Bulan Ramadhan
disebut bulan puasa (syahru shiyam) karena diwajibkannya berpuasa selama
sebulan penuh. Di bulan yang lain tidak disyariatkan untuk berpuasa sebulan
penuh. Nabi SAW memperbanyak puasa sunnah di bulan Sya’ban, tetapi tidak
sebulan penuh. Hanya di bulan Ramadhan saja yang disyariatkan berpuasa sebulan
penuh.
Bulan Ramadhan
disebut juga bulan sedekah. Bersedekah dianjurkan di bulan apa saja, tetapi
lebih dianjurkan lagi di bulan Ramadhan. Nabi SAW adalah orang yang paling
dermawan, dan beliau lebih dermawan lagi ketika bulan Ramadhan. Dikatakan
kedermawanan beliau di bulan Ramadhan melebihi angin yang berhembus.
Bulan Ramadhan dinamakan
pula bulan kesabaran. Melalui diwajibkannya berpuasa, kita dilatih untuk bersabar,
bersabar menahan haus dan lapar, bersabar menjaga lisan, bersabar menunggu
waktu berbuka. Kedudukan sabar sangat penting dalam keimanan kita, sampai-sampai
Sahabat Ali ra berkata: “Kedudukan sabar dalam iman seperti kepala pada badan.”
Sebagaimana badan tidak bisa hidup tanpa kepala, demikian juga iman tidak bisa
bertahan tanpa sabar.
Masih banyak lagi
nama-nama bulan Ramadhan lainnya sesuai dengan keistimewaannya.
Dan yang akan
kita bahas kali ini, bulan Ramadhan dinamakan sebagi bulan Al-Qur’an (Syahrul
Qur’an). Kenapa? Ada yang tahu?
Setidaknya ada
dua alasan kenapa bulan Ramadhan dinamakan bulan Al-Qur’an:
1. Pada bulan
tersebut Al-Qur’an diturunkan
Benarkah Al-Qur’an diturunkan pada bulan Ramadhan?
Bagaimana diturunkannya? Bukankah Al-Qur’an diturunkan berangsur-angsur, ada
ayat yang turun di bulan Ramadhan, ada yang diwahyukan di bulan Syawal, Dzul Qo’dah,
Dzul Hijjah,Muharam, Safar, dan seterusnya...
Mari kita lihat Q.S. Al-Baqarah : 185
شَهْرُ
رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ
الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ
“Bulan Ramadan,
bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur’an sebagai petunjuk bagi
manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara
yang hak dan yang batil)...” (QS. Al Baqarah [2] : 185)
Dan Q.S. Al-Qadr
: 1-5
إِنَّا
أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ (1) وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ
(2) لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ (3) تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ
وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ (4) سَلَامٌ هِيَ حَتَّى
مَطْلَعِ الْفَجْرِ (5)
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada
Lailatul Qadr. Dan tahukah kamu apakah Lailatul Qadr itu? Lailatul Qadr itu
lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Ar Ruh
dengan izin Tuhannya untuk mengatur urusan. Malam itu (penuh) Salaam sampai
terbit fajar.” (QS. Al Qadr [97] : 1-5).
Di dalam tafsir surat tersebut di jelaskan bahwa Allah
SWT menurunkan Al-Qur’an pada bulan Ramadhan, tepatnya pada malam qadar (malam
kemuliaan). Yaitu Al-Qur’an diturunkan pada malam tersebut secara sekaligus
dari tempatnya di Lauh Mahfudz ke Baitul Izzah di langit dunia.
Ibnu ‘Abbas ra berkata : “Sesungguhnya Al-Qur’an
diturunkan dalam bulan Ramadhan, yaitu pada malam kemuliaan dan malam yang
diberkahi secara sekaligus, kemudian diturunkan lagi sesuai dengan
kejadian-kejadiannya secara berangsur-angsur dalam bulan dan hari yang berbeda.”
2. Pada bulan tersebut
Malikat Jibril mengecek (murojaah) hafalan Al-Qur’an pada Nabi SAW
Diceritakan oleh Ibnu ‘Abbas ra :
كَانَ رَسُوْلُ اللّٰهِ
-صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -اُجُوْدَ النَّاسَ وَكَانَ اُجُوْدَ مَا
يَكُوْنُ فِي رَمَضَانَ حِيْنَ يَلْقَاهُ جِبْرِيْلُ وَكَانَ يَلْقَاهُ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ
مِنْ رَمَضَانَ فَيُدَارِسُهُ الْقُرْآنَ فَلَرَسُوْلُ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اُجُوْدُ بِالْخَيْرِ مِنَ الرِّيْحِ الْمُرْسَلَةِ
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang
yang paling dermawan. Dan beliau lebih dermawan lagi di bulan Ramadhan saat
beliau bertemu malaikat Jibril. Malaikat Jibril menemuinya setiap malam untuk
mengajarkan Al Qur’an. Dan kedermawanan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam melebihi angin yang berhembus”. (HR. Bukhari, no.6).
Pertanyaannya
bagi kita adalah, bagaimana menyikapi keistimewaan bulan Ramadhan sebagai bulan
Al-Qur’an? Apakah dengan banyak-banyak membeli mushaf Al-Qur’an, ramai-ramai memborongnya?
Ataukan dengan mengelap dan menggosok mushaf Al-Qur’an yang ada di rumah kita,
seperti memelihara jimat?
