Minggu, 18 Desember 2011

Tafsir Q.S. Al-Baqarah 11-15

Kajian Tafsir Ibnu Katsir, 13 Desember 2011 
Pembicara : K.H. Aep Saefudin S.Ag
Al-Baqarah, ayat 11-12 :
وَإِذَا قِيْلَ لَهُمْ لاتُفْسِدُوْا فِى ٱلٲرْضِ قَالُوْاإنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُوْنَ ۝ ٲلآ إنَّهُمْ هُمُ ٱلْمُفْسِدُوْنَ وَلٰكن لايََشْعُرُوْنَ ۝
Dan apabila dikatakan kepada mereka : ”Janganlah berbuat kerusakan di bumi!” Mereka menjawab, ”Sesungguhnya kami orang-orang yang melakukan perbaikan.” Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak menyadari.
Menurut para sahabat, yang dimaksud dengan ”mereka” dalam ayat ini adalah orang-orang munafik, adapun yang dimaksud ”berbuat kerusakan” adalah melakukan kekufuran dan perbuatan maksiat. Rusaknya tatanan kehidupan di bumi ini karena kekufuran dan kemaksiatan, perbuatan maksiat seseorang akan berdampak pada lingkungannya. Contohnya jika seseorang berbuat zina, menurut para ulama menyebabkan 40 orang di sekitarnya dicabut berkahnya. Bahkan zina mata juga termasuk perbuatan maksiat, demukian juga televisi banyak menyuguhkan kemaksiatan. Tidak jarang suatu perbuatan maksiat terinspirasi dari tayangan televisi.
Kerusakan yang mereka ditimbulkan karena perbuatan maksiat mereka kepada Allah,

Al-Baqarah, ayat 13 :
وَإذَا قِيْلَ لَهُمْ أٰمِنُوْ كَمَا أٰمَنَ ٱلنَّاسُ قَالُوْ أنُؤْمِنُ كَمَا أٰمَنَ ٱلسُّفَهَآءُ ۗ ألآ إنَّهُمْ هُمُ ٱلسُّفَهَآءُ وَلٰكن لايَعْلَمُوْنَ ۝
Apabila dikatakan kepada mereka : ”Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah beriman.” Mereka menjawab, ”Apakah kami akan beriman sebagaimana orang-orang bodoh itu telah beriman?” Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang bodoh, tetapi mereka tidak mengetahui.
Waidzaa qiila lahum” (apabila dikatakan kepada mereka), yakni kepada orang-orang munafik, ”aaminuu kama amanan naasu” berimanlah kamu sekalian sebagaimana orang-orang beriman, taatlah kalian kepada Allah dan Rasul-Nya dalam mengerjakan semua perintah dan menjauhi semua larangan. : ”Qaaluu anu’minu kamaa aamanas sufahaa-u” mereka menjawab : ”Akankah kami disuruh beriman sebagaimana orang-orang bodoh telah beriman?” Yang mereka maksudkan dengan ”orang-orang bodoh (sufahaa-u)” adalah para sahbat Rasul Shallallahu ’alaihi wasallam, semoga laknat Allah atas orang-orang munafik.
As-sufahaa adalah bentuk jamak dari lafadz safiihun, artinya orang yang bodoh, lemah pendapatnya, dan sedikit pengetahuannya tentang hal-hal yang bermaslahat dan yang mudarat.
Kemudian Allah membantah semua yang mereka tuduhkan itu, ”Alaa innahum humus sufahaa-u walaakin laa ya’lamuun”, Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh, tetapi mereka tidak tahu. Dengan kata lain, kebodohan mereka sangat keterlaluan sehingga tidak menyadari kebodohannya sendiri.
 
Al-Baqarah, ayat 14-15 :
وَإذَا لقُوا ٱلذِيْنَ أٰمَنُوْا قَالُوْا أٰمَنَّا وَإذَا خَلَوْا إلٰى شَيٰطِيْنِهِمْ قَالُوْا إنَّامَعَكُمْ إنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزءُوْنَ ۝ ٱللهُ يَسْتَهْزئُ بِهِمْ وَيَمُدُّهُمْ فِى طُغْيٰنِهِمْ يَعْمَهُوْنَ ۝
Dan bila mereka berjumpa dengan orang beriman, mereka berkata, ”Kami telah beriman.” Dan bila mereka kembali kepada setan-setan mereka, mereka berkata, ”Sesungguhnya kami bersama kalian, kami hanya berolok-olok.” Allah akan (membalas) olok-olokan mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan.
Waidzaa laqul ladziina aamanuu qaluu aamannaa”, Apabila orang-orang munafik berjumpa dengan oran-orang beriman, mereka berkata, ”kami beriman”. Mereka menampakkan terhadap kaum mukmin seakan-akan diri mereka beriman dan berpihak atau bersahabat dengan kaum mukmin. Akan tetapi, sikap ini mereka maksudkan untuk mengelabui kaum mukmin dan untuk melindungi diri agar dimasukkan ke dalam golongan orang-orang mukmin dan mendapat ghanimah dan kebaikan yang diperoleh kaum mukmin.
Waidza khalau ilaa syayaathiinihim”, Apabila mereka kembali kepada setan-setan mereka, makna yang dimaksud ialah bilamana mereka kembali dan pergi bersama setan-setan mereka tanpa ada orang lain. As-Sa’adi mengatakan dari Abu Malik, khalau artinya pergi menuju setan-setan mereka. Syayathin artinya pemimpin dan pembesar atau kepala mereka yang terdiri atas kalangan pendeta Yahudi, pemimpin-pemimpin kaum musyrik dan munafik. Ad-Dahak mengatakan dari Ibnu Abbas, bahwa makna ayat ialah apabila merka kembalia kepad teman-temannya. Ibnu Jarir mengatakan bahwa syayatin artinya segala sesuatu yang membangkang, adakalanya setan itu dari kalangan manusia dan jin.
Qaaluu inna ma’akum”, Mereka berkata, ”sesungguhnya kami bersama kalian”. Menurut Muhammad Ibnu Ishak, maknanya ialah ”sesungguhnya kami sependirian dengan kalian”. ”Innamaa nahnu mustahziuun”, Sesungguhnya kami hanya mengajak mereka dan mempermainkan mereka. Ad-Dahak mengatakan dari Ibnu Abbas, Mereka mengatakan ”sesungguhnya kami hanya mengejek dan mengolok-olok teman-teman Muhammad”. Hal yang sama dikatakan pula oleh Ar-Rabi’ Ibnu Anas dan Qatadah.
Sebagai bantahan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala terhadap perbuatan orang-orang munafik itu, maka Allah berfirman, ”Allahu yastahziu bihim wa yamudduhum fii thughyaanihim ya’mahuun”, Allah akan (membalas) olok-olokan mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan. Allah Subhanahu wa Ta’ala memberitahukan bahwa Dialah yang akan melakukan pembalasan terhadap orang-orang munafik itu kelak di hari kiamat.


