Selasa, 09 Juli 2013

Mengapa 1 Ramadhan (kembali) Berbeda?

     Penetapan awal bulan dalam kalender Hijriyah sejatinya bisa dilakukan setiap bulan, dari bulan Muharam (bulan pertama) sampai bulan Dzulhijjah (bulan ke-dua belas). Namun, biasanya hanya tiga bulan yang biasanya sering heboh jika ada perbedaan, yaitu bulan Ramadhan, Syawwal, dan Dzulhijjah. Hal ini dikarenakan pada bulan-bulan tersebut terdapat aktivitas ibadah khusus. Penetapan 1 Ramadhan menjadi penting dimana umat Islam di seluruh dunia akan memulai berpuasa wajib pertama kalinya, kemudian diiringi dengan puasa-puasa berikutnya hingga genap satu bulan (29 atau 30 hari). Sedangkan penetapan 1 Syawwal untuk menentukan berakhirnya puasa Ramadhan dan tibanya Hari Raya Idul Fitri.
Penetapan 1 Ramadhan dan 1 Syawwal di Indonesia, seringkali berbeda antar ormas Islam atau antar aliran agama Islam. Demikian juga di tahun 2013 atau 1434H ini, 1 Ramadhan kembali ditetapkan berbeda, padahal obyek yang diamati adalah sama dan satu-satunya, yaitu bulan. Muhammadiyah menetapkan 1 Ramadhan 1434H pada jatuh pada hari Selasa tanggal 9 Juli 2013, sedangkan pemerintah, NU, Persis, dan ormas lainnya melalui sidang Istbat sepakat menetapkan 1 Ramadhan 1434H pada hari rabu, 10 Juli 2013. Lalu apa penyebabnya?
Salah satu hal yang besar yang menyebabkan penetapan 1 Ramadhan berbeda menurut seorang Dosen Astronomi ITB, Hakim L. Malasan, adalah perbedaan kriteria atau metode penelitian.
Salah satu yang paling mencolok berbeda adalah jamaah pengikut Tarekat Naqsabandiyah. Kumpulan tarekat ini sudah mulai berpuasa pada Senin, 8 Juli 2013 kemaren. Metode yang mereka gunakan adalah metode pasang surut air laut yang disebabkan oleh gaya gravitasi bulan. Menurut Hakim L. Malasan, metode yang digunakan oleh jamaah Naqsabandiyah ini kurang dapat diandalkan karena pasang surut air laut ini biasanya disebabkan oleh faktor situasi. Beberapa faktor juga bisa berperan dalam mempengaruhi terjadinya pasang surut air laut ini, sebut saja bentuk geologis laut dan arus bawah laut.
Sekretaris Naqsabandiyah Sumatera Barat, Edison mengklaim bahwa metode yang digunakan oleh pihaknya dalam hal penentuan tanggal 1 Ramadhan adalah dengan menggunakan metode perhitungan metode hisab munjid atau penanggalan yang sudah diwariskan dan dibuat secara turun-temurun. Metodenya sendiri dilakukan dengan cara perhitungan 360 dari akhir puasa tahun yang sebelumnya. Tahun lalu, mereka puasa pada hari Rabu. Untuk penghitungannya, puasa tahun ini dimulai 5 hari setelah Rabu dan jatuhnya hari ini.
Sedangkan, pihak Majelis Ulama Indonesia menggunakan metode imkanur rukyat, dimana metode dilakukan dengan melihat ketinggian bulan di atas cakrawala. Dimana bulan harus ada setidaknya 2 derajat muncul setelah matahari terbenam. Sehingga jika Rabu adalah tanggal 1 Ramadhan maka hari Selasa, wujudul hilal sendiri akan terlihat.
Lain halnya dengan metode yang dilakukan oleh warga Muhammadiyah yang menggunakan metode wujudul hilal. Penetapan Ramadhan bagi warga Muhammadiyah dilakukan walaupun ketinggian bulan di atas cakrawala belum mencapai dua derajat.
Demikian hal yang menyebabkan terjadinya perbedaan tanggal 1 Ramadhan. Semoga dapat memberikan pengetahuan dan pencerahan akan hal ini. Lebih dari itu, perbedaan ini janganlah membuat kita pecah, jagalah kekhusukan dalam menjalankan ibadah sehingga akan membuat Ramadhan kita menjadi bermakna. Semoga kita bisa menjalankan puasa tahun 1434 H ini dengan sebaik-baiknya diiringi dengan rahmat serta limpahan karunia dari Allah SWT.

Sholihin, dari berbagai sumber
Semoga bermanfaat

Baca juga artikel terkait :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sampaikan tanggapan anda di kolom komentar, terimakasih.