Diantara perintah terbesar yang wajib dilakukan
seorang muslim, setelah bertauhid kepada Allah, adalah mendirikan sholat. Sholat
merupakan ibadah yang tidak boleh ditinggalkan dalam keadaan bagaimanapun.
Ibadah lain, misalnya puasa, bila sakit maka tidak wajib puasa, haji bagi yang
mampu, jika tidak mampu maka tidak wajib haji, zakat bagi orang kaya, jika
miskin maka justru berhak menerima zakat. Tetapi satu-satunya setelah syahadat,
yang tetap wajib dalam keadaan bagaimanapun, baik miskin atau kaya, lapang atau
sempit, sehat atau sakit, aman atau perang, ialah sholat.
Sedemikian pentingnya sholat sehingga ia disebut
sebagai tiang agama, sebagaimana sabda Nabi SAW :
الصلاة عماد الدين
, فمن اقامها
فقد اقام الدين ومن تركها فقد هدم الدين
“Sholat itu adalah tiang agama (Islam), maka
barangsiapa mendirikannya maka sungguh ia telah mendirikan agama (Islam) itu dan
barangsiapa meninggalkannya maka sungguh ia telah merobohkan agama (Islam) itu.”
Ibarat sebuah
bangunan, pondasi agama adalah syahadatain. Bayangkan, sebuah bangunan
yang telah memiliki podasi tentu membutuhkan tiang-tiang penyangga. Tanpa tiang
penyangga maka pasti tidak akan tegaklah bangunan itu. Jika dibutuhkan 5 tiang
tetapi yang ada hanya 2 tiang maka akan robohlah bangunan itu. Demikian pula
kedudukan sholat dalam Islam.
Bahkan secara
tegas dalam sebuah hadist Rasulullah SAW disebutkan bahwa pembeda antara
seorang mukmin dan kafir adalah sholat, artinya jika seseorang telah
meninggalkan sholat maka berarti ia telah kafir.
Shalat merupakan perkara yang pertama kali akan dihisab pada hari
kiamat. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam :
أول ما يحاسب به العبد يوم القيامة الصلاة فإن صلحت صلح له سائر عمله وإن
فسدت فسد سائر عمله
“Perkara yang pertama kali
dihisab dari seorang hamba pada hari kiamat adalah shalat. Apabila shalatnya
baik maka seluruh amalnya pun baik. Apabila shalatnya buruk maka seluruh
amalnya pun akan buruk.” (HR.
Ath-Thabrani)
Sholat menjadi barometer utama terhadap amal-amal
yang lain dari seorang hamba, jika sholatnya baik pasti semua amal yang lainnya
baik, sebaliknya jika sholatnya buruk maka pasti buruk pula semua amal yang
lain. Perbuatan keji dan munkar tidak mungkin dilakukan oleh orang yang
sholatnya baik sebagaimana firman Allah SWT :
اتْلُ مَآ أُو حِيَ إِلَيْكَ مِنَ
الْكِتَابِ وَأَقِمِ الصَّلاَةَ إِنَّ الصَّلاَةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ
وَالْمُنكَرِ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ وَاللهُ يَعْلَمُ مَاتَصْنَعُونَ
“Bacalah apa yang telah
diwahyukan kepadamu, yaitu Al-Kitab (al-Qur'an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari
(perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah
(shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain), dan
Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al-Ankabuut : 45)
Kalau diibaratkan
dengan angka, maka sholat adalah angka 1, dan ibadah yang lain adalah angka 0. Kalau
kita menunaikan ibadah haji misalnya, kita mempunyai angka 0, kemudian kita
sempurna puasa bulan Ramadhan bertambah lagi angka 0, lalu kita berbuat baik
kepada kedua orang tua dapat lagi angka 0. Jadi kita mempunyai tiga angka 000,
tidak ada maknanya. Tapi kalau kita sudah sholat maka kita mempunyai angka 1,
kemudian kita berangkat haji bertambah angka 0 berarti 10, lalu kita sempurna
puasa bertambah lagi angka 0 menjadi 100, kita berbakti kepada orangtua kita
maka bertambah lagi menjadi 1000, dan begitu seterusnya bermakna semua amal
ibadah kita jika kita mempunyai angka 1, dan angka 1 nya adalah sholat.
Di bulan Ramadhan
yang mulia ini, serta mengingat betapa penting dan istimewanya kedudukan sholat
dalam agama kita, maka sudah sewajarnya kita di dalam hidup yang hanya
sekali-kalinya ini, harus terus menerus belajar dan mengkaji sampai dimana
sholat kita dan terus menerus meningkatkan kualitas sholat kita sehingga kita
mengetahui makna dan hakekat sholat yang sebenarnya, sehingga sholat kita
benar-benar dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar, sehingga amal-amal kita
yang lain tidak sia-sia tetapi sebaliknya menjadi bermakna karena sholat kita
dinilai baik oleh Allah SWT.
Tausiah Bintang Raya
Semoga bermanfaat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Sampaikan tanggapan anda di kolom komentar, terimakasih.