh kebaikan dan menjadikannya setan
yang terkutuk sebagai hukuman atas kedurhakaannya.
Qatadah mengatakan sehubungan dengan firman-Nya :
وإذ
قلنا للملئكة السجدوا لادم
Dan(ingatlah) ketika Kami
berfirman kepada para malaikat, “sujudlah kalian kepada Adam,” (Q.S. AL-Baqarah : 34)
Karena taat kepada Allah, maka
dilakukan sujud kepada Adam. Allah memuliakan Adam dengan memerintahkan para
malaikat-Nya bersujud kepadanya.
Sebagian ulama mengatakan bahwa sujud
ini merupakan penghormatan dan salam serta memuliakan, seperti pengertian yang
terdapat di dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :
ورفع ابويه على العرش
وخرو له سجدا وقال يآأبت هذا تأويل رءياي من قبل قد جعلها ربي حقا.
Dan ia menikkan kedua ibu bapaknya ke atas singgasana. Dan
mereka (semuanya) merebahkan diri seraya sujud kepada Yusu. Dan Yusuf
berkata, “Wahai ayahku, inilah ta’wil mimpiku yang dahulu itu, sesungguhnya
Tuhanku telah menjadikannya suatu kenyataan” (Q.S. Yusuf : 100)
Di masa lalu hal ini memang
diperbolehkan di kalangan umat-umat terdahulu, tetapi dalam agama kita hal ini
telah di-mansukh.
Mu’adz mengemukakan hadits berikut :
قدمت الشام فرأيتهم يسجدون لأساقفتهم وعلمائهم،
فأنت يارسول الله احق أن يسجد لك، فقال لالوكنت أمرا بشرا أن يسجد لبشر لأمرت
المرأة أن تسجد لزوجها من عظم حقه عليها.
Ketika aku
(Mu’adz) tiba di negeri Syam, kulihat mereka sujud kepada uskup-uskup dan
ulama-ulamanya. Maka engkau, wahai Rasulullah, adalah orang yang lebih berhak
untuk disujudi. Lalu Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Tidak,
seandainya aku boleh memerintahkan seseorang untuk sujud kepada orang lain,
niscaya aku perintahkan kepada wanita untuk sujud kepada suaminya, karena
besarnya hak suami atas dirinya.”
Jadi, syariat
Islam melarang seseorang sujud kepada orang lain, bahkan ruku’ pun tidak boleh.
Hanya kepada Allah-lah manusia ruku’ dan bersujud.
Qatadah
mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya :
فسجدوآ
الآإبليس ۗ ابى
واستكبروكان من الكفرين.
"maka sujudlah mereka
kecuali iblis, ia enggan dan takabbur, dan adalah dia termasuk golongan yang
kafir." (Q.S. Al-Baqarah : 34)
Iblis dengki terhadap Adam ‘alaihis salam karena kehormatan yang telah
diberikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada Adam, dan ia berkata, “Aku
berasal dari api, sedangkan dia dari tanah.” Hal tersebut merupakan dosa besar,
yaitu takabur.
Di dalam sebuah hadits shahih telah disebutkan :
لايدخل الجنة من كان في قلبه مثقال حبة من خردل
من كبر.
“Tidak dapat masuk surga seseorang yang di dalam hatinya
terdapat sifat takabur sekalipun hanya seberat biji sawi.”
Di dalam hati iblis terdapat sifat takabur, kekufuran dan keingkaran yang
mengakibatkan dirinya terusir dan dijauhkan dari rahmat Allah dan dari
sisi-Nya. Sebagian ahli i’rab mengartikan firman-Nya, “wakaana minal
kaafiriin,” maksudnya ‘jadilah ia (iblis) termasuk golongan orang-orang
yang kafir, karena menolak untuk bersujud’. Jadi kafirnya iblis bukanlah karena
tidak percaya dengan Allah dan segala ciptaannya, bahkan iblis sangat percaya
karena menyaksikan langsung, namun iblis kair karena menolak perintah Allah
untuk sujud menghormati Adam.
Tanya Jawab
:
1. T?
J:
---masih dalam proses penulisan---
Dirangkum oleh :
Sholihin untuk Bintang Raya
Semoga bermanfaat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Sampaikan tanggapan anda di kolom komentar, terimakasih.