Ulama menjelaskan
beberapa cara dalam menyikapi dan mengisi keistimewaan bulan Ramadhan sebagai
bulan Al-Qur’an :
1. Mempelajari
dan memperbaiki bacaan Al-Qur’an
Saya yakin kita semua, bahkan anak-anak kita yang masih
di bangku sekolah dasar pun sudah bisa dan pandai membaca Al-Qur’an. Tapi
apabila masih juga ada yang belum bisa atau masih terbata-bata membacanya,
jangan patah semangat, bulan Ramadhan adalah saat yang tepat untuk belajar
membaca Al-Qur’an dan memperbaiki bacaanya. Tidak ada kata terlambat untuk
mencari ilmu, ia merupakan kewajiban bagi seluruh umat Islam, sejak dalam
buaian sampai masuk liang lahat. Mari kita tingkatkan kemampuan kita dalam
membaca Al-Qur’an, jangan sampai kita malu di hadapan Allah SWT, karena kita
begitu fasih menguasai ilmu dunia tetapi membaca Al-Qur’an saja tidak bisa atau
masih terbata-bata.
2. Memperbanyak
membaca dan menghafal Al-Qur’an
Kalau bacaan sudah baik, makhraj dan tajwidnya sudah
benar, maka bulan Ramadhan ini saatnya memperbanyak membaca Al-Qur’an. Para
Sahabat dan Salafush Sholih, pasti kita sudah pernah mendengarnya, mereka ada
yang mengkhatamkan Al-Qur’an seminggu sekali, ada yang tiga hari sekali, dan
seterusnya. Konon pada bulan Ramadhan Imam Malik tidak mengajar karena beliau
berkonsentrasi untuk membaca dan mempelajari Al-Qur’an.
Bagaimana dengan kita? Apa target kita di bulan Ramadhan
ini? Khatam sekali, dua kali atau tiga kali? Lalu bagaimana dengan hafalan
Al-Qur’an kita?
Nabi SAW bersabda, “Orang yang tidak mempunyai hafalan Al
Quran sedikitpun adalah seperti rumah kumuh yang mau runtuh.” (Hadits
diriwayatkan oleh Tirmidzi dari Ibnu Abbas).
3. Mentadabburi
makna dan kandungan Al-Qur’an supaya bisa diamalkan
Mentadabburi Al-Qur’an dengan membaca tafsirnya, atau
setidak-tidaknya dengan membaca terjemahnya. Sudah pernahkah kita membaca
terjemah Al-Qur’an sampai tuntas? Atau jangan-jangan kita tidak mempunyai
Al-Qur’an terjemah di rumah.
Keistimewaan
membaca, menghafal, dan mengamalkan Al-Qur’an disebutkan dalam hadits :
1. Dari Buraidah
Al Aslami ra, ia berkata bahwasanya ia mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Pada
hari kiamat nanti, Al Qur’an akan menemui shohibnya (pembaca dan penghafalnya)
ketika mereka itu keluar dari kuburnya. Al Qur’an akan berwujud seseorang dan
ia bertanya kepada penghafalnya: “Apakah anda mengenalku?”. Penghafal tadi
menjawab; “saya tidak mengenal kamu.” Al Qur’an berkata; “saya adalah kawanmu,
Al Qur’an yang membuatmu kehausan di tengah hari yang panas dan membuatmu tidak
tidur pada malam hari. Sesungguhnya setiap pedagang akan mendapat keuntungan di
belakang dagangannya dan kamu pada hari ini di belakang semua dagangan. Maka penghafal
Al Qur’an tadi diberi kekuasaan di tangan kanannya dan diberi kekekalan
ditangan kirinya, serta di atas kepalanya dipasang mahkota perkasa. Sedang
kedua orang tuanya diberi dua pakaian baru lagi bagus yang harganya tidak dapat
di bayar oleh penghuni dunia keseluruhannya. Kedua orang tua itu lalu bertanya:
“kenapa kami di beri dengan pakaian begini?”. Kemudian di jawab, “kerana anakmu
hafal Al Qur’an. “Kemudian kepada penghafal Al Quran tadi di perintahkan,
“bacalah dan naiklah ketingkat-tingkat syurga dan kamar-kamarnya.” Maka ia pun
terus naik selagi ia tetap membaca, baik bacaan itu cepat atau perlahan
(tartil).” (Diriwayatkan oleh Ahmad)
2. Rasulullah SAW
bersabda: “Siapa yang membaca Al Qur’an, mempelajarinya, dan mengamalkannya,
maka dipakaikanlah mahkota dari cahaya pada hari kiamat, cahayanya seperti
cahaya matahari, kedua orang tuanya dipakaikan dua jubah (kemuliaan), yang
tidak pernah didapatkan di dunia, keduanya bertanya: mengapa kami dipakaikan
jubah ini: dijawab: “Karena kalian berdua memerintahkan anak kalian untuk
mempelajari Al Qur’an” (Diriwayatkan oleh Al Hakim)
3. Dari Anas ra,
Ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah itu mempunyai
keluarga yang terdiri dari manusia.” Kemudian Anas berkata lagi, lalu aku
bertanya: “Siapakah mereka itu wahai Rasulullah. Baginda menjawab: “Ia itu ahli
Qur’an (orang yang membaca atau menghafal Al- Qur’an dan mengamalkan isinya).
Mereka adalah keluarga Allah dan orang-orang yang istimewa bagi Allah.”