Minggu, 18 Maret 2012

Q.S. Al-Mulk

بسم الله الرحمن الرحيم
 تبرك الذي بيده الملك ۖ وهو على كل شيء قدير. الذي خلق الموت والحيوة ليبلوكم  ايكم احسن عملا ۗ وهو العزيز الغفور. الذي خلق سبع سموت طباقا ۗ ما ترى في خلق الرحمن من تفوت ۗ فارجع البصر هل ترى من فطور. ثم ارجع البصر كرتين ينقلب اليك البصر خاسئا وهو حسير.

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang
“Maha Suci Allah yang di tangan-Nyalah (segala) kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
“Yang menjadikan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa, Maha Pengampun.”
“Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak akan melihat pada ciptaan Tuhan yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah sekali lagi, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?”
“Kemudian ulangi pandangan(mu) sekali lagi (dan) sekali lagi, niscaya pandanganmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan cacat dan ia (pandanganmu) dalam keadaan letih.”

Keistimewaan Surat Al-Mulk :
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
سُورَةٌ مِنَ الْقُرْآنِ ثَلاَثُونَ آيَةً تَشْفَعُ لِصَاحِبِهَا حَتَّى يُغْفَرَ لَهُ {تَبَارَكَ الَّذِى بِيَدِه الْمُلْكُ}. وفي رواية: فأخرجته من النار وأدخلته الجنة
Satu surat dalam al-Qur’an (yang terdiri dari) tiga puluh ayat (pada hari kiamat) akan memberi syafa’at (dengan izin Allah Ta’ala) bagi orang yang selalu membacanya (dengan merenungkan artinya) sehingga Allah mengampuni (dosa-dosa)nya, (yaitu surat al-Mulk): “Maha Suci Allah Yang di tangan-Nyalah segala kerajaan/kekuasaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu”. Dalam riwayat lain: “…sehingga dia dikeluarkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga”.
Hadits yang agung ini menunjukkan besarnya keutamaan membaca surat ini secara kontinyu, karena ini merupakan sebab untuk mendapatkan syafa’at dengan izin Allah Ta’ala.
Hadits ini semakna dengan hadits lain dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Satu surat dalam al-Qur’an yang hanya (terdiri dari) tiga puluh ayat akan membela orang yang selalu membacanya (di hadapan Allah Ta’ala) sehingga dia dimasukkan ke dalam surga, yaitu surat: “Maha Suci Allah Yang di tangan-Nyalah segala kerajaan/kekuasaan”.
Beberapa faidah penting yang terkandung dalam hadits ini:
·    Keutamaan dalam hadits ini diperuntukkan bagi orang yang selalu membaca surat al-Mulk dengan secara kontinyu disertai dengan merenungkan kandungannya dan menghayati artinya.
·    Surat ini termasuk surat-surat al-Qur’an yang biasa dibaca oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebelum tidur di malam hari, karena agungnya kandungan maknanya.
·    Sebagian dari ulama ahli tafsir menamakan surat ini dengan penjaga/pelindung dan penyelamat (dari azab kubur), akan tetapi penamaan ini disebutkan dalam hadits yang lemah.
·    Al-Qur’an akan memberikan syafa’at (dengan izin Allah) bagi orang yang membacanya (dengan menghayati artinya) dan mengamalkan isinya, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,Bacalah al-Qur’an, karena sesungguhnya bacaan al-Qur’an itu akan datang pada hari kiamat untuk memberi syafa’at bagi orang-orang yang membacanya (sewaktu di dunia)”.
وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين،وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين

Sumber : Muslim.or.id
Ditulis kembali oleh
Sholihin untuk Bintang Raya
Semoga bermanfaat

Jumat, 16 Maret 2012

Ibanatul Ahkam, 13 Maret 2012

Ibanatul Ahkam Syarah Bulughul Maram
Bab : Etika Buang Hajat
Pemateri : K.H. Aep Saefudin S.Ag
Hadits ke-82 :
وَعَنْ جَابِرٍ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم ( إِذَا تَغَوَّطَ اَلرَّجُلَانِ فَلْيَتَوَارَ كُلُّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا عَنْ صَاحِبِهِ وَلَا يَتَحَدَّثَا. فَإِنَّ اَللَّهَ يَمْقُتُ عَلَى ذَلِكَ )  رَوَاهُ . وَصَحَّحَهُ اِبْنُ اَلسَّكَنِ وَابْنُ اَلْقَطَّانِ وَهُوَ مَعْلُول
Dari Jabir Radliyallaahu 'anhu berkata, Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda : “Apabila dua orang buang air besar maka hendaknya masing-masing bersembunyi dan tidak saling berbicara sebab Allah mengutuk perbuatan yang sedemikian.” Diriwayatkan oleh Ahmad, hadits shahih menurut Ibnus Sakan dan Ibnul Qathan. Hadits ini ma'lul.
Makna Hadits :
Islam adalah agama yang menganjurkan bersikap malu dan memelihara kehormatan (harga diri), malahan ia merupakan agama teladan bagi kehidupan bersosial. Islam melarang membuka aurat, memandang ke arahnya serta memperlihatkannya dengan cara membuang air besar secara bersama-sama. Islam pun melarang bercakap-cakap ketika sedang membuang air besar. Semua itu dilarang untuk menghindarkan manusia dari menyerupai perbuatan hewan. Allah Subhaanahu wa Ta’aala amat murka apabila ada orang yang melakukan perbuatan seperti itu.
Fiqih Hadits :
1.      Wajib menutup aurat.
2. Makruh bercakap-cakap ketika membuang hajat, sebab hal itu menyebabkan kemurkaan Allah. Oleh itu, Nabi Shallallaahu ’Alaihi wa Sallam tidak mau menjawab salam, meskipun menjawab salam hukumnya wajib, ketika ada seorang lelaki lewat dan mengucapkan salam, karena beliau sedang membuang air kecil. Murka Allah yang dikaitkan dengan perbuatan tersebut menunjukkan peringatan syariat terhadap perbuatan itu amat dahsyat.

Hadits ke-83 :
وَعَنْ أَبِي قَتَادَةَ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم ( لَا يُمْسِكَنَّ أَحَدُكُمْ ذَكَرَهُ بِيَمِينِهِ وَهُوَ يَبُولُ وَلَا يَتَمَسَّحْ مِنْ اَلْخَلَاءِ بِيَمِينِهِ وَلَا يَتَنَفَّسْ فِي اَلْإِنَاءِ )  مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ وَاللَّفْظُ لِمُسْلِم
Dari Abu Qotadah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: “Janganlah sekali-kali seseorang di antara kamu menyentuh kemaluannya dengan tangan kanan ketika sedang kencing, janganlah membersihkan bekas kotorannya dengan tangan kanan dan jangan pula bernafas dalam tempat air (ketika minum).” Muttafaq Alaihi dan lafadznya menurut riwayat Muslim.
Makna Hadits :
Rasulullah Shallallaahu ’Alaihi wa Sallam memberi petunjuk kepada para sahabat dan mengajarkan akhlak dalam agama dengan melarang mereka memegang kemaluan dengan tangan kanan dan menggunakan tangan kanan ketika membersihkan kotoran. Ini karena tangan kanan adalah tangan yang dimuliakan, oleh karena itu harus dijauhkan dari tempat-tempat najis. Tangan kanan hanya digunakan untuk perbuatan yang terhormat seperti makan dan minum serta lain-lain. Rasulullah Shallallaahu ’Alaihi wa Sallam melarang pula bernafas di dalam bejana/gelas, kerana perbuatan ini adalah perbuatan hewan di samping air dikhawatirkan tercemar oleh bau yang keluar daripada perut melalui mulut, sedangkan air merupakan benda cair yang warnanya mengikuti warna wadahnya. Akibat perbuatannya bernafas di bejana itu maka orang lain enggan meminumnya dan menganggapnya sebagai menjijikkan. Hadits ini secara garis besar menerangkan tentang sebagian akhlak yang dianjurkan oleh agama Islam.
Fiqih Hadits :
1.      Etika membersihkan diri setelah membuang air dan etika ketika minum.
2.      Menjaga kebersihan.
3.      Keutamaan tangan kanan dan menghindarkannya dari memegang sesuatu yang mengandung najis. Ini karena ada saat seseorang teringat kepada najis yang pernah diusapnya ketika dia sedang mengambil makanan dengan tangan kanannya, hingga membuatnya akan merasa jijik dengan tangan kanannya itu.
4.      Ketika sedang minum, seseorang dianjurkan bernafas sebanyak tiga kali di luar bejana/gelas. Jika minum air dengan sekali nafas (sekali teguk), ada kemungkinan dia diserang penyakit hati (lever), sebagaimana telah dijelaskan oleh hadits berikut :
الكبد من العب
“Penyakit hati disebabkan terlampau kerap meneguk minum sekali teguk.”