Dirangkum oleh : Sholihin untuk Bintang Raya
Semoga bermanfaat

Selasa, 13 Desember 2011

Khutbah Jum'ah 9 Des 2011

Waspadai Sifat Munafik
Khutbah pertama :
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ.َ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًاعَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ ٠ٲمّابَعْد ٠ فَيَا أَيُّهاَ الْحٰضِرُوْن اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ٠ قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْأٰنِ الْعَظِيْم ٲَعُوْذُ بِااللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ ٱلرَّجِيْمِ بِسْمِ اللهِ ٱلرَّحْمٰنِ ٱلرّحيْمِ وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَقُوْلُ أٰمَنَّا بِااللهِ وَبِ ٱلْيَوْمِ ٱلأٰخِرِ وَمِا هُمْ بِمؤْمِنَيْنَ٠
Hadirin sidang jum’ah rahimakumullah,
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah Subhaanahu wa Ta’aala, yang senantiasa memberikan limpahan nikmat kepada kita, nikmat sehat, nikmat waktu luang, dan terlebih lagi nikmat iman dan islam, sehingga pada hari ini kita bias berkumpul di masjid ini untuk melaksanakan salah satu kewajiban kita, yaitu melaksanakan ibadah jum’ah. Mudah-mudahan ibadah kita diterima oleh Allah Subhaanahu wa Ta’aala.
Shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, kepada keluarganya, para sahabatnya dan seluruh umatnya sampai hari kiamat.
Hadirin sidang jum’ah yang berbahagia,
Marilah senantiasa kita meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah Subhaanahu wa Ta’aala, Iman dan taqwa yang sebenar-benarnya, dalam arti melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangann-Nya. Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman :
وتَزَوَّدُوْا فٳِنَّ خَيْرِٱلزَّادِ ٱلتَّقْوٰىۚ وَٱلتَّقُوْنِ يٰٲُولِى ٱلألْبٰبِ۝
Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa dan bertaqwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.” (QS. al-Baqarah:197)
Tidak ada bekal terbaik di hari kiamat kelak yang membuat kita mulia di sisi-Nya selain taqwa yang kita miliki.
Hadirin sidang jum’ah yang berbahagia,
Pada mukadimah tadi khotib membacakan salah satu firman Allah Subhaanahu wa Ta’aala, surat Al-Baqarah ayat 8 :
وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَقُوْلُ أٰمَنَّا بِااللهِ وَبِ ٱلْيَوْمِ ٱلأٰخِرِ وَمِا هُمْ بِمؤْمِنَيْن۝َ
“Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan hari, padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.”
Menurut para ulama ahli tafsir, di dalam surat Al-Baqarah ayat 8 tersebut sampai dengan ayat 20, Allah membeberkan hal ihwal mengenai orang munafik. Sedangkan pada dua ayat sebelumnya, yaitu ayat 6-7, Allah menyebutkan tentang orang-orang kafir, dan dalam lima ayat pertama Allah menjelaskan tentang orang-orang bertakwa. Allah menjelaskan panjang lebar mengenai sifat-sifat orang munafik karena mereka memang sulit dideteksi, susah dikenali oleh orang-orang beriman namun harus diwaspadai karena bisa menimbulkan kerusakan yang lebih besar dan lebih berbahaya.
Perbuatan munafik disebut nifaq. Apa itu munafik, apa yang dimaksud nifaq ? Di dalam tafsir Ibnu Katsir dijelaskan bahwa nifaq adalah menampakkan kebaikan dan menyembunyikan keburukan, menampakkan keimanan dan menyembunyikan kekufuran. Orang munafik adalah orang yang ucapannya bertentangan dengan perbuatannya, keadaan batinnya bertentangan dengan sikap lahiriahnya, bagian dalamnya bertentangan dengan bagian luarnya, dan penampilannya bertentangan dengan kepribadiannya.
Sifat munafik ada bermacam-macam. Ada nifaq I’tiqadi, munafik yang berkaitan dengan akidah / keyakinan, jenis ini menyebabkan pelakunya kekal di neraka.
إِنَّٱلمُنٰفِقِيْنَ فِى ٱلدَّرْكِ ٱلأَسْفَلِ مِنَ ٱلنَّارِ
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka.”
Nifaq jenis ini pertama kali muncul pada jaman Rasullullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, yaitu pada periode madinah ke-dua, di mana pada waktu itu kaum muslimin sudah semakin kuat sehingga orang-orang musyrik dan Yahudi di Madinah merasa khawatir, sehingga mereka memilih berpura-pura masuk Islam agar mendapat perlindungan dan agar diperlakukan layaknya orang Islam. Salah satu tokoh pimpinannya adalah Abdullah bin Ubay bin Salul.
Ada munafik yang berkaitan dengan perbuatan, jenis ini merupakan salah satu dosa besar walaupun tidak kekal di neraka. Untuk nifaq jenis ini kita harus mewaspadai diri kita, apakah ada dalam diri kita, apakah kita memilikinya.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda :

 ---masih dalam proses editing---

Dirangkum oleh : Sholihin untuk Bintang Raya
Semoga bermanfaat

Senin, 12 Desember 2011

Ibanatul Ahkam, 29 Nov & 6 Des 2011

Ibanatul Ahkam Syarah Bulughul Maram
Bab : Nawaaqidul Wudlu
Pembicara : K.H. Aep Saefudin S.Ag

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رضي الله عنه قَالَ: ( كَانَ أَصْحَابُ رَسُولِ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم -عَلَى عَهْدِهِ- يَنْتَظِرُونَ اَلْعِشَاءَ حَتَّى تَخْفِقَ رُؤُوسُهُمْ ثُمَّ يُصَلُّونَ وَلَا يَتَوَضَّئُونَ )  أَخْرَجَهُ أَبُو دَاوُدَ وَصَحَّحَهُ اَلدَّارَقُطْنِيّ ُ وَأَصْلُهُ فِي مُسْلِم
Hadits ke-61
Dari Anas Ibnu Malik radliyallahu ‘anhu, beliau berkata: “Para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam pada jamannya, biasa menunggu waktu solat Isya’ hingga kepala mereka terangguk-angguk (karena kantuk), kemudian mereka mengerjakan sholat tanpa mengambil air wudlu lagi.” (Dikeluarkan oleh Abu Dawud dan dinilai sahih oleh Ad-Daruquthni dan berasal dari riwayat Muslim)
Makna Hadits :
Pada jaman Rasulullah, para sahabat selalu menunggu tibanya waktu solat Isya’ sesudah solat Magrib, dengan tujuan mereka dapat mengerjakannya secara berjamaah bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Sering kali mereka terlelap oleh rasa mengantuk dan tertidur karena pada siang harinya mereka amat lelah bekerja. Kepala mereka kelihatan menunduk karena tertidur. Apabila Rasulullah keluar dari rumahnya untuk mengerjakan solat Isya’ bersama mereka, mereka langsung mengerjakan solat di belakangnya tanpa mengambil air wudlu lagi, sebab mereka tidur dalam keadaan mutamakkin (duduk dengan tetap).
Fiqih Hadits :
Seseorang yang tidur dalam keadaan duduk tetap tidak membatalkan wudlu. Pingsan, gila dan mabuk membatalkan wuduk, disamakan dengan tidur yang bukan dalam keadaan tetap di mana kesadaran akal tidak berfungsi pada saat itu.
Ulama berselisih pendapat mengenai batalnya wudlu disebabkan tidur. Imam Malik melihat kepada faktor tidur itu sendiri, beliau berkata: “Jika seseorang tidur lelap hingga tidak sadar dengan apa yang terjadi di hadapannya, maka wudlunya batal. Tetapi jika seseorang tidur tidak lelap, maka tidak batal.” Imam Syafi’i melihat kepada keadaan orang yang sedang tidur, beliau berkata: “Jika seseorang tidur dengan cara memantapkan duduknya di atas lantai, maka wudlunya tidak batal. Jika tidak, maka wudlunya batal.”
Imam Abu Hanifah berkata: “Jika seseorang tertidur dalam salah satu keadaan solat, seperti tidur ketika berdiri atau duduk atau sedang sujud, maka wudlunya tidak batal. Jika tidak, maka wudlunya batal.” Imam Ahmad berkata: “Jika seseorang tidur dalam keadaan duduk atau berdiri, maka wudlunya tidak batal. Jika tidak, maka wudlunya batal.” Perbedaan pendapat ulama dalam masalah ini adalah disebabkan wujudnya perbedaan nash hadits mengenainya.

