Kajian Tafsir Ibnu Katsir, 20 Maret 2012
Pemateri : K.H. Aep Saefudin SAG
Al-Baqarah
ayat 31-33 :
وعلم أدم الاسمآء كلها ثم
عرضهم على الملئكة فقال أنبئوني بأسماء هؤلآء إنكنتم صدقين. قالوا سبحنك لاعلم لنا
الا ما علمتنا ۗ انك انت
العليم الحكيم. قال يأدم أنبئهم بأسماءهم فلما أنبأهم بأسماءهم قال ألم أقل لكم
إني أعلم غيب السموت والارض وأعلم ما تبدون وما كنتم تكتمون.
"Dan dia mengajarkan
kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, Kemudian mengemukakannya kepada
para malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu
jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!" Mereka menjawab:
"Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang Telah
Engkau ajarkan kepada Kami; Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi
Maha Bijaksana[35]. Allah berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada
mereka nama-nama benda ini." Maka setelah diberitahukannya kepada mereka
nama-nama benda itu, Allah berfirman: "Bukankah sudah Ku katakan kepadamu,
bahwa Sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa
yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?"
[35]
Sebenarnya terjemahan Hakim dengan Maha Bijaksana kurang tepat, Karena
arti Hakim ialah: yang mempunyai hikmah. hikmah ialah penciptaan dan penggunaan
sesuatu sesuai dengan sifat, guna dan faedahnya. di sini diartikan dengan Maha
Bijaksana Karena dianggap arti tersebut hampir mendekati arti Hakim.
Hal ini merupakan ungkapan yang
dikemukakan Allah Subhaanahu wa Ta’aala, didalamnya terkandung keutamaan Adam
atas para malaikat berkat apa yang telah dikhususkan Allah baginya berupa ilmu
tentang nama-nama segala sesuatu, sedangkan para malaikat tidak mengetahuinya.
Hal ini terjadi sesudah para malaikat diperintahkan untuk bersujud kepada Adam.
Sesungguhnya bagian ini didahulukan
atas bagian yang mengandung perintah Allah kepada para malaikat untuk bersujud
kepada Adam karena bagian ini mempunyai kaitan erat dengan ketidak tahuan para
malaikat tentang hikmah penciptaan khalifah, yaitu di saat mereka menanyakan
hal tersebut. Kemudian Allah Subhaanahu wa Ta’aala menjelaskan bahwa Dia
mengetahui apa yang tidak mereka ketahui. Karena itulah Allah menyebutkan
bagian ini sesudah hal tersebut, untuk menjelaskan kepada mereka keutamaan
Adam, berkat kelebihan yang dimilikinya di atas mereka berupa ilmu pengetahuan
tentang nama-nama segala sesuatu. Untuk itu Allah Subhaanahu wa Ta’aala
berfirman : “Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda)
seluruhnya” (Q.S. Al-Baqarah : 31)
Menurut pendapat yang shahih,
Allah mengajarkan kepada Adam nama-nama segala sesuatu, yakni semua zat, sifat
dan karakternya dalam bentuk mukabbar dan mushaghghar. Karena itu
Imam Bukhari dalam tafsir ayat ini pada Kitabut Tafsir, bagian dari
kitab shahih-nya, mengatakan : Telah menceritakan kepada kami Muslim
Ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Hisyam, dari Qatadah, dari Anas
Ibnu Malik, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah bersabda.
Khalifah telah mengatakan kepadaku, telah menceritakan kepada kami Yazid Ibnu
Zurai’, telah menceritakan kepada kami Sa’id, dari Qatadah, dari Anas, dari
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang telah bersabda :
“Orang-orang mukmin berkumpul di hari kiamat, lalu mereka
mengatakan, ”Seandainya kita meminta syafa’at kepada Tuhan kita.” Maka mereka
datang kepada Adam, lalu berkata, ”Engkau adalah bapak umat manusia, Allah
telah menciptakanmu dengan tangan kekuasaan-Nya dan Dia telah memerintahkan
kepada para malaikat-Nya agar bersujud kepadamu serta Dia telah mengajarkan
kepadamu nama-nama segala sesuatu, maka mintakanlah syafa’at buat kami kepada
Tuhanmu, agar Dia membebaskan kami dari tempat kami sekarang ini.” Adam
menjawab, “Aku bukanlah orang yang dapat menolong kalian.” Lalu ia menyebutkan
kesalahannya yang membuatnya merasa malu. (Dia berkata), “Datanglah kalian
kepada Nuh, karena sesungguhnya dia adalah rasul pertama yang diutus oleh Allah
buat penduduk bumi.” Lalu mereka datang kepadanya, tetapi Nuh menjawab, “Aku
bukanlah orang yang dapat menolong kalian,” lalu ia menyebutkan permintaan yang
pernah dia ajukan kepada Tuhannya tentang sesuatu yang tidak dia ketahui,
hingga ia merasa malu. Ia berkata, “Datanglah kalian kepada kekasih Tuhan Yang
Maha Pemurah (Nabi Ibrahim).” Lalu mereka mendatanginya, tetapi ia berkata,
“Aku bukanlah orang yang dapat menolong kalian,” dan Nabi Ibrahim berkata,
“Datangilah oleh kalian Musa, seorang hamba yang pernah diajak bicara oleh
Allah dan diberinya kitab Taurat.” Lalu mereka datang kepada Musa, tetapi Musa
menjawab, “Aku bukanlah orang yang dapat menolong kalian,” kemudian Musa
menyebutkan pembunuhan yang pernah dilakukannya terhadap seseorang bukan karena
orang itu telah membunuh orang lain, hingga ia merasa malu kepada Tuhannya.