Tanya Jawab :
Bagaimana dengan orang yang kidal terhadap penerapan hadits ini?
Jawab :
Syariat yang terkandung di dalam hadits ini pasti tidak memberatkan manusia dan bisa dilaksanakan oleh siapa saja, termasuk orang kidal. Bahkan justru bermanfaat bagi manusia itu sendiri. Walaupun kidal, tetap harus dipisahkan dan dibiasakan bahwa untuk urusan makan dan minum harus menggunakan tangan kanan, sedangkan untuk cebok harus harus dengan tangan kiri. Sedangkan untuk aktifitas lainnya seperti menulis, mengangkat barang, dan sebagainya boleh dengan tangan kiri atau kanan. Kebiasaan manusia itu tergantung dari awalnya, dari sejak kecilnya. Kecenderungan menggunakan tangan kanan atau kiri bisa diarahkan sejak kecil. Oleh karena itu untuk para orang tua harus hati-hati mendidik anaknya sesuai syariat. Apalagi tentang oerientasi seksual, benar-benar harus diarahkan, jangan sampai menyalahkan keadaan atau dianggap sudah pembawaan. Penyimpangan orientasi seksual benar-benar disebabkan karena anak kurang mendapatkan perhatian dan kurangnya pendidikan agama.


Dirangkum oleh :
Sholihin untuk Bintang Raya
Semoga bermanfaat

Kamis, 15 Maret 2012

Tafsir Q.S. Al-Baqarah 30

Kajian Tafsir Ibnu Katsir, 13 Maret 2012
Pemateri : K.H. Aep Saefudin SAG
 Al-Baqarah  ayat 30 :
وإذ قال ربك للملئكة اني جاعل فى الارض خليفة ۗ قالوأتجعل فيهامن يفسد فيهاويسفك الدمآء ۚ ونحن نسبح بحمدك ونقدس لك ۗ قال اني أعلم ما لاتعلمون.۝
"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata, “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau?” Tuhan berfirman, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kalian ketahui.”"

Allah Subhaanahu wa Ta’aala menceritakan perihal anugerah-Nya kepada bani Adam, yaitu sebagai makhluk yang mulia. Mereka disebutkan di kalangan makhluk yang tertinggi –yaitu para malaikat- seselum mereka diciptakan. Untuk itu Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman :
وإذ قال ربك للملئكة
"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat," (Q.S. Al-Baqarah : 30)
Makna yang dimaksud ialah "Hai Muhammad, ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, dan ceritakanlah hal ini kepada kaummu"
اني جاعل فى الارض خليفة ۗ
“Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi” (Q.S. Al-Baqarah : 30)
Yakni suatu kaum yang sebagiannya menggantikan sebagian yang lain silih berganti, abad demi abad, dan generasi demi generasi, sebagaimana pengertian yang terkandung di dalam firman-Nya :
وهو الذي جعلكم خلئف الارض
“Dan Dialah yang menjadikan kalian penguasa-penguasa di bumi.” (Q.S. Al-An’am : 165)
ويجعلكم خلفآء الارض
“dan yang menjadikan kalian (manusia) sebagai khalifah-khalifah di bumi.” (Q.S. An-Naml : 62)
فخلف من بعدهم خلف
“Maka datanglah sesudah mereka generasi yang lain.” (Al-A’raf : 169)
Menurut qira’ah yang syaz dibaca innii jaa’ilun fil ardli khaliifah (Sesungguhnya Aku hendak menjadikan khalifah-khalifah di muka bumi). Demikian diriwayatkan oleh Zamakhsyari dan lain-lainnya.
Al-Qurtubi menukil dari Zaid Ibnu Ali, yang dimaksud dengan khalifah dalam ayat ini bukan hanya Nabi Adam ‘alaihis salam saja seperti yang dikatakan oleh sejumlah ahli tafsir. Al-Qurtubi menisbatkan pendapat ini kepada Ibnu Abbas, Ibnu Mas’ud, dan semua ahli takwil. Akan tetapi apa yang dikatakan oleh Al-Qurtubi ini masih perlu dipertimbangkan. Bahkan perselisihan dalam masalah ini masih banyak, menurut riwayat Ar-Razi dalam kitab tafsirnya, juga oleh yang lainnya.

أتجعل فيهامن يفسد فيهاويسفك الدمآء
"Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah ? " (Q.S. Al-Baqarah : 30)
Ucapan para malaikat ini bukan dimaksudkan menentang atau memprotes Allah, bukan pula karena dorongan dengki terhadap manusia, sebagaimana yang diduga oleh sebagian ulama tafsir. Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala menyifati para malaikat, mereka tidak pernah mendahului firman Allah, yakni tidak pernah menanyakan sesuatu kepada-Nya yang tidak diizinkan bagi mereka mengemukakannya.
Dalam ayat ini, ketika Allah Subhaanahu wa Ta’aala memberitahukan kepada mereka bahwa Dia akan menciptakan di bumi suatu makhluk, menurut Qatadah, para malaikat telah mengetahui sebelumnya bahwa makhluk-makhluk tersebut gemar menimbulkan kerusakan padanya (di bumi), maka mereka mengatakan :
"Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah ? " (Q.S. Al-Baqarah : 30)
Sesungguhnya kalimat itu merupakan pertanyaan meminta informasi dan pengetahuan tentang hikmah yang terkandung di dalam penciptaan itu. Mereka mengatakan, “Wahai Tuhan kami, apakah hikmah yang terkandung dalam penciptaan mereka, padahal diantara mereka ada orang-orang yang suka membuat kerusakan di muka bumi dan mengalirkan darah? Jikalau yang dimaksudkan agar Engkau disembah, maka kami selalu bertasbih memuji dan menyucikan Engkau,” yakni kami selalu beribadah kepad-Mu, sebagaimana yang akan disebutkan nanti. Dengan kata lain seakan-akan para malaikat mengatakan), “Kami tidak pernah melakukan sesuatupun dari hal itu (kerusakan dan mengalirkan darah), maka mengapa Engkau tidak cukup hanya dengan kami para malaikat saja?
Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman menjawab pertanyaan tersebut :
اني أعلم ما لاتعلمون.
"Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kalian ketahui." (Q.S. Al-Baqarah : 30)
Dengan kata lain, seakan-akan Allah bermaksud bahwa sesungguhnya Aku mengetahui hal-hal yang tidak kalian ketahui menyangkut kemaslahatan yang jauh lebih kuat dalam penciptaan jenis makhluk ini daripada kerusakan-kerusakan yang kalian sebut itu. Karena sesungguhnya Aku akan menjadikan dari kalangan mereka nabi-nabi dan rasul-rasul, diantara mereka ada para shiddiqin, para syuhada, orang-orang saleh, ahli ibadah, ahli zuhud, para wali, orang-orang bertaqwa, para muqarrabin, para ulama yang mengamalkan ilmunya, orang-orang yang khusyu’ dan orang-orang yang cinta kepada Allah Subhaanahu wa Ta’aala dan mengikuti jejak rasul-rasul-Nya.