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ: ( جَاءَتْ فَاطِمَةُ بِنْتُ أَبِي حُبَيْشٍ إِلَى اَلنَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فَقَالَتْ: يَا رَسُولَ اَللَّهِ! إِنِّي اِمْرَأَةٌ أُسْتَحَاضُ فَلَا أَطْهُرُ أَفَأَدَعُ اَلصَّلَاةَ؟ قَالَ: لَا إِنَّمَا ذَلِكَ عِرْقٌ وَلَيْسَ بِحَيْضٍ فَإِذَا أَقْبَلَتْ حَيْضَتُكِ فَدَعِي اَلصَّلَاةَ وَإِذَا أَدْبَرَتْ فَاغْسِلِي عَنْكِ اَلدَّمَ ثُمَّ صَلِّي )  مُتَّفَقٌ عَلَيْه
Hadits ke-62
Dari 'Aisyah Radliyallaahu 'anha berkata: “Fathimah binti Abu Hubaisy datang ke hadapan Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam lalu bertanya: Wahai Rasulullah, sungguh aku ini perempuan yang selalu keluar darah (istihadlah) dan tidak pernah suci bolehkah aku meninggalkan shalat? Rasul menjawab: "Tidak boleh, itu hanya penyakit dan bukan darah haid. Apabila haidmu datang tinggalkanlah shalat dan apabila ia berhenti maka bersihkanlah dirimu dari darah itu (mandi) lalu shalatlah.” Muttafaq Alaihi.
Makna Hadits :
Rasulullah Shllallahu ‘alaihi wa Sallam sering kali duduk bersama para sahabatnya berbincang-bincang dengan mereka pada waktu malam hari dan menjawab pertanyaan mereka. Seorang sahabat wanita bernama Fatimah binti Abu Hubaisy bertanya kepada Nabi, meminta penjelasannya dan memutuskan suatu hukum yang mesti dijadikan pegangan. Nabi Sllallahu ‘alaihi wa Sallam menerangkan kepadanya perbedaan antara darah istihadlah dengan darah haid dan memberinya jalan keluar.
Dalam jawapannya, Rasulullah memfatwakan kepada Fatimah binti Abu Hubaisy supaya tidak meninggalkan sholat, sekalipun darah istihadlah itu masih terus mengalir. Baginda menyuruh untuk menunggu datangnya masa haid. Jika masa haid telah datang, dia hendaklah meninggalkan sholat. Tetapi apabila masa haid telah berakhir, hendaklah dia mencuci darahnya, lalu mandi junub. Dalam kasus ini dapat dibedakan permulaan dan akhir masa haid melalui tanda-tanda yang hanya diketahui oleh kaum wanita.
Analisis Lafadz :
Istihadlah ialah darah yang keluar dari kemaluan wanita bukan pada masa haid. Darah tersebut bersumber dari urat yang disebut al-‘adzil.
Fiqih Hadits :
1.      Wanita dibolehkan bertanya secara langsung dan berbicara berhadapan dengan lelaki lain tentang masalah yang menyangkut perihal kaum wanita.
2.      Dibolehkan mendengar suara wanita jika ada keperluan.
3.      Darah istihadlah merupakan salah satu hadats yang membatalkan wudlu. Wanita yang ber-istihadlah wajib berwudlu setiap kali hendak mengerjakan sholat menurut pendapat Imam Ahmad dan Imam Syafi’i. Menurut Imam Maliki disunahkan berwudlu setiap kali hendak mengerjakan solat. Sedangkan menurut Imam Hanafi : diwajibkan berwudlu setiap waktu.
4.      Darah haid itu najis dan begitu pula dengan darah istihadlah.
5.      Najis mesti dihilangkan dari tubuh, pakaian dan tempat.
6.      Wanita yang sedang berhaid tidak boleh (haram) mengerjakan solat.
7.      Wanita yang ber-istihadlah tidak boleh meninggalkan solat.
8.      Dibolehkan bersetubuh dengan istri yang ber-istihadhah.

ِعَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ رضي الله عنه قَالَ: ( كُنْتُ رَجُلاً مَذَّاءً فَأَمَرْتُ اَلْمِقْدَادَ بْنَ اَلْأَسْوَدِ أَنْ يَسْأَلَ اَلنَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم فَسَأَلَهُ ؟ فَقَالَ: فِيهِ اَلْوُضُوءُ )  مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ وَاللَّفْظُ لِلْبُخَارِيّ

Hadits ke-63
Dari Ali Ibnu Abu Thalib Radliyallaahu 'anhu berkata: “Aku adalah seorang laki-laki yang sering mengeluarkan madzi maka aku suruh Miqdad Ibnu Aswad untuk menanyakan hal itu pada Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dan bertanyalah ia pada beliau. Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menjawab: "Dalam masalah itu wajib berwudlu." Muttafaq Alaihi lafadznya menurut riwayat Bukhari.
Makna Hadits :
Bersopan santun kepada mertua merupakan perbuatan terpuji dan dituntut di sisi agama. Hadits ini menceritakan menantu Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam yang dikalahkan oleh perasaan malunya untuk bertanya tentang masalah agama. Untuk itu, dia menyuruh Miqdad menanyakan masalah yang dialaminya kepada Rasulullah supaya baginda menetapkan hukum syariat mengenainya. Baginda menjawabnya di hadapan sekumpulan manusia, termasuk pula, Ali  sendiri. Baginda menetapkan bahawa madzi merupakan salah satu hadas yang membatalkan wudlu, tetapi tidak mewajibkan mandi junub.
Analisis Lafadz :
Madzi ialah air putih yang agak kental dan licin. Ia keluar dari zakar ketika bekerja terlalu keras, ketika bermesraan atau tengah ingat tentang persetubuhan atau ketika hendak bersetubuh.
Fiqih Hadits :
1.      Diperbolehkan menyuruh orang lain untuk meminta fatwa.
2.      Bergaul dengan baik dengan sesama kaum kerabat.
3.      Bersopan santun dan mengamalkan tradisi yang baik dengan tidak menanya-kan secara langsung perkara-perkara yang dianggap memalukan menurut adat kebiasaan.
4.      Menggabungkan antara maslahat bersifat malu (sopan santun) dan tidak bersikap tidak senonoh untuk mengetahui suatu hukum.
5.      Keluarnya madzi menyebabkan batalnya wudlu, tetapi tidak mewajibkan mandi wajib.
6.      Menegaskan bahawa madzi adalah najis dan wajib mencuci zakar darinya seperti makna yang ditegaskan oleh riwayat lain yang mengatakan: “Berwudlulah dan cucilah zakarmu!” Hadis ini menurut lafaz al-Bukhari.