Lalu ia berkata, “Datanglah kalian kepada Isa, hamba Allah dan Rasul-Nya yang
diciptakan melalui kalimat Allah dan roh (ciptaan)-Nya.” Kemudian mereka datang
kepada Isa, tetapi Isa menjawab, “Aku bukanlah orang yang dapat menolong
kalian, datanglah kalian kepada Muhammad, seorang hamba yang telah diampuni
baginya semua dosanya yang lalu dan yang kemudian.” Lalu mereka datang
kepadaku, maka aku berangkat dan meminta izin kepada Tuhanku hingga Dia
mengizinkan diriku. Ketika aku melihat Tuhanku, maka aku menyungkur bersujud
dan Dia membiarkan diriku dalam keadaan demikian selama yang Dia kehendaki. Lalu
Dia berfirman, “Angkatlah kepalamu, dan mintalah, niscaya kamu diberi apa yang kamu minta, dan
katakanlah, niscaya didengar, dan mintalah syafa’at, niscaya kamu diberi izin
untuk memberi syafa’at.” Lalu aku mengangkat kepalaku dan aku memuji-Nya dengan
pujian yang Dia ajarkan kepadaku. Kemudian aku memohon syafa’at, dan Dia
menentukan suatu batasan kepadaku, lalu aku masukkan mereka ke dalam surga.
Kemudian aku kembali kepada-Nya, dan ketika aku melihat Tuhanku, maka aku
melakukan hal yang serupa, lalu aku memohon syafa’at dan Dia menentukan batasan
(jumlah) tertentu, maka aku masukkan mereka ke dalam surga. Kemudian aku
kembali lagi untuk yang ketiga kalinya dan kembali lagi untuk yang keempat
kalinya, hingga aku katakan, “Tiada yang tertinggal di dalam neraka kecuali orang-orang
yang mengabaikan Al-Qur’an dan
dipastikan baginya kekal di dalam neraka.”
Demikian menurut hadits yang diketengahkan oleh Imam Bukhari dalam bab ini.
Hadits yang sama telah diketengahkan pula oleh Imam Muslim dan Imam Nasa’i melalui
hadits Hisyam (yakni Ibnu Abu Abdullah Ad-Dustuwa’i), dari Qatadah dengan
lafadz yang sama. Imam Muslim, Imam Nasa’i, dan Ibnu Majah tengah
mengetengahkan pula hadits ini melalui hadits Sa’id (yakni Ibnu Abu Arubah),
dari Qatadah.
Kaitan pengetengahan hadits ini dan tujuan utamanya ialah menyimpulkan
sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang mengatakan : “Lalu
mereka mendatangi Adam dan berkata, ”Engkau adalah bapak umat manusia, Allah
telah menciptakanmu dengan tangan kekuasaan-Nya dan Dia telah memerintahkan
kepada para malaikat-Nya agar bersujud kepadamu serta Dia telah mengajarkan
kepadamu nama-nama segala sesuatu,”
Hadits ini menunjukkan bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengajarkan
kepada Adam nama-nama semua makhluk.
Namun demikian bagian akhir dari hadits tersebut patut kita renungkan,
bahwa orang-orang yang mengabaikan Al-Qur’an akan ditahan oleh Al-Qur’an
sehingga kekal di dalam neraka. Orang-orang yang mengabaikan Al-Qur’an
diantaranya adalah orang Islam yang tidak bisa membaca Al-Qur’an tetapi tidak
mau belajar, bisa membaca Al-Qur’an tetapi tidak membacanya dan tidak belajar
memahaminya, telah memahami Al-Qur’an tetapi tidak mengamalkannya dan tidak
menjadikannya sebagai pedoman hidup. Mudah-mudahan kegiatan pengajian kita
mengkaji tafsir Al-Qur’an setiap malam Rabu dapat menjadikan kita sehingga tidak
termasuk golongan orang-orang yang mengabaikan Al-Qur’an yang kelak akan
ditahan oleh Al-Qur’an sehingga kekal di dalam neraka.
Tanya Jawab
:
1. T?
J :
---masih dalam proses penulisan---
Dirangkum oleh :
Sholihin untuk Bintang Raya
Semoga bermanfaat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Sampaikan tanggapan anda di kolom komentar, terimakasih.