Al-Qurtubi dan lain-lainnya menyimpulkan dalil ayat ini, wajib mengangkat seorang khalifah untuk memutuskan perkara yang diperselisihkan diantara manusia, memutuskan persengketaan mereka, menolong orang-orang yang teraniaya dari perlakuan sewenang-wenang orang-orang yang dzlim dari kalangan mereka, menegakkan hukuman-hukuman had, dan memperingatkan mereka dari perbuatan-perbuatan keji serta hal-hal lainnya yang penting dan tidak dapat ditegakkan kecuali dengan adanya seorang imam, mengingat suatu hal yang merupakan kesempurnaan bagi perkara yang wajib hukumnya wajib pula.
Pengangkatan imam dapat dilakukan melalui nash seperti yang dikatakan oleh golongan ahli sunnah sehubungan dengan pengangkata sahabat Abu Bakar Radliyallaahu ‘Anhu. Atau dengan penunjukan seperti yang dikatakan oleh golongan lain dari ahlus sunnah. Atau dengan pengangkatan oleh khalifah yang mendahuluinya, seperti yang telah dilakukan oleh sahabat Abu Bakar Ash-Shiddiq terhadap sahabat Umar Ibnu Khattab. Atau pengangkatannya diserahkan kepada permusyawaratan sejumlah orang-orang yang shaleh, seperti yang pernah dilakukan oleh khalifah Umar. Atau dengan kesepakatan ahlul hilli wal aqdi yang sepakat mem-bai’at-nya. - - -

Apakah wajib mempersaksikan pengangkatan imam? Hal ini masih diperselisihkan. Diantara ulama ada yang mengatakan tidak disyaratkan adanya kesaksian, sedangkan pendapat yang lainnya mengatakan kesaksian merupakan syarat pengangkatan. Hal ini cukup dilakukan dengan dua orang saksi. Al-Jiba’i mengatakan bahwa saksi harus dilakukan oleh empat orang selain dari orang yang mengangkat dan orang yang diangkatnya, seperti yang pernah dilakukan oleh Khalifah Umar radliyallaahu ‘anhu. Dia menyerahkan pengangkatan khalifah kepada permusyawaratan diantara enam orang. Yang terpilih menjadi pengangkat ialah sahabat Abdur-Rahman bin Auf, yang diangkatnya ialah sahabat Utsman, sedangkan hukum wajib saksi empat orang disimpulkan dari empat orang sisanya. Akan tetapi pendapat ini masih perlu dipertimbangkan.
Seorang khalifah harus laki-laki, merdeka, baligh, berakal, muslim, adil, mujtahid, dapat melihat, semua anggota tubuhnya sehat, berpengalaman dalam masalah pertempuran dan siasat pertempuran, dan memiliki pendapat, dan dari kalangan Quraisy menurut pendapat yang shahih. Dalam hal ini tidak disyaratkan harus seorang Hasyimi, tidak pula orang yang ma’sum (terpelihara dari dosa dan kekeliruan), berbeda halnya dengan pendapat kaum militan dari golongan Rafidah.
Apabila saeorang imam berbuat fasik, apakah ia harus dipecat atau tidak? Masalah ini masih diperselisihkan. Tetapi menurut pendapat yang shahih, ia tidak dipecat karena berdasarkan sabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam yang mengatakan :
Terkecuali jika kalian melihat kekufuran yang terang-terangan (dilakukannya) terhadap Allah diantara kalian, sedangkan hal itu ada buktinya.” - - -

Tanya Jawab :
1.   Mengenai pemimpin-pemimpin di negara kita, setelah melihat realitas yang terjadi akhirnya timbul kekecewaan-kekecewaan sehingga saya bertekad bahwa mulai sekarang tidak akan mengikuti pemilihan lagi (tidak akan mencoblos). Bagaimana hukumnya sikap saya tersebut mengingat pernah dikeluarkan fatwa MUI tentang mencoblos itu wajib?
Jawab :
Dalam hal ini sudah umum terjadi bahwa golongan yang tidak ikut memilih atau golput jumlahnya terus meningkat dari pemilu ke pemilu berikutnya. Hal ini wajar dan terjadi karena adanya kekecewaan yang timbul karena sikap, perilaku, dan tabiat dari pejabat atau pemimpin yang terpilih dari hasil pemilu ternyata berkhianat, tidak memperhatikan kepentingan rakyat tetapi hanya sibuk dengan kepentingan pribadi, golongan, dan partainya saja. Korupsi merajalela, kesenjangan hidup semakin nyata. Mengenai MUI yang ada saat ini tidak selalu merepresentasikan kepentingan umat Islam, sehingga fatwa yang dikeluarkan pun dianggap tidak mengikat kepada umat Islam. Pada saat mengeluarkan fatwa tentang kewajiban mencoblos, patut dikritisi bahwa fatwa tersebut terkontaminasi dan ditunggangi oleh kepentingan golongan tertentu, misalnya kepentingan penguasa. Dengan demikian tidak mengapa jika kita tidak mengikutinya dengan berbagai pertimbangan yang lebih maslahat.

---masih dalam proses penulisan---

Dirangkum oleh :
Sholihin untuk Bintang Raya
Semoga bermanfaat

Rabu, 14 Maret 2012

Benarkah 6.666 Ayat?

Tahukah anda berapa jumlah ayat Al-Qur’an dalam mushaf yang kebanyakan ada di kalangan umat Islam? Sejak SD, dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) kita diberitahu oleh guru kita bahwa jumlah ayat-ayat dalam Al-Qur’an ada 6.666 ayat. Kita hanya menerima dan tidak mencoba kritis, benarkah jumlahnya seperti itu?
Belum lama ini hal serupa juga dialami anak saya, saat mengulang pelajaran PAI di rumah terdapat pertanyaan tentang jumlah ayat Al-Qur’an. Secara sepontan anak saya menjawab 6.666 seperti yang tertera pada buku teks, kemudian saya ajak membuktikannya. Mulanya agak keberatan, kan susah dan lama menghitungnya, begitu alasannya. Kemudian saya meyakinkannya bahwa menghitung ayat Al-Qur’an dalam mushaf yang sehari-hari kita baca tidak sulit dan tidak lama.
Selanjutnya saya biarkan anak saya yang masih kelas 4 SD itu menuliskan sendiri jumlah ayat masing-masing surat dalam Al-Qur’an, mulai dari surat Al-fatihah (7 ayat), Al-Baqarah (286 ayat), Ali Imran (200 ayat), dan seterusnya sampai dengan Al-Ikhlash (4 ayat), Al-Falaq (5 ayat), dan terakhir An-Naas (6 ayat). Kemudian dia jumlahkan seluruh bilangan ayat yang ditulisnya, hasilnya 6.236 ayat.
Berikutnya, dalam kesempatan pengajian di masjid, saya utarakan hal ini dan saya tanyakan kepada penceramah. Dari tiga ustadz / kyai yang berbeda saya belum mendapat jawaban yang memuaskan.
Tidak lama kemudian saya membaca Terjemah Tafsir Ibnu Katsir Juz 1 versi e-book yang saya dapatkan dari internet (gratis). Di sana saya jumpai keterangan tentang jumlah ayat dalam Al-Qur’an sebagai berikut :