Pertanyaan :
1.      Mohon maaf karena pertanyaannya agak menyimpang dari topik pembahasan. Bagaimana hukumnya seorang istri mencari nafkah sedangkan suami menganggur ?
 Jawab :
Mencari nafkah adalah kewajiban suami, bukan kewajiban istri. Jika suami menganggur misalnya karena diPHK dan istrinya terpaksa bekerja, maka jika sang istri rela hasil kerjanya dipakai sebagai nafkah keluarga, maka hal itu merupakan sedekah. Suami harus menyadari kedudukannya sebagai kepala keluarga dan terus berikhtiar untuk mencari nafkah. Jadi harus ada kesadaran dan kerelaan dari kedua belah pihak dan diniatkan sebagai ibadah.
2.      Jika istri bekerja dan suami menganggur, apakah boleh istri menyuruh suami untuk mengerjakan pekerjaan rumah seperti mencuci, memasak, dan membereskan rumah ?
 Jawab :
Harus dipahami bahwa tugas istri adalah taat kepada suami, melayani suami, menjaga kehormatan diri, suami, dan hartanya jika suami tidak ada, serta merawat dan mendidik anak. Sedangkan tugas suami adalah mencari nafkah keluarga termasuk menyelenggarakan kebutuhan rumah tangga seperti mencuci, memasak, dan membereskan rumah. Jika suami bekerja dan mampu maka bisa mengupah orang lain untuk mengerjakannya supaya istri lebih fokus kepada tugas dan kewajibannya yang sebenarnya. Kalau suami menganggur dan istrinya bekerja, maka seharusnya tidak perlu disuruh karena hal itu memang kewajibannya. Harus ada kesadaran dan kerelaan dari masing-masing pihak supaya bernilai ibadah.


Dirangkum oleh : Sholihin untuk Bintang Raya
Semoga bermanfaat

Kamis, 08 Desember 2011

Bukti Allah Itu Ada

بِسْــــــــــــــــــمِ ﷲِالرَّحْمَنِ الرَّحِيم
الحمد لله رب العا لمين . الصلاة و السلام على رسو ل الله .اما بعد
Salah satu paham yang dapat melemahkan generasi muslim adalah paham Atheis yaitu tidak percaya Tuhan. Padahal pelajaran tentang adanya Tuhan sudah didapat saat kita masih duduk di Taman Kanak-Kanak. Untuk menyegarkan ingatan kita & juga meningkatkan serta berbagi ilmu dengan yang belum tahu, mari kita mengulas sekilas tentang bukti adanya Tuhan.
Tahun 1877 pembangunan menara eifel di prancis dimulai dan membutuhkan waktu 26 tahun untuk menyelesaikannya. Tentu saja, sebelum membangun diperlukan RANCANGAN / PLAN / DESIGN agar bangunan tampak baik, kuat, kokoh & tidak mudah rusak. Berat seluruh bangunan mencapai 9000 ton, sedangkan tinggi menara eifel 321 meter dan merupakan bangunan tertinggi buatan manusia selama 40 tahun.
RANCANGAN / PLAN / DESIGN menara eifel ini mencontoh / meniru dari RANCANGAN / PLAN / DESIGN tulang paha manusia yang kecil tapi mampu menahan berat tubuh manusia yang jauh lebih berat dari berat tulang paha. Tidak mungkin menara eifel menjadi ada secara tidak disengaja atau tanpa RANCANGAN / PLAN / DESIGN, menara eifel pasti telah dirancang oleh seseorang sehingga hasilnya seimbang, bagus, kokoh seperti kita lihat.

Keanekaragaman makhluk hidup baik berupa hewan berorganisme sel satu maupun ber-sel banyak, berbagai jenis tumbuhan, manusia. Jumlah hewan jauh lebih besar dari jumlah manusia, kesemua jenis hewan & tumbuhan ini memiliki rancangan yang sangat rumit dan sama sekali berbeda antara satu dengan lainnya, sehingga manusia yang memiliki akal pun tidak dapat menirunya. Kembali pada menara, bangunan, kendaraan yang megah, maka semua ini pasti dirancang oleh manusia.
Manusia pun hanya dapat meniru RANCANGAN / PLAN / DESIGN alam yang telah ada, RANCANGAN / PLAN / DESIGN hasil manusia pun tidak dapat sempurna seperti RANCANGAN / PLAN / DESIGN Allah.
Contoh: Manusia membuat helikopter meniru rancangan & gerak terbang capung (Dragon Fly), tetapi kemampuan terbang helikopter jauh di bawah kemampuan terbang capung.
Contoh: Manusia meniru rancangan tangan manusia untuk membuat Robot Tangan, tapi kemampuan robot tangan masih jauh dibawah kemampuan tangan manusia itu sendiri.

