Rabu, 26 Oktober 2011

Ibanatul Ahkam, 25 Okt 2011

Ibanatul Ahkam Syarah Bulughul Maram
( Bab Wudlu Tentang Mendahulukan Yang Kanan)
Penceramah : K.H. Aep Saefudin S.Ag
Muqaddimah :
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :
فٱذكرونى أذكركم وٱشكروٱ لى ولاتكفرون۝
“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.” (QS. AL-Baqarah : 152)
Tafsir ayat tersebut :
“Ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu”, selama seorang hamba selalu mengingat Allah, berdzikir kepada Allah, bukan hanya dzikir lisan, tetapi di dalam hatinya selalu mengingat Allah, maka balasannya Allah akan mengingat hamba tersebut dan senantiasa merahmatinya. Baik dalam keadaan mendapat nikmat maupun ketika mendapat musibah, apabila tetap mengingat Allah maka rahmat Allah akan menaunginya. Bagi ahli dzikir, nikmat dan musibah adalah dari Allah dan pasti mengandung rahmat di dalamnya. Sikapnya adalah bersyukur jika mendapat nikmat dan bersabar jika mendapat musibah, keduanya baik baginya.
“Bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu mengingkari nikmat-Ku”. Bersyukur artinya menggunakan segala nikmat yang diberikan oleh Allah untuk beribadah dan ta’at kepada Allah. Kebalikan dari syukur adalah kufur, yaitu mengingkari nikmat Allah, artinya menggunakan nikmat yang telah diberikan oleh Allah untuk malakukan maksiat. Jika bersyukur maka Allah akan menambah kenikmatan-kenikmatan, tetapi jika kufur nikmat maka Allah mengancam dengan adzab yang pedih, sebagaimana firman-Nya :
لئن شكرتم لأزيدنكم ۖ ولئن كفرتم ٳن ذابي لشديد۝
"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim : 7)
Mudah-mudahan kehadiran kita di majelis ini tergolong dalam rangka mengingat Allah dan dalam rangka mensyukuri segala nikmat dari Allah, baik nikmat materi, nikmat akal, kesehatan dan sebagainya, kita pergunakan untuk beribadah karena Allah sehingga nanti di akherat kita menjadi hamba Allah yang mendapat rahmat berupa surganya Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Tentang Mendahulukan Yang Kanan :
Hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam :
وَعَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ : كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُعْجِبُهُ التَّيَمُّنُ فِي تَنَعُّلِهِ وَتَرَجُّلِهِ وَطَهُورِهِ وَفِي شَأْنِهِ كُلِّهِ مُتَّفَقٌ عَلَيْه
'Aisyah Radliyallaahu 'anhu berkata: Adalah Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam suka mendahulukan yang kanan dalam bersandal, menyisir rambut, bersuci, dan dalam segala hal. Muttafaq Alaihi.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم (إِذَا تَوَضَّأْتُمْ فابدأوا بِمَيَامِنِكُمْ)  أَخْرَجَهُ اَلْأَرْبَعَةُ وَصَحَّحَهُ اِبْنُ خُزَيْمَة
Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Apabila kamu sekalian berwudlu maka mulailah dengan bagian-bagian anggotamu yang kanan." Dikeluarkan oleh Imam Empat dan shahih menurut Ibnu Khuzaimah.
عَنْ جَابِرٍ بْنِ عَبْدِ اَللَّهِ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا -فِي صِفَةِ حَجِّ اَلنَّبِيِّ صَلَّى اَللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- قَالَ صلى الله عليه وسلم ( اِبْدَؤُوا بِمَا بَدَأَ اَللَّهُ بِهِ )  أَخْرَجَهُ النَّسَائِيُّ هَكَذَا بِلَفْظِ اَلْأَمْر ِ وَهُوَ عِنْدَ مُسْلِمٍ بِلَفْظِ اَلْخَبَر
Dari Jabir Ibnu Abdullah Radliyallaahu 'anhu tentang cara haji Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Mulailah dengan apa yang telah dimulai oleh Allah." Diriwayatkan oleh Nasa'i dengan kalimat perintah sedang Muslim meriwayatkannya dengan kalimat berita.
Tafsir hadits :
Sebaik-baik mukmin adalah yang mencintai apa-apa yang dicintai Allah dan Rasul-Nya. Seburuk-buruk mukmin adalah yang sengaja menyalahi/menyelisihi apa-apa yang dicintai Allah dan Rasul-Nya, seperti makan, minum atau bersalaman dengan tangan kiri tanpa ’udzur. Dalam hal ini bukan berarti haram, tetapi hal ini menyelisihi keutamaan dalam beribadah. Adapun Rasul Shallallahu 'alaihi wa Sallam sangat menyukai menggunakan tangan kanan, dan mendahulukan yang kanan serta mengakhirkan yang kiri dalam segala hal perbuatan yang mulia. Hal ini tafa'ul kepada Al-Qur'an yang menyebutkan tentang Ashabul Yamin (golongan kanan) sebagai ahli surga dan Ashabusy Syimal (golongan kiri) sebagai ahli neraka. Perbuatan tersebut kecuali ketika masuk ke jamban dan keluar dari masjid. Di dalam berwudlu, disunahkan mendahulukan yang kanan karena hal tersebut dicintai Allah dan Rasulnya.
Berdasarkan hadits tersebut, disunahkan menggunakan tangan kanan, dan mendahulukan bagian yang kanan serta mengakhirkan bagian yang kiri di dalam melakukan segala hal yang mulia.
Disamping segala hal/perbuatan yang sudah disebutkan itu, dalam hadits berikutnya tentang cara haji, Nabi memerintahkan memulai dengan yang kanan sesuai yang diperintahkan Allah Subhanahu wa Ta'ala.