Ayat Al-Qur’an seluruhnya berjumlah 6.000 ayat, kemudian selebihnya masih diperselisihkan oleh beberapa ulama. Diantara mereka ada yang mengatakan tidak lebih dari 6.000 ayat, ada pula yang mengatakan lebih 204 ayat. Menurut pendapat yang lain lebih 214 ayat, pendapat yang lainnya lagi mengatakan lebihnya 219 ayat. Pendapat yang lain lagi lebihnya 225 atau 226 ayat. Ada pula yang mengatakan lebihnya 236 ayat. Semuanya itu diketengahkan oleh Abu Amr Ad-Dani di dalam kitab Al-Bayan.
Jumlah kalimat dalam Al-Qur’an menurut Al-Fadl Ibnu Syazan, dari Ata Ibnu Yasir, adalah 77.439 kalimat.
Jumlah semua huruf dalam Al-Qur’an menurut Abdullah Ibnu Katsir, dari Mujahid, adalah 321.180 huruf. Sedangkan menurut Al-Fadl Ibnu Ata Ibnu Yasir adalah 323.015 huruf.
Salam Abu Muhammad Al-Hammani mengatakan bahwa Al-Hajjaj pernah mengumpulkan semua ahli qurra, para huffaz, dan penulis khat Al-Qur’an, lalu ia bertanya, ”Ceritakanlah kepadaku tentang seluruh Al-Qur’an, berapakah jumlah hurufnya?” Al-Hammani melanjutkan kisahnya, ”Lalu kami menghitungnya, dan akhirnya mereka sepakat bahwa di dalam Al-Qur’an terdapat 340.740 huruf.” Kemudian Al-Hajjaj bertanya, “Ceritakan kepadaku tentang pertengahan Al-Qur’an!” Setelah kami hitung ternyata pertengahan Al-Qur’an jatuh pada huruf  fa dari firman-Nya dalam surah Al-Kahfi, yaitu :
.....وَلْيَتَلَطَّفْ.....
“.....dan hendaklah dia berlaku lemah lembut.....” (Q.S. Al-Kahfi : 19)

Demikianlah yang saya baca dan saya dapati bahwa ayat Al-Qur’an berjumlah 6.666 ayat sama sekali tidak ada rujukannya dari ulama atau mungkin belum saya jumpai rujukannya. Yang lebih cocok dan sesuai dengan jumlah ayat yang dihitung oleh anak saya terhadap mushaf Al-Qur’an yang kami miliki di rumah adalah salah satu pendapat ulama yang mengatakan bahwa jumlahnya adalah 6.000 ayat lebih 236 (jadi 6.236 ayat).
Kemudian tentang “…walyatalaththaf…” dalam surat Al-Kahfi ayat 19, biasanya di dalam mushaf ditulis dengan huruf tebal kadang-kadang ada yang memakai tinta berwarna merah, adalah pertengahan huruf dalam Al-Qur’an. Bukan karena ditulis dengan darah syuhada yang gugur di medan perang, sebagaimana pernah saya dengar dari seorang teman, hal itu cerita tidak berdasar, tidak ada rujukannya. Wallaahu ‘a-lam


Sholihin untuk Bintang Raya
Semoga bermanfaat

Selasa, 13 Maret 2012

Khutbah Jum'ah 9 Maret 2012

Perintah dan Larangan Dalam Q.S. An-Nahl : 90
Ustadz Drs. H. Usep Lukmanul Hakim
Khotbah pertama
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًاعَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لانَبِيَّ بَعْدَهُ. أللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلَّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى أٰلِهِ وَأصْحٰبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ ٳلٰى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.
 ٲمّابَعْد. فَيَأيَّهَاالحَضِرُوْن ٲُوْصِيْكُمُ وَإِيّايَ بِتَقْوالله وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْن. فَقَدْ قَالَ الله َتَعَالَى فِى القرْأنِ العَظِيْم، اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجيْمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. صَدق الله العظيم.

Hadirin sidang jum’ah yang dimuliakan Allah Subhaanahu wa Ta’ala,
Marilah kita mempresentasikan segenap kemampuan kita untuk bertafakkur dan bertasyakkur kepada Allah Subhaanahu wa Ta’ala, pada saat ini kita sedang melaksanakan salah satu panggilan Allah, yaitu ibadah jum’ah. Harapan kita semoga nilai keimanan yang menghujam di hati kita dan nilai tauhid yang terpatri di dada kita, menjadi landasan kita dalam segala amaliah kita sehingga amal ibadah kita diterima Allah Subhaanahu wa Ta’ala. Mudah-mudahan segala pengorbanan kita merupakan wujud dari ketaatan sebagai hamba Allah dan rasa syukur kepada Allah Subhaanahu wa Ta’ala. Karena itu patutlah kita mengucapkan syukur alhamdulillah bahwasannya kita sedang dan akan selalu melaksanakan apa yang Allah perintahkan.
Shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, kepada keluarganya, para sahabatnya, tabi’in, tabi’it-tabi’in, sampai kepada kita selaku umatnya.

Hadirin rahimakumullah,
Selaku khatib saya berwasiat, khususnya bagi diri khatib umumnya bagi para jama’ah rahimakumullah, marilah kita mengevaluasi diri, menata kembali nilai-nilai ketaqwaaan kita. Oleh karena sebaik-baik bekal adalah taqwa. Firman Allah Subhaanahu wa Ta’aala :
وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى
“Dan berbekallah, karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa dan bertaqwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.” (QS. al-Baqarah:197)
Nabi Shallallahu ’Alaihi wa Sallam bersabda : ”Bertaqwalah kepada Allah di mana saja kamu berada.” Oleh karena itu marilah kita sama-sama meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah Subhaanahu wa Ta’aala.

Hadirin rahimakumullah,
Dalam tafsir Ibnu Abbas, ada satu ayat yang singkat tetapi dikatakan mengandung makna yang luar biasa. Ibnu Abbas seorang mufassir yang masyhur kita kenal, begitu tercengang mendengar Rasulullah menyampaikan satu ayat Q.S. An-Nahl ayat 90. Ibnu Abbas tercengang dan terkagum-kagum, bahwa satu ayat  ini mengandung suatu konsekuensi yang menjamin keharmonisan dalam tatanan kehidupan jika diamalkan. Satu ayat yang sering kita dengar ketika khutbah, saat khatib hendak mengakhiri khutbahnya. Walaupun sering kita dengar, namun seberapa jauh kita memahami ayat ini, marilah dalam kesempatan khutbah ini kita sama-sama mendalami ayat ini.
إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ.
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang (melakukan) perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.” (Q.S. An-Nahl : 90)

