Ibanatul Ahkam
Syarah Bulughul Maram
Bab Adzan
Pemateri : K.H.
Aep Saefudin S.Ag
Hadits ke-156 :
وَعَنْ جَابِرٍ رضي الله عنه أَنَّ رَسُولَ اَللَّهِ صلى الله
عليه وسلم قَالَ لِبِلَالٍ : "إِذَا أَذَّنْتَ فَتَرَسَّلْ وَإِذَا أَقَمْتُ فَاحْدُرْ وَاجْعَلْ بَيْنَ
أَذَانِكَ وَإِقَامَتِكَ قَدْرَ مَا يَفْرُغُ اَلْآكِلُ مِنْ أَكْلِهِ". اَلْحَدِيثَ
رَوَاهُ اَلتِّرْمِذِيُّ وَضَعَّفَهُ.
Dari Jabir Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah
Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda kepada Bilal: "Jika engkau
menyeru adzan perlambatlah dan jika engkau iqomah percepatlah dan jadikanlah
antara adzan dan iqomahmu itu kira-kira orang yang makan telah selesai dari
makannya." Hadits diriwayatkan dan dianggap lemah oleh Tirmidzi.
Makna Hadits
:
Karena adzan
bertujuan memberitahukan masuknya sholat kepada orang yang tinggal jauh dari
masjid, maka Rasulullah SAW menganjurkan supaya adzan dilakukan secara tartil
(perlahan-lahan) sebab cara tersebut lebih memungkinkan sampai kepada mereka
yang tinggal jauh dari masjid. Sedangkan iqamah bertujuan memberitahukan kepada
para hadirin bahwa sholat tidak lama lagi akan didirikan, maka iqamah dilakukan
dengan cepat dengan tujuan segera melakukan tujuan yang paling utama, yaitu
melaksanakan sholat fardlu.
Rasulullah SAW memerintahkan
supaya ada jarak waktu antara adzan dengan iqamah untuk memberi kesempatan agar
orang yang mendengarnya bersiap sedia untuk menghadiri sholat secara berjamaah.
Ini merupakan salah satu rahmat bagi kaum muslimin. Nabi SAW melarang mereka
melakukan iqamah sebelum imam sholat hadir di dalam masjid. Ini bertujuan
jamaah tidak terlampau lama menunggu pelaksanaan sholat dalam keadaan berdiri
sekiranya ada halangan yang melambatkan kedatangan imam menunaikan solat secara
berjamaah.
Fiqih Hadits
:
1. Disyariatkan tartil ketika
mengumandangkan adzan,yaitu tenang dan perlahan ketika menyampaikannya, agar
dapat didengar oleh mereka yang tinggal jauh dari masjid.
2. Disyariatkan cepat dalam
melakukan iqamah, kerana iqamah ditujukan kepada orang yang telah hadir di
dalam masjid. Jadi, ia lebih tepat jika dilakukan dengan cara yang cepat supaya
dapat segera mengerjakan solat yang merupakan tujuan utama di balik iqamah itu.
3. Disunatkan memberikan jarak
waktu antara adzan dengan iqamah untuk bersiap sedia menghadiri solat berjamaah
dan manfaat adzan tidak disia-siakan.
4. Disyariatkan mengawasi juru
adzan dan mengajarkannya etika dalam mengumandangkan adzan.
Hadits ke-157 :
وَلَهُ: عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه أَنَّ اَلنَّبِيَّ
صلى الله عليه وسلم قَالَ: لَا يُؤَذِّنُ إِلَّا مُتَوَضِّئٌ. وَضَعَّفَهُ أَيْضًا
Dalam riwayatnya (Tirmidzi) pula dari Abu Hurairah
Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Tidak
diperkenankan adzan kecuali orang yang telah berwudlu." Hadits
tersebut juga dinilai lemah.
Makna Hadits
:
Adzan adalah
berdzikir kepada Allah. Jadi, sepatutnya seseorang yang hendak mengumandangkannya
berada dalam keadaan berwudlu. Tetapi ulama masih berselisih pendapat mengenai
hal ini, apakah hukumnya wajib atau tidak.
Fiqih Hadits
:
Disunahkan
bersuci untuk mengumandangkan adzan. Tetapi apabila adzan atau iqamah itu
dilakukan oleh orang yang berhadats kecil atau berhadats besar, maka tetap
dibolehkan, meskipun makruh hukumnya di sisi jumhur ulama.
Imam Malik
mengatakan bahawa adzan boleh dilakukan meskipun dalam keadaan tidak berwudlu,
tetapi iqamah tidak boleh dilakukan kecuali oleh orang yang sudah berwudlu.
Jika adzan dilakukan oleh orang yang berjunub, maka ada dua riwayat menurut
Imam Malik. Tetapi hal tersebut dibolehkan menurut pendapat kebanyakan ulama.
Hadits ke-158 :
وَلَهُ: عَنْ زِيَادِ بْنِ اَلْحَارِثِ رضي الله عنه قَالَ :
قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم: وَمَنْ أَذَّنَ فَهُوَ يُقِيمُ.
وَضَعَّفَهُ أَيْضًا
Dalam riwayatnya (Tirmidzi) yang lain dari Ziyad Ibnul
Harits bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "barangsiapa
yang telah adzan maka dia yang akan iqomah." Hadits ini juga dinilai
lemah.
Makna Hadits
:
Mengumandangkan
iqamah adalah hak bagi orang yang mengumandangkan adzan dengan pertimbangan dia
telah menyeru orang yang jauh untuk mengerjakan sholat, oleh karena itu
seruannya kepada orang yang dekat adalah lebih diutamakan. Tetapi ini bukan
merupakan kewajiban sehingga apabila ditinggalkan mengakibatkan iqamah batal,
tetapi sebaliknya hal ini adalah sunat mu’akkad supaya dialah yang melakukan
iqamah demi menghargai haknya sebagai muadzdzin. Jika iqamah dilakukan oleh
orang lain, maka hal itu tetap dibolehkan sebagaimana yang akan ditegaskan dalam hadis no. 159.
Fiqih Hadits
:
1. Iqamah adalah hak bagi orang
yang adzan.
2. Hak mengandung pengertian
wajib dan sunah mu’akkad. Namun makna yang dimaksud di sini adalah suna mu’akkad
berdasarkan hadis yang akan di-sebutkan berikutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Sampaikan tanggapan anda di kolom komentar, terimakasih.