Elang memiliki mata tajam bersudut pandang 300° & dapat memperbesar (Zoom) target sebanyak 6-8x lebih besar dari penglihatan awal. Saat terbang di ketinggian 4300 meter, elang dapat memantau 30.000 hektar wilayah disekelilingnya. Dari ketinggian 1500 meter, elang dapat melihat gerakan atau perbedaan warna terkecil sekalipun untuk menentukan letak mangsanya.
Daya lihat yang tajam ini diakibatkan banyaknya sel kerucut peka cahaya di retina matanya. Sel-sel tersebut mengumpulkan cahaya dan mengirimkan informasi ke otak. Sementara sel kerucut pada manusia jauh lebih sedikit dibanding elang. Tentunya semua ini telah DIRANCANG / DI-DESIGN oleh Allah Sang Pencipta.
”Sesungguhnya aku bertawakkal kepada Allah Tuhanku dan Tuhanmu. Tidak ada suatu binatang melatapun melainkan Allah yang memegang ubun-ubunnya. Sesungguhnya Tuhanku di atas jalan yang lurus.” (QS. Huud : 56)
 Manusia dapat meniru rancangan pada lumba-lumba dan kerang apung untuk diterapkan pada kapal selam, dan meniru cangkang kerang laut untuk membuat porselein, atau meniru RANCANGAN / PLAN / DESIGN lainnya ciptaan Allah, tapi tetap rancangan Allah jauh lebih baik dibanding rancangan manusia.
Contoh: Keramik Porselain buatan manusia hanya dapat dibuat dengan suhu antara 1000°-1500° Celcius, sedangkan kerang laut hanya memerlukan suhu 4° Celcius untuk membuat Porselain yang daya kekuatannya lebih kuat dan lebih tahan pecah dibanding keramik Porselain buatan manusia. Terlebih lagi, jika keramik porselain buatan manusia itu jatuh & pecah, maka keramik porselain tersebut tidak dapat memperbaiki dirinya yang pecah, sedang kerang laut mempunyai sistem kerja yang luar biasa sehingga mampu memperbaharui bagian kerang yang rusak.
Apakah keramik Porselain ada dengan sendirinya tanpa RANCANGAN / PLAN / DESIGN manusia? Bagaimana dengan RANCANGAN / PLAN / DESIGN cangkang kerang laut yang dapat memperbaiki sendiri jika pecah serta jauh lebih kuat, lebih indah warna, lebih indah bentuknya dibanding buatan manusia? Siapa Yang Mencipta-nya?
Manusia memang dapat membuat tiruan komposit untuk bahan Polimer & Polisiklat yang dapat memperbarui diri jika rusak, tetapi komposit tiruan buatan manusia jauh lebih lemah dibanding apa yang ada di alam. Kita ambil satu contoh dari banyak contoh saja yaitu pada kulit buaya.
RANCANGAN / PLAN / DESIGN yang sempurna pada hewan, manusia dan alam ini menunjukan tanda-tanda Kekuasaan Allah sebagaimana diungkapkan dalam Al-Qur’an:
”Dan pada penciptaan kamu dan pada binatang-binatang yang melata yang bertebaran terdapat tanda-tanda untuk kaum yang meyakini.” (QS. Al-Jaatsiyah : 4)
Bagaimana dengan RANCANGAN / PLAN / DESIGN yang ada pada jutaan jenis Hewan lainnya diseluruh muka bumi ini yang memiliki RANCANGAN / PLAN / DESIGN yang berbeda antara satu jenis hewan dan satu jenis hewan lainnya? Apakah semua ini hanya ada dan terjadi dengan sendirinya tanpa disengaja?
”Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi, sungguh tanda-tanda bagi kaum yang memikirkan.” (QS. Al-Baqarah : 164)
Otak manusia tersusun oleh rata-rata sekitar 10.000.000.000.000 syaraf, syaraf-syaraf ini terhubungkan antara satu sama lain melalui 100.000.000.000 sambungan. Jumlah 100.000.000.000 ialah jumlah yang jauh diluar pemahaman kita. Semua pesan ke otak dan dari otak bergerak dengan kecepatan yang sangat mengejutkan yakni 320 Km/jam. Sel-sel syaraf penghubung otak dan bagian tubuh lainnya menyerupai jalan bebas hambatan (highway toll free) yang mengangkut informasi antara tubuh dan otak. Setiap saat, tubuh kita ialah saksi dari lalu lintas yang sangat sibuk & padat didalamnya. Ribuan kegiatan berbeda saling datang & pergi dari otak hanya dalam kurun waktu 1 detik saja. Antara 100.000 sampai 1.000.000 reaksi kimia terjadi didalam otak kita hanya dalam waktu 1 menit saja. Bahkan saat saudara membaca tulisan ini, ratusan pesan sedang keluar masuk antara otak & otot saudara setiap 0,001 detik. Ratusan pesan ini meliputi informasi tentang apa yang saudara lihat, membaca, memikirkan dan memahami apa yang saudara baca, detak jantung, kegiatan nafas, berkedipnya mata, pertumbuhan rambut kepala, penciuman aroma, pendengaran telinga.
Untuk menjelaskan rincian 1 kegiatan yang dilakukan oleh otak, saudara memerlukan berlembar-lembar halaman untuk menerangkan rumus kimia. Bagaimana jika 100.000 kegiatan dalam 1 detik? Berapa juta lembar yang saudara perlukan untuk menulis semuanya dalam 1 detik saja? 1 kesalahan saja dalam rumus kimia ini maka akan berakibat tidak seimbangnya kegiatan tubuh saudara. Namun Allah telah menciptakan manusia secara sempurna, dan sebagai balasan, hendaklah kita bersyukur pada Allah yang telah menciptakan & memberi kita nikmat yang tak dapat dihitung oleh manusia.
Dapatkah kita membuat susunan kabel elektrik yang berjumlah 10.000.000.000.000 tanpa sedikitpun “Error” selama bekerja 24 jam didalamnya sepanjang masa? Apakah ini tidak memerlukan RANCANGAN / PLAN / DESIGN?
Bagaimana dengan RANCANGAN / PLAN / DESIGN tubuh lainnya seperti mata, jantung, kulit, paru-paru, hati, telinga, lidah, saluran pencernaan, tulang, otot, persendian, syaraf dan bagian tubuh manusia lainnya? Apakah juga tidak memerlukan RANCANGAN / PLAN / DESIGN?
”Hai manusia, apakah yang telah memperdayakan kamu terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah. Yang menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikanmu seimbang; dalam bentuk apa saja yang Dia kehendaki, Dia menyusun tubuhmu.” (QS. Al-Infithar : 6-8)
Maka nikmat dari Tuhan manakah yang kamu dusta-kan?
”Demikian itu ialah Allah Tuhan kamu; tidak ada Tuhan selain Allah; Pencipta segala sesuatu, maka sembahlah Dia; dan Allah adalah Pemelihara segala sesuatu.” (QS. Al-An’am :102)
Dalam Al-Qur’an, manusia diciptakan dengan sempurna dan termasuk keseimbangan tubuhnya. Jadi, dengan akal kita, janganlah kita mau disamakan dengan hewan yang tidak memiliki peradaban. Manusia dahulunya tidak bisa membuat pesawat, tapi sekarang bisa membuat pesawat antar benua dan bahkan bisa membuat pesawat ke luar angkasa dengan remote kontrol.
Sedangkan monyet / monkey, yang namanya monyet dari dulu ya tetap saja monyet yang tidak malu telanjang bulat tanpa baju, bisanya hanya bertepuk tangan lalu diberi makan pisang atau kacang oleh manusia. Tidak ada monyet yang dapat membuat pesawat terbang atau pesawat luar angkasa yang dikendalikan remote kontrol.
Oleh sebab itu, jangan-lah mau jika derajat kita sebagai manusia disamakan dengan binatang.
Pengkhotbah 3:19 ”Karena nasib manusia adalah sama dengan nasib binatang, nasib yang sama menimpa mereka; sebagaimana yang satu mati, demikian juga yang lain. Kedua-duanya mempunyai nafas yang sama, dan manusia tidak mempunyai kelebihan atas binatang, karena segala sesuatu adalah sia-sia. (Christian Bible, King James Version, Ecclesiastes 3:19)
Begitu pula dengan Alam semesta termasuk segala isinya, bumi, matahari, bulan, air, udara, tanah, atmosfir, manusia, hewan, tumbuhan, dan seluruh jagat semesta raya ini terdapat keseimbangan, kesempurnaan, kecocokan dan ketelitian di setiap sisinya. Tidak mungkin Alam semesta dan segala isinya tadi ada secara tiba-tiba tanpa RANCANGAN / PLAN / DESIGN, padahal alam semesta, hewan, tumbuhan & manusia sendiri memiliki RANCANGAN / PLAN / DESIGN yang jauh lebih rumit & jauh lebih sulit daripada RANCANGAN / PLAN / DESIGN menara eifel atau RANCANGAN / PLAN / DESIGN lainnya buatan manusia.
RANCANGAN / PLAN / DESIGN alam ini tentu diperlukan kekuatan yang MAHA KUASA untuk mendesign-nya dan Yang Maha Kuasa itu harus-lah 1 Tuhan saja karena Tuhan tidak mungkin ada 2 Tuhan, apalagi 3 Tuhan bekerja sama dengan makhluk ciptaan-Nya dalam membangun alam semesta raya ini.
Semua ukuran di alam semesta ini telah dibuat dengan ukuran yang teliti & tepat. Jika terjadi kekurangan atau kelebihan sedikit saja maka akan mengakibatkan bencana yang luar biasa. Dapat dibayangkan jika ada 2 Tuhan yang memiliki 2 RANCANGAN / PLAN / DESIGN yang berbeda. Tentu Planet-Planet, bintang-bintang dan segala isinya akan berbenturan dan kacau dibuatnya. Sehingga dengan akal kita, kita dapat memastikan bahwa hanya ada 1 Tuhan saja.
”Dan Allah telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran. Dan Allah telah menjadikan untukmu di bumi keperluan-keperluan hidup, dan makhluk-makhluk yang kamu sekali-kali bukan pemberi rezki kepadanya. Dan tidak ada sesuatupun melainkan pada sisi Kami-lah khazanahnya; dan Allah tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran tertentu.” (QS. Al-Hijr : 19-21)
”Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu bagi Allah dalam kekuasaan, dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya.” (QS. Al-Furqon : 2)
Janganlah kamu menyembah dua Tuhan; sesungguhnya Dialah Tuhan Yang Maha Esa, maka hendaklah kepada-Ku saja kamu takut”. (QS. An-Nahl : 51)