Hadirin rahimakumullah,

Di akhir ayat yang singkat tersebut Allah berfirman, “agar kamu dapat mengambil pelajaran.” Dia memberi pengajaran kepada kita, pelajaran apa sajakah yang Allah berikan kepada manusia melalui ayat ini?
Pertama, Allah menyuruh kita untuk berlaku adil. Keadilan merupakan kunci utama agar tatanan kehidupan manusia berjalan selaras, seimbang dan tidak berat sebelah. Sebaliknya, jika keadilan tidak ditegakkan maka rusaklah tatanan kehidupan manusia. Dari mulai pemimpin negara sampai pemimpin rumah tangga harus berlaku adil. Namun, saat ini kenyataan di negara kita, keadilan harus diperjuangkan dengan gigih apabila ingin mendapatkannya, terutama bagi rakyat kecil, kadilan merupakan barang langka. Jika berhadapan dengan orang kecil hukum begitu tegas dan perkasa, namun ketika berhadapan dengan pejabat, orang kaya, berpangkat, hukum tiba-tiba memble dan bisa dimanipulasi. Inilah ketidakadilan, inilah suatu bentuk pengingkaran terhadap perintah Allah yang menyuruh kita berlaku adil. Jika keadilan tidak ditegakkan, akibatnya sudah barang tentu sesuai dengan ketentuan Allah dan sudah kita lihat kenyatannya dalam kehidupan kita, tatanan kehidupan menjadi kacau, banyak kerusuhan, kesenjangan antara kaya dan miskin semakin lebar, jauh dari ketentraman, tidak aman, timbul kekecewaan-kekecewaan dan pemberontakan.
 ---masih dalam proses penulisan---

 
Dirangkum oleh :
Sholihin untuk Bintang Raya
Semoga bermanfaat

Jumat, 09 Maret 2012

Balasan Terhadap Perbuatan Riya

Hadits ke-6 dalam Arba'unal Qudsiyah
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, diceritakan : Orang-orang berkelompok-kelompok, Natil penduduk Syam berkata padanya : "Wahai Tuan, ceritakanlah kepadaku sebuah hadits yang engkau dengar dari Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam !". Ia berkata : "Ya, saya mendengar Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : "Sesungguhnya orang yang paling pertama diadili pada hari qiyamat adalah seseorang yang mati syahid, ia didatangkan dan disebutkan nikmat­-nikmat yang diberikan kepadanya, lalu ia mengakuinya. Dia berfirman : "Apakah yang kamu amalkan di dunia ?". Ia menjawab : "Saya berperang untuk-Mu sampai mati syahid". Dia berfirman : "Kamu berdusta, tetapi kamu berperang agar dikatakan sebagai pemberani dan itu telah dikatakan". Kemudian diperintahkan agar ia diseret di atas wajahnya sehingga sampai di neraka dan ia dilemparkan kedalamnya. Seorang yang memperlajari ilmu, mengajarkannya dan membaca Al Qur'an di­datangkan. Nikmat-nikmatnya ditanyakan dan ia mengakuinya. Dia berfirman : "Apakah yang kamu kerjakan di dunia ?". Ia menjawab : "Saya mempelajari Ilmu, mengajarkannya, dan saya membaca Qur'an karena-Mu". Dia berfirman : "Kamu berdusta, karena kamu mempelajari Ilmu agar dikatakan pandai dan kamu membaca Al Qur'an agar dikatakan sebagai qari', dan itu semua telah diucapkan". Kemudian diperintahkan, lalu wajahnya ditarik sampai dicampakkan kedalam neraka. Dan seorang yang diberi kelapangan oleh Allah dan diberi berbagai macam seluruh harta didatangkan dan ditanyakan nikmat-nikmatnya lalu ia mengakuinya. Dia berfirman : "Apakah yang kamu kerjakan di dunia ?". Ia menjawab : "Saya tidak meninggalkan jalan yang mana engkau senang untuk di infakkannya (harta) melainkan saya menginfakkannya karena-Mu". Dia berfirman : "Kamu berdusta, tetapi kamu kerjakan agar dikatakan sebagai dermawan, dan itu telah dikatakan". Kemudian diperintahkan, lalu ditarik wajahnya kemudian dilemparkan kedalam neraka". (Hadits ditakhrij oleh Muslim, demikian pula oleh At-Tirmidzi dan An-Nasa’i)


Ditulis kembali oleh

Sholihin untuk Bintang Raya
Semoga bermanfaat
 

Kamis, 08 Maret 2012

Ibanatul Ahkam, 6 Maret 2012

Ibanatul Ahkam Syarah Bulughul Maram
Bab : Etika Buang Hajat
Pemateri : K.H. Aep Saefudin S.Ag
Hadits ke-81 :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم: اِتَّقُوا اَلللاعِنِينَ اَلَّذِي يَتَخَلَّى فِي طَرِيقِ اَلنَّاسِ أَوْ فِي ظِلِّهِمْ. رَوَاهُ مُسْلِم 
زَادَ أَبُو دَاوُدَ عَنْ مُعَاذٍ. "وَالْمَوَارِدَ". ولفظه: اِتَّقُوا اَلمَلاعِنَ اَلثلاثه: البراز فى الموارد، وقارعة الطَرِيقِ، والظل
وَلأحْمَدَ; عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ: "أَوْ نَقْعِ مَاءٍ"  وَفِيهِمَا ضَعْف
وأَخْرَجَ اَلطَّبَرَانِيُّ اَلنَّهْيَ عَن ْ تَحْتِ اَلْأَشْجَارِ اَلْمُثْمِرَةِ، وَضَفَّةِ اَلنَّهْرِ الْجَارِي. مِنْ حَدِيثِ اِبْنِ عُمَرَ بِسَنَدٍ ضَعِيف
Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu berkata : Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: “Peliharalahlah dirimu dari dua perbuatan yang mendatangkan laknat yaitu buang hajat di jalan manusia atau di tempat orang berteduh.” (Diriwayatkan oleh Imam Muslim)
Abu Dawud menambahkan dari Muadz : “Dan tempat-tempat sumber air.” Lafadznya ialah: “Peliharalah dirimu dari tiga perbuatan yang mendatangkan laknat yaitu buang air besar di tempat-tempat sumber air, di tengah jalan raya dan di tempat perteduhan.”
Menurut riwayat Imam Ahmad dari Ibnu Abbas : “Atau di tempat menggenangnya air.” Dalam kedua riwayat tersebut ada kelemahan.
Imam Thabrani mengeluarkan sebuah hadits yang melarang buang air besar di bawah pohon berbuah dan di tepi sungai yang mengalir. Dari hadits Ibnu Umar dengan sanad yang lemah.
Makna Hadits :
Syariat Islam sangat memperhatikan soal kemuliaan manusia supaya mereka tidak seperti binatang, karena manusia adalah semulia-mulia makhluk. Oleh itu, syariat Islam tidak membiarkan seseorang membuang hajat di dalam air yang mengalir. Air yang mengalir ini ada kalanya diperlukan untuk dijadikan sebagai air minum. Selain itu, perbuatan serupa itu bisa menimbulkan penyakit. Manusia dilarang pula membuang hajat di tempat berteduh orang-orang atau di tempat jatuhnya buah-buahan yang dapat dimakan. Syariat Islam mengingatkan supaya tidak melakukan perbuatan yang dapat mendatangkan laknat sehingga seseorang itu jauh dari rahmat Allah Subhaanahu wa Ta’aala.
Analisis Lafadz :
"إتّقُوا"  : berasal dari lafaz al-wiqayah yang artinya memelihara diri.
 "اللاعنين" : dua perkara yang bisa mendatangkan laknat, dalam arti dijauhkan dari rahmat Allah.
 "يتخلى في طرق الناس" : buang air besar di jalan yang biasa dilalui banyak orang, karena bau najis tersebut mengganggu mereka dan membuat mereka merasa jijik.
"ظِلّهِم" : yang dimaksud dengan al-dzhill ialah tempat berteduh banyak orang untuk beristirahat. "البراز" : makna asalnya ialah tempat yang luas, kemudian dipinjamkan untuk menunjukkan makna buang air besar, karena seseorang membuang hajat biasanya di tempat yang jauh dari keramaian.
 "الموارد" : bentuk jamak dari lafaz al-mawrid yang artinya tempat yang didatangi manusia untuk mengambil air, baik mata air ataupun sungai.
 "قارعة الطرق" : jalan lebar yang biasa dilalui orang.
 "نقع ماء" : tempat terkumpulnya air atau tempat air tergenang.
 "فيهما ضعف" : maksudnya di dalam riwayat yang dikemukakan Abu Dawud dan Imam Ahmad mengandungi unsur dha’if. Abu Dawud sesudah menyebut hadits ini berkata: “Hadits ini mursal. karena hadits ini berasal dari riwayat Abu Sa’id al-Himyari dan dia tidak berjumpa dengan Mu’adz. Oleh karena itu ia berstatus sebagai munqathi’. Ibn Majah turut menyebut hadits yang serupa melalui jalur yang serupa pula.
Hadits Imam Ahmad dinilai dha’if karena di dalam sanadnya terdapat Ibnu Lahi’ah, sedangkan dia melalui Ibnu Abbas masih belum dikenali.
 "الأشجار المثمرة" : pohon yang berbuah dan buahnya dimakan oleh manusia.
 "ضفة النهر" : tepi sungai.
 "بسند ضعيف" : dengan sanad yang dha’if, karena di dalam sanadnya terdapat Furat ibn al-Sa’ib, seorang matruk.