عَنْ اَلْمُغِيرَةِ بْنِ شُعْبَةٍ رضي الله عنه ( أَنَّ اَلنَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم تَوَضَّأَ فَمَسَحَ بِنَاصِيَتِهِ وَعَلَى اَلْعِمَامَةِ وَالْخُفَّيْنِ )  أَخْرَجَهُ مُسْلِم
Dari Mughirah Ibnu Syu'bah Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam berwudlu lalu beliau mengusap ubun-ubunnya dan bagian atas sorbannya dan kedua sepatunya. Dikeluarkan oleh Muslim.
Penjelasan :
Hadits ini menjelaskan kembali tentang mengusap kepala. Kata “binashiyatihi” dalam hadits ini, ada yang mengartikan tengah-tengah kepala/ubun-ubun dan ada yang memaknai dengan tempat tumbuh rambut di bagian depan kepala yang berbatasan dengan wajah. Oleh karena itu terdapat perbedaan sebagai berikut :
·    Imam Malik dan Imam Ahmad : wajib hukumnya mengusap seluruh kepala
·    Imam Abu Hanifah : boleh mengusap sebagian kepala minimal ¼ bagian
·    Imam Syafi’i : boleh sebagian kecil dari kepala
Mengenai ”wa’alal imamati” (mengusap sorban) terdapat perbedaan penafsiran :
·    Imam Malik dan Imam Ahmad  : boleh mengusap sorbannya saja asalkan pada waktu memakainya dalam keadaan suci dari hadats
·    Imam Syafi’i : tidak hanya mengusap sorban tetapi harus ada sebagian kepala yang diusap
Mengenai ”wal khuffaini” (mengusap dua khuf/sepatu/sandal bertali) semua sepakat boleh membasuh kaki tidak usah melepas sepatu, cukup diusap sepatunya tidak perlu dilepas baik ketika musafir (bepergian) maupun dalam keadaan hadir.
Tanya Jawab :

1.      Tentang mendahulukan yang kanan, pada waktu keluar atau masuk masjid, dihitungnya mulai dari mana, apa dari pintu masjid atau terasnya ?
Jawab :
Mulai ”min babil masjid” (dari pintu masjid), sebagaimana doa yang kita ucapkan ketika masuk masjid ” Allaahummaftahli abwaba rahmatik” (Ya Allah, bukakanlah untukku pintu-pintu rahmat-Mu) kemudian melangkahkan kaki kanan kita memasuki masjid.

2.      Jika keluar dari masjid, posisi sandal sudah siap pakai, sedangkan keluar dari masjid kaki kiri lebih dulu, otomatis memakai sandal juga kaki kiri lebih dulu sehingga menyelisihi sunnah. Mana yang harus diutamakan?
Jawab :
Tetap keduanya bisa dilakukan sesuai sunnah, ketika keluar masjid dengan kaki kiri terlebih dahulu, jangan langsung memakai sandal, sehingga tetap bisa diusahakan memakai sandal dengan kaki kanan terlebih dahulu.

3.      Berkaitan dengan mendahulukan yang kanan dalam hal berwudlu, bagaimana dengan mengusap kedua telinga, apakah sebaiknya yang kanan dulu ?
Jawab :
Sebagaimana sudah disampaikan pada pertemuan sebelumnya, tentang sifat wudlu Nabi Shallallahu ’alaihi Wasallam yang dipraktekkan Utsman Radliyallahu ’Anhu bahwa mengusap telinga disatukan dengan mengusap kepala. Ada juga hadits yang menjelaskan bahwa mengusap telinga menggunakan air yang baru, bukan bekas mengusap kepala. Namun dari kedua hadits tersebut dan seprti yang dicontohkan, mengusap telinga tidak satu-satu / tidak bergantian kanan dan kiri, tetapi berbarengan.


NB : Jika membutuhkan silahkan mengunduh e-book Bulughul Maram version 2.0
Dirangkum oleh : Sholihin untuk Bintang Raya
Semoga bermanfaat.

Baca juga artikel terkait :

3 komentar:

  1. maaf pa' kalo tdk kberatan, modul potokopian yg kemarin di bagiakn bisa di postingkan ??? saya ga kebagian + yg kemarin kbetulan berhalangan hadir, biar nnti bisa saya download,..
    terima kasih,

    BalasHapus
  2. @ Ibrahim : Sudah saya tampilkan link unduhan e-book Bulughul Maram Version 2.0 semoga bermanfaat

    BalasHapus

Sampaikan tanggapan anda di kolom komentar, terimakasih.