Jelas sekali bahwa Allah itu Maha Teliti dalam menghitung kesemua ciptaan-Nya, tidak mungkin Allah salah hitung dalam matematika sepele atau yang lebih rumit campuran antara fisika, kimia, biologi bahkan dalam segalanya.
Berbicara soal “Ukuran yang serapih-rapihnya”, “Kecermatan”, “Ketelitian”, “Kesempurnaan”, lantas bagaimana kesalahan matematika dalam alkitab chirstian? Apakah beberapa contoh kesalahan rancangan / perhitungan dari BERIBU-RIBU kesalahan dalam alkitab chistian berikut dilakukan oleh Tuhan?
Pikirkanlah segala hal yang telah diberikan oleh Allah kepada saudara. Saudara tinggal di bumi yang sengaja telah dirancang dan diciptakan khusus untuk kita. Kita tidak melakukan apapun untuk lahir ke dunia ini, dan kita pun tidak melakukan apapun diantara tatanan alam semesta ini. Kita sekedar lahir, dan membuka mata telah mendapati kita ditengah segenap kenikmatan alam & tubuh yang kita gunakan ini.
Kita dapat melihat, mendengar, merasakan, mencium, mengecap rasa atas kehendak Allah yang menciptakan kita. Dan Allah tidak meminta uang kita untuk menyewa tubuh kita, meminta bayaran atas oksigen yang kita hirup, meminta bayaran atas air, makanan & tanah yang kita gunakan. Allah hanya meminta kita bersyukur, dan sebetulnya rasa syukur ini untuk kebaikan diri & jiwa kita sendiri.
”Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.” (QS> An-Nahl : 78)
Rasa syukur kita kepada Allah ini untuk kebaikan kita sendiri, dan Allah tidaklah membutuhkan rasa terimakasih dari manusia karena meskipun seluruh manusia ingkar & durhaka kepada Allah, tetaplah Allah Maha Kuasa, Maha Suci & Maha Agung.
Dengan akal, janganlah sampai kita keliru menyembah Tuhan. Jika kita keliru menyembah Tuhan tanpa dipikir menggunakan akal terlebih dahulu, maka berarti kita tidak tahu terimakasih karena telah diberi akal namun tidak digunakan, kita telah diberi banyak sekali nikmat namun kita keliru berterimakasih kepada yang bukan Tuhan.
Hai Isa putra Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: “Jadikanlah aku dan ibuku sebagai dua orang tuhan selain Allah?”. Isa menjawab: “Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hak-ku (mengatakannya). Jika aku pernah mengatakan maka tentulah Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang ghaib-ghaib”. (QS. Al-Maidah : 119)
Sementara Nabi Isa tidak pernah menyuruh menyembah pada dirinya, malah Nabi Isa jelas-jelas menyuruh menyembah hanya kepada Allah saja, hal ini tertulis baik didalam Al-Qur’an maupun alkitab chirstian:
Markus 12:29 Jawab Yesus: “Hukum terutama ialah: Dengar, hai orang israel, Tuhan Allah kita,Tuhan itu esa.
Terutama = paling utama, paling pertama, nomor utama, nomor pertama, paling penting.
Yesus bilang: “Tuhan Allah kita.”artinya=Tuhanmu & Tuhanku! Tuhanmu & Tuhanku, artinya Yesus bertuhan, dan setiap yang bertuhan berarti bukan Tuhan.
Sabda Yesus sama dengan sabda Nabi Musa dalam Ulangan 6:4 Dengarlah, hai orang Israil: Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu esa!
Ayat Hukum Ter-utama ini pun terdapat dalam :
Matius 22 : 36-37 “Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?”. Jawab Yesus kepadanya: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu.
Lukas 10 : 27 Jawab orang itu: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.”
Markus 22:29 Jawab Yesus: “Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa. 30 Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu.

 “Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya Allah ialah Al Masih putera Maryam”, padahal Al Masih berkata: “Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu”. Sesungguhnya orang yang mempersekutukan Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun.” (QS. Al-Maidah : 72)


Sumber : IslamTerbuktiBenar.Net
Sholihin untuk Bintang Raya

Rabu, 07 Desember 2011

Khutbah Jum'ah 2Des2011

Tanda-Tanda Orang Bertaqwa
K.H. Aep Saefudin S.Ag.
Khutbah pertama :
ٲلحمد لله ٱلذى ٲرسل رسوله با ٱلهدى ودين ٱلحقّ ليذهره على ٱلدّين كله ولوكره ٱلمشركون ٲشهد ٲن لاٳله ٳلاالله وٲشهد ٲنّ محمّد عبده ورسوله وصلواة الله وسلامه عليه وعلى ٲله وٲصحبه ٲجمعين ٲمّابعد فياعباد الله وصيكم وٳيّاي بتقوى الله وطاعته لعلكم ترحمون
Hadirin sidang jum’ah yang berbahagia,
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah Subhaanahu wa Ta’aala, yang mana pada hari ini kita masih bisa menikmati dalam melaksanakan sebagian kewajiban kita selaku orang beriman, yaitu melaksanakan ibadah jum’ah. Mudah-mudahan ibadah kita diterima oleh Allah, dan juga dapat mempengaruhi kehidupan kita sehari-hari sehingga amal ibadah kita tidak sia-sia, tapi bernilai ibadah dan mendapat limpahan rahmat dari Allah Subhaanahu wa Ta’aala.
Sholawat dan salam semoga tetap tercurah kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, kepada keluarganya, para sahabatnya dan seluruh umatnya sampai hari kiamat.
Tidak lupa saya selaku khatib berwasiat, marilah senantiasa kita meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah Subhaanahu wa Ta’aala, Iman dan taqwa yang sebenar-benarnya, dalam arti melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangann-Nya.
Hadirin sidang jum’ah yang berbahagia,
Kata “taqwa” di dalam Al-Qur’an disebutkan ratusan kali. Kata taqwa sudah menjadi bahasa yang lazim diucapkan. Di dalam suatu lembaga/organisasi ada kata taqwa. Di dalam GBHN terdapat kata taqwa. Di dalam Saptamarga TNI ada kata taqwa. Di dalam janji Korpri ada kata taqwa. Tetapi bagi kita sebagai orang mukmin, kata taqwa bukan hanya sekedar kata di bibir saja, taqwa harus ada wujud dan realisasinya dalam kehidupan sehari-hari.