Fiqih Hadits :
1.  Dilarang membuang hajat di tengah jalan yang biasa dilalui banyak orang dan tempat berteduh karena perbuatan tersebut membuat kaum muslimin terganggu oleh najis, kotoran dan baunya ketika mereka lewat dan duduk-duduk di kawasan itu.
2.  Dilarang membuang hajat besar di tempat mata air dan sungai. Begitu pula di tempat air berkumpul, seperti danau dan telaga.
3.  Dilarang membuang hajat di bawah pohon yang berbuah.
4.  Islam amat memperhatikan soal kebersihan, disiplin dan memelihara tempat umum.
Renungan :
Syariat Islam yang dibawa Nabi Muhammad Shallallahu ’Alaihi wa Sallam begitu mulia, sempurna dan lengkap. Semuanya dicontohkan oleh Nabi, baik melalui sabdanya maupun melalui perbuatannya. Bahkan kalangan kaum orientalis non muslim juga mengakui bahwa tidak ada pemimpin yang seperti Muhammad, yang seluruh aspek perbuatannya dicatat dan dicontoh oleh umatnya. Dalam hal kebersihan, sudah sejak ribuan tahun yang lalu dicontohkan oleh Nabi. Namun kalau kita tafakkuri, realitasnya sekarang di negara kita yang mayoritas Muslim tetapi aspek kebersihan dan ketertibannya jauh tertinggal dengan negara non muslim seperti Singapura. Hal ini karena kita umat Islam tidak melaksanakan keislaman secara menyeluruh, tidak mencontoh dan melaksanakan apa yang diajarkan Rasulullah, justru non muslim yang mempraktekannya. Lihatlah sungai-sungai disekitar kita, Citarum misalnya, dari limbah rumah tangga, kotoran manusia sampai limbah pabrik masuk ke dalamnya. Dan terbukti sebagaimana hadits Nabi tersebut di atas, hal tersebut mendatangkan laknat. Sekarang kita merasakan apa akibat dari tercemarnya sungai-sungai, jangan-jangan hal itu merupakan bagian dari laknat Allah, na’udzubillahi min dzalik. Oleh karena itu sebagai seorang Muslim, marilah kita laksanakan ajaran Islam secara menyeluruh, termasuk dengan hal-hal kecil seperti etika buang hajat dan juga keharusan memelihara sumber air dan sungai.

 -
Dirangkum oleh :
Sholihin untuk Bintang Raya
Semoga bermanfaat

Rabu, 07 Maret 2012

Tafsir Q.S. Al-Baqarah 29

Kajian Tafsir Ibnu Katsir, 6 Maret 2012
Pemateri : K.H. Aep Saefudin SAG
 Al-Baqarah  ayat 29 :
هوالذي خلق لكم ما فى الارض جميعا ثم الستوى الى السمآء فسوهن سبع سموت ۗ وهو بكل شيئ عليم۝
"Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kalian kemudian Dia berkehandak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu."
Setelah Allah Subhaanahu wa Ta’aala menyebutkan bukti keberadaan dan kekuasaan-Nya kepada makhluk-Nya melalui apa yang mereka saksikan sendiri pada diri mereka, lalu Dia menyebutkan bukti lain melalui apa yang mereka saksikan, yaitu penciptaan langit dan bumi.
Istawaa ilas samaa (berkehendak atau bertujuan ke langit), makna lafadz ini mengandung pengertian kedua lafadz tersebut, yakni berkehendak atau bertujuan, karena ia di-muta’addi-kan dengan memakai huruf ilaa. Fasawwaahunna sab’a samaawaat (lalu Dia menciptakan tujuh langit), lafadz as-samaa dalam ayat ini merupakan isim jinis, karena itu disebutkan sab’a samaawaat. Wahuwa bikulli syai-in ‘aliim (Dia Maha Mengetahui segala sesuatu), yakni pengetahuan-Nya meliputi semua makhluk yang telah Dia ciptakan. Pengertiannya sama dengan ayat lain, yaitu firman-Nya :
الايعلم من خلق (الملك:١٤)
"Apakah ِAllah yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kalian nampakkan dan yang kalian rahasiakan?)   .” (Q.S. Al-Mulk : 14)

Rincian makna Q.S. Al-Baqarah ayat 29 ini diterangkan di dalam surat haamiim sajdah yaitu melalui firman-Nya : 
Katakanlah: “Sesungguhnya patutkah kalian kafir kepada yang menciptakan bumi dalam dua masa dan kalian adakan sekutu-sekutu bagi-Nya? (Yang bersifat) demikian itulah Tuhan semesta alam”. Dan dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya dan dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya. Kemudian dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu dia Berkata kepadanya dan kepada bumi: “Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa?”. Keduanya menjawab: “Kami datang dengan suka hati”. Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. (Q.S. Fushshilat : 9-12)
Di dalam ayat ini terkandung dalil yang menunjukkan bahwa Allah Subhaanahu wa Ta’ala memulai ciptaan-Nya dengan menciptakan bumi, kemudian menciptakan tujuh langit. Memang demikianlah cara membangun sesuatu, yaitu dimulai dari bagian bawah, setelah itu baru bagian atasnya. Para ulama tafsir menjelaskan hal ini, keterangannya akan dikemukakan sesudah ini, insya Allah.

Adapun mengenai firman-Nya :
“Apakah kalian yang lebih sulit penciptaannya ataukah langit? Allah Telah membinanya, Dia meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya, Dan dia menjadikan malamnya gelap gulita, dan menjadikan siangnya terang benderang. Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya. Ia memancarkan daripadanya mata airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya. Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh, (semua itu) untuk kesenangan kalian dan untuk binatang-binatang ternak kalian.” (Q.S. An-Naazi’aat : 27-33)
Maka sesungguhnya huruf tsumma dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 29 ini hanya untuk menunjukkan makna ‘ataf khabar kepada khabar, bukan ‘ataf fi’il kepada fi’il yang lain.
Menurut suatu pendapat, ad-dahaa (penghamparan) bumi dilakukan sesudah penciptaan langit dan bumi. Demikianlah menurut riwayat Ali Ibnu Thalhah, dari Ibnu Abbas.
 
