Ibanatul Ahkam
Syarah Bulughul Maram
Bab Waktu Sholat
Pemateri : K.H.
Aep Saefudin S.Ag
Hadits ke-128 :
عَنْ عَبْدِ اَللَّهِ بْنِ عَمْرِوٍ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا،
أَنَّ نَبِيَّ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ: وَقْتُ اَلظُّهْرِ إِذَا
زَالَتْ اَلشَّمْسُ وَكَانَ ظِلُّ
اَلرَّجُلِ كَطُولِهِ مَا لَمْ يَحْضُرْ
اَلْعَصْرُ وَوَقْتُ اَلْعَصْرِ مَا لَمْ
تَصْفَرَّ اَلشَّمْسُ وَوَقْتُ صَلَاةِ
اَلْمَغْرِبِ مَا لَمْ يَغِبْ اَلشَّفَقُ
وَوَقْتُ صَلَاةِ اَلْعِشَاءِ إِلَى نِصْفِ اَللَّيْلِ اَلْأَوْسَطِ وَوَقْتُ صَلَاةِ اَلصُّبْحِ مِنْ طُلُوعِ
اَلْفَجْرِ مَا لَمْ تَطْلُعْ اَلشَّمْسُ. رَوَاهُ مُسْلِمٌ
وَلَهُ مِنْ حَدِيثِ بُرَيْدَةَ فِي اَلْعَصْرِ: وَالشَّمْسُ
بَيْضَاءُ نَقِيَّةٌ
وَمِنْ حَدِيثِ أَبِي مُوسَى: وَالشَّمْسُ مُرْتَفِعَةٌ
Dari Abdullah Ibnu Amr Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabiyullah
Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Waktu Dhuhur ialah jika
matahari telah condong (ke barat) dan bayangan seseorang sama dengan tingginya
selama waktu Ashar belum tiba. Dan waktu Ashar masuk selama matahari belum
menguning. Waktu shalat Maghrib selama awan merah belum menghilang. Waktu
shalat Isya hingga tengah malam dan waktu shalat Shubuh semenjak terbitnya
fajar hingga matahari belum terbit." Riwayat Muslim.
Menurut riwayat Muslim dari hadits Buraidah tentang waktu
shalat Ashar: "Dan matahari masih putih bersih."
Dari hadits Abu Musa: "Dan matahari masih tinggi."
Makna Hadits
:
Sholat
merupakan mi’raj roh ke tingkatan yang tinggi dan merupakan munajat kepada
Allah Tuhan Yang Esa. Dengan melakukan sholat seakan-akan kita berada di
hadapan Tuhan Yang Maha Suci dan berkomunikasi dengan Allah Yang Maha Besar. Sholat
itu diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam, terdiri dari rukuk dan
sujud, sedangkan dzikir-dzikirnya ialah tilawah (al-Qur’an), tasbih dan doa.
Sholat merupakan
amalan yang dapat membedakan antara orang mukmin dengan orang kafir dan
merupakan rukun Islam yang kedua. Hisab amal yang dilakukan terhadap seorang
manusia kelak pada hari kiamat adalah amal sholatnya. Adzan disyariatkan untuk
mengerjakan solat dan untuk melaksanakan solat maka dibangunlah masjid-masjid agar
dapat menjadi tempat berkumpul kaum muslimin mendirikan sholat. Barang siapa
yang mendirikannya (mengerjakannya) berarti orang itu mendirikan agama dan
barang siapa yang meninggalkannya berarti orang itu termasuk orang yang merugi
dan diserupakan dengan orang munafik, sedangkan orang yang mengingkarinya
dinyatakan sebagai kafir. Syariat Islam telah menentukan waktu-waktu solat
untuk kemudian dijaga dan sebagai isyarat yang menunjukkan keutamaannya.
Analisis
Lafadz :
“ الصلاة ”, menurut bahasa adalah doa, sedangkan menurut
syara’ ialah ucapan-ucapan dan perbuatan-perbuatan yang diawali dengan
takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam.
“ المواقيت”, bentuk jama’ lafadz al-miqat, artinya waktu yang telah
ditentukan oleh Allah untuk mengerjakan ibadah sholat ini.
“ زالت الشمس”, matahari condong ke arah barat.
“ مالم تسفرالشمس ”, selagi matahari belum nampak menguning, yakni
selagi warna putihnya masih belum dicampuri dengan warna kekuningan.
“ الشفق ”, sisa cahaya matahari yang kelihatan merah di
ufuk barat.
“ بيضاء نقية ”, nampak putih bersih, tidak ada warna kuningnya
serta tidak pula berubah cahayanya. Jumlah kalimat ini berkedudukan
sebagai hal (kata keterangan keadaan) kepada lafadz al-’ashr,
sedangkan yang menjadi rabith (penghubung)nya ialah huruf waw.
“ والشمس مرتقعة ”, sedangkan matahari masih tinggi, tidak condong
ke tempat terbenamnya.
Fiqih Hadits
:
1. Penjelasan untuk mengetahui
waktu-waktu solat fardu yang lima waktu.
2. Bersegera mengerjakan solat
Asar di permulaan waktunya.