Marilah kita hayati salah satu firman Allah Subhaanahu wa Ta’aala :
ڶَيْسَ ٱلْبِرَّ ٲَنْ تُوَڶُّوْا وُجُوْهَكُمْ قِبَلَ ٱلْمَشْرِقِ وَٱلْمَغْرِبِ وَلٰكِنَّ ٱڶْبِرَّ مَنْ ٲٰمِنَ بِٱللهِ وَٱڶْيَوْمِ ٱڶاٰخِرِ وَٱڶْمَڶٰئِكَة وَٱڶْكِتٰبِ وَٱڶنَّبِيِّيْنَ وأٰ تى ٱڶْمَاڶَ عَڶٰى حُبِّهِ ذَوِى ٱڶْقُرْبٰى وَٱڶْيَتٰمٰى وَٱڶْمَسٰكِيْنَ وَٱبْنَ ٱڶسَّبِيْڶِ وَٱڶسَّآئِڶِيْنَ وَفِى ٱڶرِّقَابِ وَٲَقَامَ ٱڶصَّڶٰوةَ وَٲٰتَى ٱڶزَّكٰوةَ وَٱڶْمُوْفُوْنَ بِِعَهْدِهمْ إِِذا عٰهَدُوْا ۖ وَٱڶصّٰبِرِيْنَ فِى ٱڶْبٲسَآءِ وَٱڶضَّرَّآءِ وَحِيْنَ ٱڶْبٲسِِ ۗ أُوڶٰئكَ ٱڶَّذِيْنَ صَدَقُوْا ۖ  وَأُڶٰئِكَ هُمُ ٱڶْمُتَّقُوْنَ ۝
“Bukanlah kebajikan itu menghadapkan wajah-wajah kalian ke arah timur dan barat, akan tetapi kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari akhir, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi, dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan sholat dan menunaikan zakat, dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar; dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa.” (QS. Al-Baqarah : 177)

Dari ayat ini kita dapat mengambil pelajaran bahwa hamba Allah yang bertaqwa adalah :
1.      Beriman kepada Allah, tidak hanya sekedar percaya, tapi meyakini bahwa tidak ada yang berhak disembah kecuali Allah Subhaanahu wa Ta’aala, dan meyakini bahwa hukum/aturan Allah adalah mutlak kebenarannya. Kita meyakini dan tidak ragu lagi bahwa hanya hukum Allah yang mutlak kebenarannya dan kita siap melaksanakannya serta siap dihukum dengan hokum Allah.
2.      Beriman kepada hari akhir, tidak hanya sekedar percaya, tetapi meyakini bahwa segala perbuatan kita akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah di akhirat kelak.
فَمَنْ يَّعْمَڶْ مِثْقَاڶَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَّرَهُ ۝ وَمَنْ يَّعْمَڶْ مِثْقَاڶَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَّرَهُ ۝
“Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihatnya; Dan barang siapa mengerjakan kejahatan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihatnya pula.” (QS. Az-Zalzalah : 7-8)
3.      Beriman kepada malaikat, meyakini bahwasanya selain manusia dan jin, Allah juga menciptakan makhluk yang luar biasa bernama malaikat. Bahkan banyak kejadian-kejadian, dengan izin Allah, malaikat diperintahkan membantu perjuangan umat Islam, terutama pada zaman Nabi dimana beribu-ribu malaikat turun untuk membantu perjuangan Nabi dalam peperangan. Jika kita betul-betul iman dan taqwa kepada Allah, tidak mustahil, Allah akan memerintahkan malaikat-Nya untuk membantu perjuangan kita menegakkan agama-Nya.
4.      Beriman kepada kitab-kitab Allah, meyakini bahwa kitab Allah adalah undang-undang Allah yang mengatur kehidupan manusia, untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan di akherat. Kitab Allah bukan hanya bacaan, bukan hanya hiasan, tetapi harus diamalkan dan dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Tidak akan sesat selama-lamanya, dimanapun saja berada, selama kita konsekuen dan konsisten kepada kitab Allah, terutama sebagai umat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, kita meyakini kebenaran Al-Qur’an sebagai wahyu Allah untuk kebahagiaan manusia di dunia dan akherat.
5.      Menolong orang-orang yang susah, kerabat, anak-anak yatim, fakir miskin
6.      Mendirikan sholat
7.      Menunaikan zakat
8.      Menepati janji apabila ia berjanji
9.      Sabar dalam beribadah, sabar dalam melaksanakan segala perintah-Nya, sabar dalam menjauhi segala larangan-Nya
Mudah-mudahan tanda-tanda orang yang bertaqwa tersebut melekat pada diri kita
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.


Khutbah ke-dua :
ٲلحمد للهِ ربِّ ٱلْعالَمِيْن وبه نستعينُ على أمُوْرِ ٱڶدُّنْيَا وٱلدّين ٲشهد ٲن لاٳله ٳلااللهُ وحده لاشريك ڶه وٲشهد ٲنّ محمّد عبده ورسوله