- - -

Tanya Jawab :
1. Tentang tujuh langit yang disebutkan dalam Al-Qur’an, ada yang berpendapat hal itu identik dengan 7 lapis atmosfir bumi, bagaimana halnya dengan yang dijelaskan ulama tafsir ?
Jawab :
Di dalam Al-Qur’an terdapat kalimat as-samaaud dun-ya artinya langit yang dekat (langit dunia) yang dihiasi dengan bulan, planet dan bintang-bintang. Boleh jadi penemuan para ilmuwan tentang adanya 7 lapis atmosfir adalah sesuai yang dimaksud Al-Qur’an tentang as-samaaud dun-ya. Namun dalam ayat yang kita bahas saat ini pengertian langit yang dimaksud adalah bagian dari alam semesta ciptaan Allah, lafadz as-samaa dalam ayat ini merupakan isim jinis, yang belum dapat dijangkau oleh manusia seperti apakah langit itu? Dalam ayat yang lain, tujuh langit itu disebutkan mempunyai pintu-pintu, tentu yang dimaksud bukan atmosfir bumi. Seperti apakah dan dimanakah pintu-pintu langit, Allahlah yang Maha Tahu. Dalam bahasa arab, lafadz as-samaa’ biasa dipakai untuk menunjukkan ”diatas”. Misalnya ”menengadahkan wajahnya ke langit” maksudnya menengadahkan wajahnya memandang ke atas”, juga ”berdoa sambil mengangkat tangannya ke langit” artinya berdoa sambil menadahkan tangan ke atas.
2. Hadits tentang penciptaan bumi di hari Sabtu, gunung-gunung pada hari Ahad, pepohonan pada hari senin, dan seterusnya, tadi disebutkan bahwa hadits ini gharib dan banyak ulama yang meragukan keshahihannya. Sedangkan di dalam kitab injil versi sekarang terdapat keterangan bahwa alam semesta diciptakan dalam 6 hari (bukan 6 masa seperti pendapat ulama) dan disebutkan hari-hari penciptaannya seperti hadits tersebut. Apakah mungkin hadits ini muncul karena pengaruh nasrani ?
Jawab :
Hadits banyak jumlahnya, ada ribuan. Dahulu Nabi melarang menuliskannya karena dikhawatirkan bercampur dengan Al-Qur’an. Kemudian setelah Nabi wafat para ulama memandang perlu untuk menuliskannya karena alasan kekhawatirannya bercampur dengan Al-Qur’an sudah tidak ada lagi. Dalam proses penulisannya ada yang betul-betul shahih, diriwayatkan secara mutawatir oleh banyak sumber terpercaya sehingga terbukti bahwa hal tersebut berasal dari Nabi Shallallahu ’Alaihi wa Sallam. Namun banyak juga hadits yang lemah, yang hanya dari satu sumber, atau perawi-nya kurang baik daya ingatnya, perawi-nya diketahui berdusta, kurang dipercaya dan lain-lain. Bahkan banyak juga hadits yang bukan hadits, artinya hadits palsu, yang sengaja dibuat-buat untuk menghancurkan Islam. Ada juga pengaruh dari kisah-kisah israiliyat yang kemudian dikatakan bahwa itu hadits padahal bukan. Di dalam Tafsir Ibnu Katsir ini, hadits yang tadi ditanyakan diberi predikat gharib, hanya diriwayatkan oleh seorang perawi. Banyak komentar tentang hadits ini, antara lain dari Ali Ibnul Madini dan Imam Bukhari serta dari banyak ulama ahli hadits lainnya. Mereka menganggap hadits ini perkataan Ka’b, dan sesungguhnya Abu Hurairah hanya mendengar dari perkataan Ka’b Al-Ahbar. Hadits ini menjadi samar di kalangan sebagian para perawi sehingga mereka menganggapnya sebagai hadits yang marfu’.

---masih dalam proses penulisan---
Dirangkum oleh :
Sholihin untuk Bintang Raya
Semoga bermanfaat
 

Senin, 05 Maret 2012

Bulan Terbelah Dua, Q.S. Al-Qomar : 1

image

Kita tak dapat melihat laut terbelah, kita tak dapat lihat mukjizat nabi terdahulu, tapi kita masih dapat melihat Mukjizat Al-Qur'an Sepanjang masa melalui Bulan Terbelah. Banyak orang ingkar menyebar berita bahwa berita NASA menemukan bulan memang terbelah dua ialah bohong.
Terlepas dari orang kafir yang ingkar pada pengakuan NASA, masihkah kita beriman pada Kitab Allah & Para Nabi. Dalam Al-Qur'an jelas tertulis jika "Bulan Telah Terbelah", bukan "Akan Terbelah", tapi sekali lagi tertulis "Bulan Telah Terbelah". Hadits Shohih Muslim, Bukhari, Ahmad, Tirmidzi dan lainnya pun membenarkan Mukjizat Qur'an yang masih dapat dilihat ini. Bulan memang telah terbelah.

Bukankah Dalam Qur'an tertulis:
...Dan telah terbelah bulan. (QS. 54 Qamar:1)
Apakah betul apa yg difirmankan ALLAH dalam Qur'an jika bulan SAAT ini memang telah terbelah? Perhatikan, mukjizat ini bukan hanya sekedar cerita yang cuma dapat didengar saja, tapi mukjizat Qur'an ini masih dapat dilihat dengan jelas sekali. Terlampir adalah foto bulan dari koleksi NASA. Semoga hal itu akan semakin menyempurnakan keyakinan kita terhadap kekuasan Allah Subhaanahu wa Ta'aala dan kerasulan nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam.

