Golongan Orang-Orang Yang Tidak Merugi
Ust.H. Dadang Saefudin
Hadirin sidang jum’ah rahimakumullah,
Marilah kita bersama-sama memanfaatkan waktu dalam kesempatan khutbah jum’ah ini untuk menyiapkan jiwa kita, menghadirkan ingatan kita, meridlokan anggota badan kita untuk menyadari bahwa kita melaksanakan ibadah sholat Jum’at ini adalah semata-mata karena memenuhi perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Hadirin sidang jum’ah rahimakumullah,
Pada dasarnya semua manusia berada dalam kerugian, dalam arti bahwa pada dasarnya kita semua digadaikan Allah di neraka Jahanam. Jika dalam kehidupan di dunia ini kita tidak melakukan yang terbaik dalam arti beramal untuk menebus jiwa raga kita, lahir batin kita, di hadapan ancaman Allah kelak di akherat maka kita benar-benar berada dalam kerugian-kerugian.
Mengenai golongan mana saja yang tidak dirugikan dan tidak akan dirugikan Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
وٱلعصر ٳن ٱلانسن لفى خسر ٳلا ٱلذين ءامنوا وعملوا ٱلصلحت وتوا صوا بٱلحق وتوا صوا بٱلصبر
Artinya : ”Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS Al-’Ashr : 1-3)
Sesungguhnya kedudukan manusia, siapapun orangnya, apapun pangkat dan jabatannya, pada dasarnya semua berada dalam kerugian, kecuali :
Yang pertama, orang-orang yang beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Iman bukan dalam arti suatu benda atau hanya sekedar kata-kata, tetapi iman yang diyakini dalam hati, diucapkan dengan lisan dan direalisasikan dalam tingkah laku dan perbuatan yang membuktikan ketundukan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, sehingga yakin bahwa segala perkara, baik dan buruknya merupakan ketentuan dari Allah. Kita harus selalu bertekad dan berusaha agar dalam setiap gerak langkah kita selalu berdasarkan keimanan, terutama keimanan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Yang ke dua, orang-orang yang mengerjakan amal shalih. Mudah-mudahan perjuangan, usaha dan pengorbanan kita semua, keberangkatan kita ke tempat ini untuk melaksanakan ibadah sholat Jum’ah memenuhi perintah Allah, semoga dicatat sebagai amal shalih yang diterima Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Yang ke tiga, orang-orang yang mampu dan mau saling berwasiat (nasehat menasehati) dalam kebenaran dan saling berwasiat (nasehat menasehati) dalam kesabaran. Kata ”saling” berarti tidak cukup seseorang hanya berwasiat (menasehati) dan tidak cukup seseorang hanya menerima wasiat (dinasehati) , tetapi kata ”saling” berarti sewaktu-waktu siap menasehati dan sewaktu-waktu siap dinasehati. Disini digarisbawahi oleh Allah bahwa tawashi-mawashi haruslah dalam perkara yang hak, dengan demikian sangat tidak dibenarkan berwasiat dalam perkara yang tidak hak, seperti mempertahankan keyakinan yang salah, mengajak berbuat salah atau menganjurkan orang agar mengajak orang lain melakukan kesalahan-kesalahan. Selanjutnya, tidak cukup hanya nasehat-menasehati dalam kebenaran, juga harus nasehat-menasehati dalam kesabaran. Manusia dalam kehidupan di dunia ini, ada kalanya ditimpa kesusahan dan kesedihan. Dalam hal ini kita harus menyadari bahwa pada dasarnya kita sedang diuji oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kenyataanya kebanyakan manusia baru merasa diuji jika ditimpa kesusahan. Padahal Allah menguji manusia dengan kesusahan dan kesenangan. Bagi orang-orang beriman, kesusahan harus disikapi dengan kesabaran, kesenangan harus melahirkan rasa syukur. Sikap kita dalam menghadapi ujian di dunia ini akan dipertanggungjawabkan di akherat kelak.
. . . . . . .
Dirangkum oleh : Sholihin untuk Bintang Raya
Semoga bermanfaat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Sampaikan tanggapan anda di kolom komentar, terimakasih.