---masih dalam proses editing---

Dirangkum oleh : Sholihin untuk Bintang Raya
Semoga bermanfaat

Senin, 05 Desember 2011

Tafsir Q.S. Al-Baqarah 8-10

Kajian Tafsir Ibnu Katsir, 29 November 2011
Pembicara : K.H. Aep Saefudin S.Ag

Setelah disebutkan sifat orang-orang mukmin pada permulaan surat melalui empat ayat yang mengawalinya, kemudian diperkenalkan pula keadaan orang-orang kafir melalui dua ayat berikutnya, lalu Allah menjelaskan secara panjang lebar keadaan orang-orang munafik pada ayat 8-20.
Al-Baqarah, ayat 8 :
وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَنْ يَّقُوْلُ أٰمَنَّابِٱللهِ وَبِٱلْيَوْمِ ٱلأٰخِرِ وَمَاهُمْ بِمُؤْمِنِيْنَ ۝
“Diantara manusia ada yang mengatakan : ”Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian,” padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.”
Nifaq atau munafik ialah menampakkan kebaikan dan menyembunyikan kejahatan. Nifaq ada beberapa macam, ada nifaq i’tiqodi yaitu sifat munafik yang berkaitan dengan akidah/keyakinan. Nifaq jenis ini menyebabkan pelakunya kekal di neraka. Ada Nifaq ’amali yaitu sifat munafik yang berkaitan dengan perbuatan, termasuk dosa besar walaupun tidak sampai kekal di neraka. Contohnya beramal dengan mengharapkan sesuatu dari manusia, tidak ikhlash karena Allah.
Menurut Ibnu Juraij, orang munafik ialah orang yang ucapannya bertentangan perbuatannya, batinnya bertentangan sikap lahiriahnya, penampilannya bertentangan dengan kepribadiannya.
Ketika kurun Mekah belum ada munafik, bahkan kebalikannya, diantara orang-orang dalam periode Mekah ada yang menampakkah kekufuran karena terpaksa, padahal hatinya mukmin tulen. Ketika Nabi Shallallahu ’alaihi wa Sallam hijrah ke Madinah, di sana telah ada kabilah Aus dan kabilah Khazraj yang dahulunya menyembah berhala, dan ada orang-orang Yahudi dari kalangan ahli kitab yang memeluk agama menurut nenek moyang mereka.
Pada periode pertama Madinah juga masih belum ada munafik mengingat kaum muslimin pada waktu itu belum mempunyai kekuatan yang berpengaruh. Ketika umat Islam semakin kuat, terutama setelah menang dalam perang Badar, mulai muncullah orang-orang yang mengaku masuk Islam padahal hatinya tetap ingkar dikarenakan khawatir atas kebesaran Islam dan ingin memperoleh perlakuan sebagaimana orang-orang beriman diperlakukan. Salah satu pimpinan tokoh munafik adalah Abdullah bin Ubay bin Salul.
Melalui ayat ini Allah memperingatkan kaum mukmin agar jangan terbujuk oleh lahiriah sikap mereka, yaitu dengan menerangkan sifat-sifat dan ciri khas orang-orang munafik, karena hal tersebut akan mengakibatkan timbulnya kerusakan yang luas sebagai akibat tidak bersikap waspada terhadap mereka, dan sebagai akibat meyakini keimanan mereka padahal kenyataannya mereka adalah orang-orang kafir.
Al-Baqarah, ayat 9 :
يُخٰدِعُوْنَ ٱللهَ وَٱلَّذِيْنَ أٰمَنُوْا وَمَايَخْدَعُوْنَ إِلآ أَنْفُسَهُمْ وَمَايَشْعُرُوْنَ ۝
”Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar.”
Yukhoodi’uunallaha walladziina aamanuu”, mereka hendak menipu Allah dan orang-orang beriman karena mereka hanya menampakkan keimanan pada lahiriahnya saja sedangkan batin mereka memendam kekufuran. Karena kebodohan mereka sendiri, mereka menduga bahwa diri mereka menipu Allah dengan sikap tersebut, mereka menduga bahwa hal tersebut menghasilkan manfaat dapat mengelabui Allah Subhanahu wa Ta’ala, sebagaimana mereka dapat mengecoh sebagian kalangan kaum mukmin. Karena itulah Allah membantah apa yang mereka yakinkan itu melalui firman-Nya ”wamaa  yakhda’uuna illa anfusahum wamaa yasy’uruun”, (padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedangkan mereka tidak menyadarinya). Dengan kata lain, mereka tidak mengelabui melalui perbuatannya yang demikian itu, tidak pula menipu, melainkan hanya diri mereka sendiri, sedangkan diri mereka tidak merasakan hal itu.
Al-Baqarah, ayat 10 :
فِى قُڶُوبِهِمْ مَّرَضٌ فَزَادَهُمُ ٱڶڶهُ مَرَضًا ۖ وَڶَهُمْ عَذَابٌ أَڶِيْمٌ بِمَا كَنُوْ يَكْذِبُوْنَ ۝
”Dalam hati mereka ada penyakit, lalu Allah menambah penyakitnya itu; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.”
Fii quluubihim maradlun”, para sahabat ada yang memaknai maradlun (penyakit) dengan syak (keraguan), ada juga yang memaknai riya’ (pamer), dan nifaq. Abdur Rahman ibnu Zain ibnu Aslam memaknainya penyakit dalam masalah agama, bukan penyakit pada tubuh. Mereka yang mempunyai penyakit ini adalah orang-orang munafik, dan penyakit tersebut berupa keraguan yang merasuki hati mereka terhadap Islam. Selanjutnya beliau memaknai ”fazaadahumullahu maradla” dengan makna bertambahnya kejahatan mereka disamping kejahatan yang telah ada dan bertambahnya kesesatan disamping kesesatan yang telah ada pada diri mereka.

Tanya Jawab :
1.    Pasca serangan 11 September 2001, di banyak orang Islam di Amerika yang menutupi keimanannya untuk menghindari teror dan perlakuan tidak manusiawi dari warga Amerika kebanyakan. Apakah hal ini diperbolehkan dalam Islam ?
Jawab :
Hal tersebut dinamakan taqiyyah, yaitu menyembunyikan keimanan padahal hatinya mukmin tulen, dilakukan karena terpaksa untuk menyelamatkan nyawanya. Menurut riwayat ada beberapa sahabat yang mengalami kejadian itu pada periode Mekah, salah satunya Amar ibnu Yasir. Amar dan kedua orang tuanya ditangkap dan disiksa kaum kafir Quraisy dan diberi pilihan untuk tetap hidup jika mengingkari agama Islam. Di hadapan Amar, kedua orang tuanya dibantai secara keji dan biadab, sehingga ketika tiba gilirannya Amar ibnu Yasir berpura-pura mengaku ingkar padahal hatinya tetap beriman. Setelah lepas dari cengkeraman kaum kafir, Amar langsung mendatangi Rasullullah Shallallahu ’alaihi wa Sallam sambil menangis, ”Wahai Rasulullah, silahkan saya dibunuh karena saya telah mengatakan ingkar terhadap agama yang hak di depan orang-orang kafir demi menyelamatkan nyawa saya”. Kemudian ia menceritakan apa yang dialaminya kepada Rasulullah. Lalu Rasulullah bertanya, ”Bagaimana hatimu?” Amar ibnu Yasir menjawab, ”Demi Allah, hati saya tetap beriman kepada Allah dan Rasul-Nya”, Rasulullah berkata, ”Kamu selamat”.

2.     Apakah benar bahwa cukup dengan mengucapkan kalimah “Laa ilaaha illallah” pada akhir hayatnya, seseorang dijamin masuk surga ?
Jawab :
Ketika periode Mekah, dimana belum ada kewajiban sholat, zakat dan lainnya, Rasulullah bersabda, “Barangsiapa mengucapkan laa ilaaha illallah maka akan masuk surga”, ketika itu sasaran utama dakwah adalah tauhid. Untuk zaman sekarang, tidak cukup hanya keimanan saja, tetapi harus direalisasikan dengan amal sholeh.
Tentang sabda Rasulullah Shallallahu ‘alahi wa Sallam, “Barangsiapa mengucapkan laa ilaaha illallah di akhir hayatnya, dia masuk surga” bisa dipahami dengan sabdanya yang lain, “Barang siapa mempunyai keimanan di dalam hatinya walau hanya seberat dzarrah, dia tidak akan kekal di neraka”, artinya dia tetap akan dihisab dan masuk neraka karena dosa-dosanya namun tidak kekal di neraka, pada saatnya dia akan masuk surga.


Dirangkum oleh : Sholihin untuk Bintang Raya
Semoga bermanfaat