Apakah kalian akan membenarkan ayat Al-Qur'an ini yang menyebabkan masuk Islamnya pimpinan Hizb Islami Inggris? Di bawah ini adalah kisahnya. Dalam temu wicara di televisi bersama pakar Geologi Muslim, Prof.Dr.Zaghlul Al-Najar, salah seorang warga Inggris mengajukan pertanyaan kepadanya, apakah ayat dari surat Al-Qomar di atas memiliki kandungan mukjizat secara ilmiah? Maka Prof. Dr. Zaghlul Al-Najar menjawabnya sebagai berikut :
Tentang ayat ini, saya akan menceritakan sebuah kisah. Beberapa waktu lalu, saya mempresentasikan hal itu di University Cardif, Inggris bagian Barat. Para peserta yang hadir bermacam-macam, ada yang muslim dan ada juga yang bukan muslim. Salah satu tema diskusi waktu itu adalah seputar mukjizat ilmiah dari Al-Qur'an.
Salah seorang pemuda yang beragama muslim pun berdiri dan bertanya, " Wahai Tuan, apakah menurut anda ayat yang berbunyi "Telah dekat hari qiamat dan bulan pun telah terbelah" mengandung mukjizat secara ilmiah?
Maka saya menjawabnya: Tidak, sebab kehebatan ilmiah diterangkan oleh ilmu pengetahuan, sedangkan mukjizat tidak bisa diterangkan ilmu pengetahuan, sebab ia tidak bisa menjangkaunya. Dan tentang terbelahnya bulan, maka hal itu adalah mukjizat yang terjadi pada masa Rasul terakhir Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, sebagai pembenaran atas kenabian dan kerasulannya, sebagaimana nabi-nabi sebelumnya.
Dan mukjizat yang kelihatan, maka itu disaksikan dan dibenarkan oleh setiap orang yang melihatnya. Andai hal itu tidak termaktub di dalam kitab Allah dan hadits-hadits Rasulullah, maka tentulah kami para muslimin di zaman ini tidak akan mengimani hal itu. Akan tetapi hal itu memang benar termaktub di dalam Al-Qur'an dan hadits-hadits Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam.
Dan memang Allah ta'alaa benar2 maha berkuasa atas segala sesuatu.
Maka Prof. Dr. Zaghlul Al-Najar pun mengutip sebuah kisah Rasulullah Shallallaahu 'Alaihi wa Sallam membelah bulan. Kisah itu adalah sebelum hijrah dari Mekah ke Madinah.
Orang-orang musyrik berkata, "Wahai Muhammad, kalau engkau benar Nabi dan Rasul, coba tunjukkan kepada kami satu kehebatan yang bisa membuktikan kenabian dan kerasulanmu (dengan nada mengejek dan mengolok-olok)?"
Rasulullah SAW bertanya, "Apa yang kalian inginkan?" Mereka menjawab, "Coba belah bulan..." Rasulullah SAW pun berdiri dan terdiam, berdoa kepada Allah agar menolongnya. Lalu Allah memberitahu Muhammad Shallallaahu 'Alaihi wa Sallam agar mengarahkan telunjuknya ke bulan. Rasulullah pun mengarahkan telunjuknya ke bulan dan terbelahlah bulan itu dengan sebenar-benarnya. Serta-merta orang-orang musyrik pun berujar, "Muhammad, engkau benar-benar telah menyihir kami!"
Akan tetapi para ahli mengatakan bahwa sihir, memang benar bisa saja "menyihir" orang yang ada disampingnya akan tetapi tidak bisa menyihir orang yang tidak ada di tempat itu. Lalu mereka pun menunggu orang-orang yang akan pulang dari perjalanan.
Orang-orang Quraisy pun bergegas menuju keluar batas kota Mekkah menanti orang yang baru pulang dari perjalanan. Dan ketika datang rombongan yang pertama kali dari perjalanan menuju Mekah, orang-orang musyrik pun bertanya, "Apakah kalian melihat sesuatu yang aneh dengan bulan?" Mereka menjawab, "Ya, benar. Pada suatu malam yang lalu kami melihat bulan terbelah menjadi dua dan saling menjauh masing-masingnya kemudian bersatu kembali..."
Maka sebagian mereka pun beriman, dan sebagian lainnya lagi tetap kafir ( ingkar). Oleh karena itu, Allah menurunkan ayat-Nya: "Sungguh, telah dekat hari qiamat, dan telah terbelah bulan, dan ketika melihat tanda-tanda kebesaran Kami, merekapun ingkar lagi berpaling seraya berkata, "Ini adalah sihir yang terus-menerus", dan mereka mendustakannya, bahkan mengikuti hawa nafsu mereka. Dan setiap urusan benar-benar telah tetap... (sampai akhir surat Al-Qamar).
Ini adalah kisah nyata, demikian kata Prof. Dr. Zaghlul Al-Najar. Dan setelah selesainya Prof. Dr. Zaghlul menyampaikan hadits nabi tersebut, berdiri seorang muslim warga Inggris dan memperkenalkan diri seraya berkata, "Aku Daud Musa Pitkhok, ketua Al-Hizb Al-Islamy Inggris. Wahai Tuan, bolehkah aku menambahkan?" Prof. Dr. Zaghlul Al-Najar menjawab: "Dipersilahkan dengan senang hati."
Daud Musa Pitkhok berkata, "Aku pernah meneliti agama-agama (sebelum menjadi muslim), maka salah seorang mahasiswa muslim menunjukiku sebuah terjemah makna-makna Al-Qur'an yang mulia. Maka, aku pun berterima kasih kepadanya dan aku membawa terjemah itu pulang ke rumah.
Dan ketika aku membuka-buka terjemahan Al-Qur'an itu di rumah, maka surat yang pertama aku buka ternyata Al-Qamar. Dan aku pun membacanya: "Telah dekat hari qiamat dan bulan pun telah terbelah..."
Aku bergumam: Apakah kalimat ini masuk akal? Apakah mungkin bulan bisa terbelah kemudian bersatu kembali? Andai benar, kekuatan macam apa yang bisa melakukan hal itu? Maka, aku pun berhenti membaca ayat-ayat selanjutnya dan aku menyibukkan diri dengan urusan kehidupan sehari-hari. Akan tetapi Allah maha tahu tentang tingkat keikhlasam hamba-Nya dalam pencarian kebenaran.
Suatu hari aku duduk di depan televisi Inggris. Saat itu ada sebuah diskusi antara seorang presenter Inggris dan 3 orang pakar ruang angkasa AS. Ketiga pakar antariksa tersebut bercerita tentang dana yang begitu besar dalam rangka melakukan perjalanan ke antariksa, padahal saat yang sama dunia sedang mengalami masalah kelaparan, kemiskinan, sakit dan perselisihan.
Presenter berkata, "Andaikan dana itu digunakan untuk memakmurkan bumi, tentulah lebih banyak gunanya." Ketiga pakar itu pun membela diri dengan proyek antariksanya dan berkata, "Proyek antariksa ini akan membawa dampak yang sangat positif pada banyak segmen kehidupan manusia, baik pada segi kedokteran, industri ataupun pertanian. Jadi pendanaan tersebut bukanlah hal yang sia-sia, akan tetapi hal itu dalam rangka pengembangan kehidupan manusia."
Dalam diskusi tersebut dibahas tentang turunnya astronot hingga menjejakkan kakinya di bulan, dimana perjalanan antariksa ke bulan tersebut telah menghabiskan dana tidak kurang dari 100 juta dollar. Mendengar hal itu, presenter terperangah kaget dan berkata, "Kebodohan macam apalagi ini, dana yang begitu besar dibuang oleh AS hanya untuk bisa mendarat di bulan?
"Mereka pun menjawab, "Tidak! Tujuannya tidak semata menancapkan ilmu pengetahuan AS di bulan, akan tetapi kami mempelajari kandungan yang ada di dalam bulan itu sendiri, maka kami pun telah mendapat hakikat tentang bulan itu, yang jika kita berikan dana lebih dari 100 juta dollar untuk kesenangan manusia, maka kami tidak akan memberikan dana itu kepada siapapun."
Mendengar hal itu, presenter itu pun bertanya, "Hakikat apa yang kalian telah capai hingga demikian mahal taruhannya?" Mereka menjawab, "Ternyata bulan pernah mengalami pembelahan di suatu hari dahulu kala, kemudian menyatu kembali!"
Presenter pun bertanya, "Bagaimana kalian bisa yakin akan hal itu?" Mereka menjawab, "Kami mendapati secara pasti dari batu-batuan yang terpisah (katrena) terpotong di permukaan bulan sampai di dalam (perut) bulan. Kami meminta para pakar geologi untuk menelitinya, dan mereka mengatakan, "Hal ini tidak mungkin terjadi kecuali jika memang bulan pernah terbelah lalu bersatu kembali!"
Mendengar paparan itu, ketua Al-Hizb Al-Islamy Inggris mengatakan, Maka aku pun turun dari kursi dan berkata, 'Mukjizat (kehebatan) benar-benar telah terjadi pada diri Muhammad Shallallaahu 'Alaihi wa Sallam 1400-an tahun yang lalu.
Allah benar-benar telah mengolok-olok AS untuk mengeluarkan dana yang begitu besar, hingga 100 juta dollar, hanya untuk menetapkan akan kebenaran muslimin! Agama Islam ini tidak mungkin salah... Lalu aku pun kembali membuka Mushhaf Al-Qur'an dan aku baca surat Al-Qamar.... Dan saat itu adalah awal aku menerima dan masuk Islam."


Sumber : IslamTerbuktiBenar.Net
Ditulis kembali oleh : 
Sholihin untuk Bintang Raya
Semoga bermanfaat